Kalian pernah nggak sih di posisi ini? Punya Bapak, tapi rasanya kayak anak yatim. Iya, anak yatim. Dibiarkan nyari kerja sana-sini buat membiayai hidup diri sendiri, sambil kuliah pula.
Lebih parahnya lagi, orang ini kerjanya cuman luntang-lantung di rumah sambil nonton Youtube, nggak ada inisiatif sama sekali buat kerja, bahkan untuk sekadar mencoba pekerjaan lain seperti menjadi ojol, menjadi tukang bangunan, atau berjualan. Dan ini sudah terjadi selama bertahun-tahun bahkan sebelum pandemi. Sedangkan Ibu?
Ibu kerja apa aja agar dapur tetap mengebul. Mulai dari jualan kue di SD, ngajar ngaji private anak-anak orang kaya, dan bantu ngurus data guru di Kecamatan yang honornya bisa buat beli hape baru.
Kadang sampai muncul pemikiran “pokoknya kalau aku sukses, orang pertama yang harus aku senengin cuman Ibu.” Ya karena kalo dipikir-pikir kontribusi Ibu di hidupku lebih gede daripada bapak. Bahkan peran bapak sebagai kepala keluarga seperti di take over oleh Ibu.
Hal yang lebih menjengkelkan lagi, dari zamanku SMP sampai sekarang sudah kuliah, bapak selalu bilang “rejeki udah ada yang ngatur, sabar ya.” Kalo nggak, “sekarang seadanya dulu, suatu saat pasti dikasih sama Allah” atau “makanya yang rajin berdoa biar dilancarkan rezekinya”.
Mohon maaf, Pak, Allah aja udah berfirman di Surat Ar Ra’d ayat 11, yang intinya Allah tidak akan mengubah nasib atau keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubahnya sendiri. Berdoa itu salah satu faktor pendukung keberhasilan, tapi juga harus diimbangi dengan usaha dan ikhtiar dong, Pak!! Hadeh!”
Manusia Setengah Lingkaran Malang, Jawa Timur, bangtan261101@gmail.com.