Nggak punya sirkel teman kuliah saat di kampus itu nggak enak. Misalnya, kita dapat tugas yang bersifat kelompok tapi pembuatan kelompok itu tanpa adanya bantuan dosen. Alias kamu pilih aja sendiri mau sekelompok sama siapa.
Itu bagian terkesalnya sih, karena yang nggak punya sirkel akan berkelompok sama orang-orang yang sayangnya nggak punya sirkel juga. Atau kamu harus masuk ke kelompok yang kelompoknya itu satu sirkel semua.
Sialnya, keadaan itu aku alami sendiri. Bukan konteks dalam kelompok di dalam kelas. Melainkan konteks kelompok di dalam pertemanan. Aku berada di antara mereka tanpa masuk ke dalam sirkel teman kuliah itu. Sederhananya, mereka berteman denganku karena aku nggak punya temen, bukan karena mereka pure ingin berteman.
Mereka seperti merasa kasihan ketika aku duduk sendirian di kelas. mereka baik kok, tapi anehnya aku tetep sakit hati. Aku sadar diri, mereka tidak menerima aku masuk ke dalam sirkelnya, dan itu nggak apa-apa. Aku juga nggak maruk. Dari mereka, aku nggak mengharapkan apa-apa juga.
Derita orang yang nggak punya sirkel teman kuliah itu memang benar adanya. Apa-apa sendiri, kemana-mana sendiri. Kalo pulang kampus tapi mau nongki-nongki juga sendiri. Kecuali kamu ikut nongki bareng sirkel kamu tapi obrolan yang mereka obrolkan itu kamu nggak ngerti sama sekali, alias ytta (yang tau-tau aja). Kalau seperti itu lebih baik kamu nongki sendiri aja sekalian dari pada harus begitu.
Walaupun apa-apa sendiri juga tetep ada hikmahnya sih, aku jadi terbiasa sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Ya walaupun pada hakikatnya manusia itu nggak bisa berdiri sendiri, tapi aku akan menjalani perkuliahan yang tanpa sirkel/teman ini dengan baik, nangis dikit nggak ngaruh.
Fani N. Arifin, Purwakarta, Jawa Barat, nurfani885@gmail.com
BACA JUGA Dilema Sarjana Sastra Indonesia: Mau Jadi Apa? dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.