Deddy Corbuzier, entah dalam acara apa, berceramah soal pendidikan. Ia bercerita tentang masa kecilnya, yang menurut dia dia lewati secara salah, karena salah asuhan oleh orang tuanya. Deddy tidak pandai matematika. Untuk mengatasi kekurangan itu orang tuanya memberi dia les matematika. Nilai matematikanya naik, tapi les itu tidak membuat Deddy jadi jago matematika.
Menurut Deddy seharusnya orang tuanya membiarkan dia tidak pandai matematika. Dia tidak pandai matematika karena bakat dia memang bukan di situ. Seharusnya dia diberi les menggambar, yang merupakan bakat dia. “Kalau saya dulu diberi les menggambar, mungkin saya sekarang sudah jadi pelukis hebat,” kata Deddy. Saya juga pernah membaca meme yang dibuat oleh tokoh parenting, yang mengatakan bahwa memberi les matematika kepada anak yang tidak pandai seperti mengasah pisau pada bagian punggungnya.
Benarkah demikian?
Mohon maaf, bahkan seorang tokoh parenting bisa salah paham soal konsep pendidikan dasar. Coba luruskan dulu, matematika apa yang sedang Anda bicarakan? Kalau soal matematika di SD dan SMP, itu soal pendidikan dasar. Materi pendidikan dasar itu adalah hal-hal dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk hidup sebagai anggota masyarakat.
Itu bukan materi keahlian. Dalam hal keahlian, tentu orang bisa memilih keahlian apa yang akan dia pakai untuk hidup. Tapi pengetahuan dasar itu wajib dimiliki. Kalau orang berpendapat anak boleh tidak paham matematika, bagaimana dia berharap anaknya bisa belanja? Berapa dia harus membayar, dan berapa dia harus menerima kembalian? Itu matematika.
Sama halnya, kita tidak boleh membiarkan anak kita minim pengetahuan sosial. Bayangkan kalau anak Anda sangat jago matematika, tapi tidak tahu fungsi kelurahan. Dia tidak akan hidup normal sebagai anggota masyarakat. Ini berlaku untuk semua jenis pengetahuan lain, seperti pengetahuan alam.
Dalam hal pengetahuan dasar, ada batas minimal yang harus dimiliki anak. Kalau dia belum menguasainya, dia harus dibantu untuk menguasai. Kalau anak Anda tidak bisa berhitung, bantu dia untuk bisa. Jangan katakan bahwa dia tidak usah belajar berhitung, cukup belajar yang lain saja. Sama halnya, kalau anak Anda tidak pandai berbicara atau berkomunikasi, jangan biarkan, dengan alasan “kamu sudah jago matematika, tidak perlu jago bahasa”.
Ingat, ini soal pengetahuan dasar, bukan soal keahlian.
Persoalan lain adalah, orang sering salah kaprah soal bisa dan punya nilai bagus. Patokannya bukan nilai tes, tapi apakah dia paham atau tidak. Nah, banyak orang tua yang tidak paham bahwa anaknya tidak paham. Mereka hanya mau tahu berapa nilai anaknya.
Saya mendampingi anak-anak saya belajar sejak mereka masih kecil. Saya tahu di bagian mana mereka masih kesulitan. Saya perbaiki bagian itu. Saya pikirkan cara untuk mengajarinya. Saya selami kebutuhan mereka, saya carikan cara untuk memenuhinya.
Apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua saat anaknya tidak bisa matematika? Suruh anaknya les. Orang tua tidak tahu apa masalah anaknya. Mereka tidak tahu kenapa anaknya tidak bisa, dan mereka tidak mau tahu. Itu seperti dokter yang langsung memberi obat pada pasien tanpa memeriksanya. Maaf, itu bukan pendidikan.
Orang-orang yang dididik dengan cara itu tumbuh besar dan dewasa sebagai orang yang tidak cukup pengetahuan dasar. Kelak dia akan mendidik anaknya dengan cara yang sama, kurang pendidikan dasar lagi. Tak heran, ada sangat banyak orang tua yang tak sanggup menghitung penjumlahan pecahan. Kelak anak-anak mereka pun akan begitu.
Nah, hal penting lain adalah, orang tua harus memilah mana yang merupakan pengetahuan dasar, mana yang bukan. Sekolah kita, celakanya, sudah terlalu sarat dengan beban materi pelajaran. Banyak pelajaran yang diberikan kepada anak sebelum waktunya. Ada pula yang sudah bukan lagi wilayah pengetahuan dasar. Karena itu orang tua harus bisa mengenali, dan kemudian memutuskan, di mana batas kebutuhan minimal anaknya.
Apa masalahnya kalau orang tidak punya pengetahuan dasar? Banyak masalah sosial yang timbul. Tidakkah Anda sadar ada begitu banyak orang Indonesia yang tidak sanggup berpikir? Orang tidak punya pengetahuan dasar tentang sejarah percaya saja bahwa Borobudur itu peninggalan Nabi Sulaiman. Orang yang tidak paham ilmu alam bisa dengan mudah dikibuli dengan produk-produk yang diklaim berkhasiat. Yang tidak tahu matematika dan ekonomi dasar, kena kibul investasi bodong. Jangan lupa, pernah ada anak gadis yang nge-twit soal kemungkinan hamil karena berendam bareng cowok di kolam renang. Intinya, kekurangan pengetahuan dasar menyebabkan kebodohan tingkat dasar.
Apakah Anda mau anak-anak Anda tumbuh seperti itu? Kalau tidak mau, jangan dengar nasihat Deddy Corbuzier.
BACA JUGA Patenkan Aja Nama Anak Kamu, Biar Malu Sendiri atau tulisan Hasanudin Abdurakhman lainnya. Follow Facebook Hasanudin Abdurakhman.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.