Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Video

Ari Wulu : Budaya yang Terlalu Sayang untuk Dikeramatkan, Tapi Terlalu Liar untuk Diatur

Redaksi oleh Redaksi
24 Juli 2025
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jogja bukan sekadar museum yang membekukan masa lalu. Kota ini adalah laboratorium hidup, tempat berbagai eksperimen budaya dan kemanusiaan terus berlangsung tanpa henti. Di sini, segala yang retak, liar, belum selesai, bahkan tampak tak masuk akal, diberi ruang untuk tumbuh dan berbenturan. Semua itu diuji coba—bukan untuk mencari kebenaran, tetapi untuk menemukan kemungkinan baru.

Budaya di Jogja tidak dipajang seperti artefak yang harus dihormati dari kejauhan. Ia dipertaruhkan, dipelintir, dan dijalani. Kadang dengan sembrono, kadang dengan penuh kesadaran.

Dalam episode sebatdulu kali ini, Ari Wulu mengajak kita menyusuri denyut panjang skena musik dan dinamika budaya Jogja. Mulai dari masa ketika stiker helm dan jaket militer menjadi simbol eksistensi di jalanan. Hingga era ketika gamelan tidak lagi hanya berbunyi di keraton, tetapi berdialog dengan listrik, noise, dan algoritma.

Melalui pengamatan tajam dan kisah-kisah personal yang jujur, Ari menawarkan sudut pandang yang menggugat cara lama kita memandang budaya. Bahwa budaya tak selalu harus sakral untuk dianggap penting. Tak harus utuh untuk bisa hidup dan menghidupi.

Dalam penuturannya, kita diperlihatkan hal-hal yang sering luput. Misalnya, konsumen “abal-abal”—yang konon dianggap tidak mengerti musik—justru punya peran vital. Mereka ikut menyelamatkan band-band indie dari keruntuhan ekonomi.

Kita juga diajak melihat bagaimana ruang-ruang kreatif yang terkesan spontan, tak serius, atau bahkan remeh, bisa menjadi inkubator penting. Tempat lahirnya gagasan, komunitas, dan keberanian baru. Episode ini merekam potret jujur tentang bagaimana tradisi dan inovasi tidak selalu berseberangan. Mereka bisa bergumul, bergesekan, bahkan saling mencederai. Namun pada akhirnya, tetap berjalan bersama tanpa saling meniadakan.

Budaya, pada dasarnya, hanya akan bertahan bila terus disentuh, diganggu, dilawan, dan dihidupkan ulang. Oleh mereka yang mencintainya—dengan cara yang tidak selalu sopan. Dan Jogja, dengan keberanian, keluwesan, dan kenekatannya, masih menjadi salah satu panggung paling jujur. Tempat pertarungan abadi antara yang lama dan yang akan datang terus terjadi.

Tags: artefak masa lalubudaya jogjasebatduluyoyakarta

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.