Entah sudah berapa kali (karena tidak sempat menghitung) saya mendapat pertanyaan,
“Tidak KB ya?”
“Emang Ibu tidak KB? “
Suami pun juga tak luput dari pertanyaan serupa.
“Istri tidak KB?”
Ya, anak kami memang dua kali lipat dari slogan BKKBN. Anak kami ada empat, dengan jarak masing-masing anak: anak pertama dan kedua jaraknya empat tahun, anak kedua dan ketiga jaraknya lima tahun, sedangkan anak ketiga dan keempat jaraknya dua tahun.
Dilihat dari jarak kelahiran, memang tidak berimpitan. Kecuali anak ketiga dan keempat yang jaraknya agak dekat, hanya dua tahun, tapi masih dalam batas minimal ideal menurut rekomendasi WHO.
Pertanyaan apakah tidak KB sebenarnya tidak begitu mengusik saya dan suami. Tiap kali pertanyaan itu meluncur dari si penanya, baik dia adalah teman saya, teman dari suami, para tetangga, kenalan sesama penumpang kereta api, hingga bidan yang menolong kelahiran anak keempat (karena saat melahirkan anak keempat, kakaknya yang nomor tiga kelihatan masih kecil), dengan senang hati dan tanpa beban saya jawab, “Saya KB.”
Nyatanya demikian. Saya tidak pernah telat ber-KB sejak melahirkan anak pertama. Kalau murni tidak memasang KB, bisa saja jarak kelahiran antaranak akan kurang dari rentang 2-5 tahun. Juga tidak mustahil anak saya akan lebih banyak dari yang sekarang. Soalnya saya termasuk wanita dengan tingkat kesuburan tinggi.
Mungkin ada yang bernasib sama, punya anak banyak dan sering diberondong pertanyaan, ”Tidak KB ya?” Kita pelukan dulu karena senasib.
Kenapa ya kalau punya banyak anak selalu dituding tidak KB? Apa mereka pikir kalau sudah KB tidak mungkin anaknya banyak, gitu? Padahal banyak anak juga tidak mengindikasikan seseorang tidak KB.
Saya tidak sekadar ngomong tanpa bukti. Buktinya ya saya sendiri. Saya KB hormonal, tapi anak saya banyak. Tidak sedikit juga ibu-ibu yang sudah bersusah payah mengikuti program KB tapi masih saja kebobolan, dan itu namanya takdir. Akhirnya, yang awalnya ingin dua atau tiga anak saja, berubah mindset. Ya mau digimanakan lagi, anak kan amanah, kalau Tuhan mempercayakan lagi dengan menumbuhkan janin di rahim, apa mau dikata.
Dan lagi apa pun metode KB yang digunakan, tidak menjamin 100 persen bisa mencegah kehamilan. Selain itu, memilih metode KB itu juga tidak mudah lho. Meskipun banyak pilihan alat kontrasepsi, tidak semua ibu cocok menggunakannya.
Misalnya, jika tidak cocok menggunakan KB A, mau tidak mau harus melepas dan mengganti dengan jenis KB yang lain. Dan apakah KB pilihan berikutnya dijamin baik baik atau nyaman-nyaman saja beradaptasi dengan tubuh seseorang? Kalau iya sih jelas nggak masalah, namun jika malah terjadi reaksi yang lebih parah dari pemakaian KB pertama, ya suka tidak suka harus menggantinya lagi dengan jenis KB lainnya.
Bahkan ada yang sampai mencoba semua jenis kontrasepsi tapi masih berbuntut keluhan yang tak berkesudahan. Dari keluhan ringan hingga keluhan yang berujung di meja operasi. Karena setiap jenis KB memang tidak ada yang sempurna, pasti ada efek samping yang membarenginya. Jadi jangan enak aja ngomong, “Situ nggak KB? Kok banyak anaknya.”
Ada pula yang KB tapi memang punya alasan khusus untuk memiliki banyak anak entah karena masih termakan pepatah lama banyak anak banyak rejeki atau alasan agama yang memerintahkan umatnya memperbanyak keturunan.
Lantas apakah yang tidak KB anaknya pasti banyak? Ya tidak juga. Banyak teman saya tidak KB tapi anaknya satu doang. Sampai berbagai terapi dijalani demi mendapatkan anak lagi, tapi belum juga membuahkan hasil sampai anak pertamanya segede ibunya. Jadi, tidak bisa kita menganalisis KB tidaknya seseorang berdasarkan jumlah anak. Kalau anaknya banyak berarti tidak KB, yang anaknya tidak banyak berarti KB. Itu tidak bisa dijadikan pedoman.
Contoh terkini bisa dilihat pada artis Zaskia Adya Mecca, istri sutradara Hanung Bramantyo yang baru saja melahirkan anak kelimanya. Sudah melahirkan lima anak di usia menjelang 33 tahun, tentu orang bertanya-tanya, “Apa Zaskia tidak KB?” Atau malah sudah nge-judge, “Tidak KB sih.”
Apakah benar Zaskia tidak KB? Ternyata ya salah. Kehamilan anak kelima Zaskia malah berawal dari ketidaknyamanannya menggunakan KB spiral. Karena mengalami kesakitan, Zaskia memeriksakan ke dokter langganan dan berniat melepasnya sementara. Karena trauma sakit yang dirasakannya, ia berencana untuk tak langsung memasangnya kembali, namun minta waktu satu bulan ke depan.
Tidak dinyana, setelah selang satu bulan itu ia pergi ke dokter untuk memasang spiralnya kembali, justru ia dinyatakaan positif hamil. Jadi, tolong kalau lihat ibu-ibu yang banyaknya anak ada yang sampai sekecamatan, jangan langsung menghakimi.
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA 7 Pengalaman Punya Banyak Anak, dari Dikira Tidak KB Hingga Jadi Pusat Perhatian dan tulisan Muntarsih Zakiyya Sakhie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.