MOJOK.CO – Siapkah fans Arsenal menjual jiwa mereka kepada Jose Mourinho, kepada setan pendulang prestasi, demi mendepak pelatih delusional bernama Unai Emery?
Pecat atau tidak pecat? Selepas kalah dari Sheffield United, beredar pernyataan kalau manajemen Arsenal masih “merasa bahagia” dengan kepemimpinan Unai Emery. Setelah menang dengan susah payah dari Vitoria di Europa League, narasi pemecatan justru mengemuka. Lantas, mana yang lebih bisa dipercaya?
Memang, jika melihat ke klasemen sementara, catatan statistik Arsenal tidak buruk amat. Dari 9 laga, mereka baru kalah 2 kali dan duduk di peringkat kelima. Namun, dari 9 laga itu, skuat asuhan Emery ini cuma bisa menang 4 kali dan 3 kali seri. Jumlah gol dan kebobolan juga mengenaskan. Arsenal baru bikin 13 gol dan kebobolan 12 kali.
Protes dari fans Arsenal sendiri bukan berdasarkan catatan statistik. Gooners sedunia merasa jengah dengan omongan Emery yang bertolak belakang. Emery bilang tim ini lebih kompetitif padahal susah payah mengalahkan Aston Vila dan Vitoria. Delusi. Pengecut, dengan bermain bertahan ketika sudah unggul 2 gol atas Watford.
Munafik, Emery bilang bakal membangun skuat yang lebih kreatif. Namun fans menemukan bahwa dia mengasingkan Mesut Ozil dan cuma bisa membuat 13 gol. Nah, bagaimana jika seandainya Emery akhirnya dipecat dan digantikan oleh Jose Mourinho?
Mourinho bakal memecah fans Arsenal untuk kedua kalinya
Menjelang akhir masa jabatan Arsene Wenger, fans Arsenal terbelah menjadi Wenger Out Brigade (WOBs) dan Arsene Knows Best (AKB). Dari nama sudah kelihatan mana yang mendukung mana yang ingin Wenger mundur. Nah, jika Mourinho menggantikan Emery, situasi chaos yang sama bakal terulang.
Chaos karena perdebatan antara WOBs dan AKB sudah sangat tidak sehat. Bahkan di beberapa kesempatan terjadi baku hantam. Saya rasa, Wenger dan Mourinho adalah dua dari sedikit pelatih ikonik di dunia yang bisa membelah fans sebegitu rupa. Pesona dan kharisma keduanya memang sangat kuat.
Banyak orang tidak senang dengan sepak bola negatif yang ditunjukkan Mourinho. Masalahnya, yang dikenal dengan istilah “parkir bus” itu memberikan banyak gelar kepada klub-klub yang dia tangani. Pun tidak semua fans sebuah klub mengutuk Mourinho akan pendekatan yang negatif itu karena perbedaan budaya.
Misalnya fans Inter Milan yang selama akan menyisihkan satu tempat di hati mereka untuk Mourinho. Di tangan pelatih asal Portugal itu, Inter Milan melewati salah satu periode emas mereka. Namun, perlu diketahui, Mourinho bukan pelatih yang “suka bertahan” saja. Jika situasi mengizinkan, mantan pelatih Real Madrid itu akan menyerang.
Eddi Brokoli, salah satu pesohor Indonesia begitu membenci Mourinho atas sepak bola negatif itu. Namun, saya yakin, di luar sana, banyak fans Arsenal yang mendamba Emery dipecat dan digantikan Mou demi sebuah prestasi. Kondisi inilah yang akan menjadi bumbu paling dibutuhkan untuk memecah fans Arsenal sekali lagi.
Pertanyaan soal potensi pemain
Mourinho bukan Arsene Wenger yang bisa bersabar dengan pemain muda dalam waktu lama. Misalnya seperti setia kepada wonderkid sepanjang masa Arsenal, Theo Walcott, yang lebih tua ketimbang Aubameyang.
Bagi Mourinho, yang paling utama adalah soal “bisa atau tidak”. Kalau bisa, artinya si pemain akan masuk ke dalam sistem. Jika tidak, pintu keluar yang jadi pilihan.
Atas dasar kebiasaan ini pula, para pemain yang “merasa bisa” akan berkembang pesat. Misalnya Mesut Ozil di tahun pertama berseragam Real Madrid. Dilatih Mourinho, Ozil membuat 25 asis di semua kompetisi dalam 1 musim. Ozil juga mencatatkan 10 gol di musim 2010/2011. Ozil juga bermain di 44 laga atau menjadi terbanyak keempat setelah Iker Casillas, Ronaldo, dan Angel Di Maria.
Di musim itu, Real Madrid hanya memenangi Copa Del Rey. Namun, cara Mourinho menghidupkan Ozil dan membuat Madrid membuat 148 gol dalam 1 musim, adalah promosi yang menarik bagi fans Arsenal. Ini juga menjadi bukti kalau tidak selamanya mantan pelatih FC Porto itu menyajikan sepak bola negatif.
Catatan Mourinho dengan pemain yang mau “patuh” dengan dirinya juga sangat baik. Wesley Sneijder, misalnya, menjadi pemain penting bagi Inter Milan bersama Diego Milito, dan Esteban Cambiasso. Arsenal adalah sebuah klub dengan sekumpulan pemain penurut, terkadang crybaby, dan mudah dimanipulasi. Sangat cocok, bukan, dengan sosok Mou.
Jonathan Wilson, penulis buku sepak bola sekaligus cah senja dan penikmat kata-kata itu pernah bilang bahwa dilatih Mourinho sudah seperti “menjual jiwa kepada setan”. Kamu menyerahkan identitas untuk “dirusak”, dan diberi prestasi sebagai gantinya. Kamu kehilangan jati diri, tetapi piala menjadi janji.
Perjanjian setan dengan Mourinho biasanya berlangsung selama 3 musim. Di tahun ketiga, seperti kena kutukan, performa dan hubungan Mou dengan manajemen dan pelatih akan rusak. Saat itulah, perjanjian dengan setan akan berakhir. Bagaimana, fans Arsenal, maukah kalian menjual jiwa kepada setan demi prestasi terbesar yang tak kunjung didapat?
BACA JUGA Rengekan Jose Mourinho dan Aroma Kutukan Tahun Ketiga atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.