Memiliki rumah adalah dambaan bagi sebagian besar pasangan muda maupun yang pernah muda. Ada rasa kebanggaan yang sulit dideskripsikan ketika sepasang suami istri bisa membeli hunian di tengah harga properti yang semakin nggak ngotak. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah rumah subsidi dengan skema cicilan KPR yang diharapkan masih terjangkau. Pastinya dengan tenor yang panjang, meski tidak sepanjang masa jabatan Pak Harto.
Meski menjadi solusi, tentu ada hal yang perlu diperhatikan sebelum mengajukan KPR Subsidi. Jangan sampai kamu merasa terkena jebakan betmen, karena rumah yang kamu idamkan tidak seperti yang kamu inginkan.
Sebagai salah satu warga negara yang telah berhasil mengajukan KPR Subsidi, saya merasa perlu membagikan pengalaman saya dalam membeli hunian. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami, sebelum kamu memilih untuk membeli rumah subsidi:
Daftar Isi
KPR Subsidi untuk yang belum memiliki rumah
Sebelum pengajuan, saya harus mengurus surat keterangan tidak memiliki rumah dari desa tempat saya tinggal. Hal ini ditujukan agar Rumah Subsidi tersebut memang ditujukan untuk kaum proletar yang belum memiliki rumah.
Namun fakta di lapangan terkadang bisa diakali. Bagi kaum yang duitnya “nganggur”, mereka akan menggunakan KTP anggota keluarga yang lain agar dapat mengajukan surat keterangan belum memiliki rumah, agar bisa membeli rumah subsidi tersebut. Niat yang sungguh mulia tersebut didukung dengan statemen “estimasi 5 tahun lagi harga properti akan naik”.
Halah, jangankan 5 tahun, besok Senin juga naik.
Dari sini sudah tercium, kenapa harga properti terkadang no braining alias nggak ngotak dan sulit dijangkau oleh pasangan berpenghasilan UMR.
Bangunan rumah subsidi yang ala kadarnya
Namanya juga rumah subsidi, jangan harap rumah yang akan didapat memiliki ruang tamu, dapur yang luas ataupun ruang khusus untuk menyetrika baju. Umumnya secara default rumah subsidi hanya menawarkan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 ruang utama.
Jadi jika ingin memiliki dapur yang terpisah dari ruang utama, kamu perlu membangun sendiri di lahan yang tersisa. FYI, rumah yang saya pilih saat itu memiliki halaman belakang seluas 7×1.5 meter, dengan ukuran yang sebegitu luas, tentu saya manfaatkan untuk dijadikan dapur agar perkakas seperti kompor, kulkas dan lemari piring tidak menyesaki ruang tengah.
Selain itu yang sering dikeluhkan adalah masalah kekokohan dinding. Lagu lama tersebut tentu menjadi catatan bagi pihak pengembang agar bisa membangun rumah subsidi dengan kualitas yang baik. Jangan sampai tembok menjadi jebol hanya karena paku beton yang tertancap untuk memasang jam dinding.
Tak hanya masalah bangunan, yang perlu menjadi pertimbangan adalah ketersediaan air bersih. Beberapa pengembang mungkin menawarkan sumur bor dengan kedalaman tertentu. Namun bisa jadi sumur bor yang tersedia tidak bisa mengeluarkan air yang layak sehingga memerlukan pendalaman bahkan bor ulang. Terkadang biaya proses pendalaman ini dibebankan kepada pemilik unit.
Sebelum akad berlangsung, kamu bisa berdiskusi dengan pihak pengembang jika beban biaya yang diberikan cenderung memberatkan, siapa tahu bisa split bill. Karena sebenarnya urusan pengeboran sumur masih menjadi tanggung jawab pengembang.
Sebelum memutuskan untuk mengambil KPR Subsidi, kamu harus berdamai bahwa perumahan subsidi biasanya terletak jauh dari jalan raya maupun pusat kota. Sehingga perlu dipikirkan juga apakah kamu bisa berdamai dengan jarak tempuh yang semakin jauh dengan tempat kerja atau dengan fasilitas umum lainnya.
Tentunya ada beberapa pertimbangan aksesibilitas sebelum memutuskan untuk mengambil unit, yakni jarak ke tempat perbelanjaan, jarak ke fasilitas Kesehatan maupun jarak ke fasilitas pendidikan. Jika jarak menuju fasilitas tersebut kurang dari 7 menit dengan berkendara motor, ambillah.
Siapkan uang yang lebih banyak dari DP
Jangan langsung tergiur dengan DP murah, karena membeli rumah tidak semudah membeli es teh jumbo. Ada beragam biaya yang perlu kamu keluarkan sebelum kamu menghuni rumah idamanmu.
Misal, jika DP yang ditawarkan pihak pengembang senilai Rp30.000.000, setidaknya siapkan uang Rp42.000.000. Sebab, akan ada biaya seperti akad, balik nama, dan mungkin ada biaya tukang yang diperlukan untuk membangun dapur dan carport. Simpelnya kamu harus punya “duit adem” sebelum membayar DP. Jangan sampai keuanganmu kacau karena habis untuk membayar DP rumah.
Itulah beberapa hal yang harus kamu pahami sebelum memutuskan untuk mengambil KPR subsidi. Ribet? Ya memang, apa coba yang nggak ribet di zaman sekarang. Bahagia aja ribet, apalagi beli rumah.
Penulis: Dhimas Raditya Lustiono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Menempati Rumah Subsidi