Bisa dibilang, Tiara S 120, produk Yamaha ini termasuk pionir motor ayago di Indonesia. Memang, motor ayago pertama di Indonesia adalah Yamaha Champ. Tapi kalau kalian melihat desain Tiara, pasti setuju kalau motor ini jadi inspirasi ayago modern.
Meski tak lagi produksi, Tiara S 120 masih menjadi incaran para kolektor dengan harga yang sangat tinggi. Ada beberapa alasan mengapa sepeda motor ini begitu diminati dan memiliki nilai yang tinggi di pasaran.
Kapasitas mesin yang mumpuni
Saya masih berusia delapan tahun saat itu, ketika melihat tetangga saya membawa motor ini pulang dan suaranya langsung mencuri perhatian saya. Sekedar informasi, salah satu keunggulan Tiara S adalah mesinnya yang menggunakan teknologi 2-Tak. Mesin 2-Tak memberikan kekuatan dan responsivitas yang tinggi, serta suara knalpot yang khas dan memikat.
Ditanam dengan mesin 119 cc single cylinder, air-cooled, reed valve, dan karburator Mikuni VM 22 SS membuat Tiara S mampu menghasilkan output power hingga 17 PS dan torsi maksimum 15,5 N.m. Tak heran Tiara S menawarkan kinerja mesin yang solid dan mampu memberikan pengalaman berkendara yang memuaskan.
Apalagi motor ini juga dilengkapi dengan transmisi 6 percepatan, yang merupakan fitur yang jarang ditemukan pada sepeda motor di kelasnya. Transmisi 6 percepatan memberikan fleksibilitas dan variasi kecepatan yang lebih baik, sehingga pengendara dapat menyesuaikan perubahan kondisi jalan dan kecepatan dengan lebih mudah.
Jadi barang langka
Meskipun harga Tiara S 120 pada kala itu terlampau mahal dengan banderol sekitar Rp18,7 juta, nilai sepeda motor ini meningkat secara signifikan setelah dihentikan produksinya. Bahkan ada yang tak mau melepas motor ini meski ditawar 30 juta. Motor kolektor je, jelas sulit. Kecuali ditawar 100 juta, mungkin dilepas. Mungkin.
Tak bisa dimungkiri memang, motor yang tak lagi diproduksi kerap jadi incaran. Entah apa yang bikin tren bergeser, tapi ini menurut saya hal yang bagus sih.
Suara knalpot yang khas
Mesin 2-tak yang dimiliki oleh Tiara 120 S memberikan pengalaman berkendara yang menyenangkan. Inilah yang membuat motor ini seakan memberikan rasa nostalgia bagi mereka yang pernah memiliki atau hanya melihat saja sepeda motor ini. Saya yang semasa kecil pernah dibonceng oleh tetangga saya di jalan-jalan pedesaan. Merasakan adrenalin yang terpacu saat melaju di jalanan yang sepi dari Pasar Srogo Brangsong menuju ke utara di Pasar Cangkring. Motor ini adalah saksi bisu dari kisah-kisah penuh petualangan dan kegembiraan yang pernah saya alami meski tak bisa memiliki.
Sekarang, saat saya mendengar harga motor ini justru semakin mahal, saya hanya bisa memupuk kenangan akan sepeda motor ini yang terus mengalir dalam pikiran saya hingga saya menulis ini.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kawasaki Athlete, Motor Ayam Jago Jadi-jadian