Wawancara Eksklusif dengan Koper Kaesang: Terima Kasih Batik Air Telah Mengajarkan Kesetaraan

Wawancara Eksklusif dengan Koper Kaesang: Terima Kasih Batik Air Telah Mengajarkan Kesetaraan

Wawancara Eksklusif dengan Koper Kaesang: Terima Kasih Batik Air Telah Mengajarkan Kesetaraan (Pixabay.com)

Terpisah dengan teman perjalanan bukanlah hal mudah. Rasa takut dan kehilangan bisa menjadi trauma tersendiri. Ini dirasakan oleh koper milik Kaesang Pangarep. Koper yang membawa hajat hidup mas-mas Solo ini berbagi cerita tentang kehilangan teman sekaligus majikannya dalam perjalanan.

Ketika saya hubungi, Mas Koper ini sudah kembali bertemu Kaesang. “Alhamdulillah, Mas, bisa selamat sampai Surabaya,” ujar Mas Koper. Blio sendiri khawatir akan terjebak cukup lama di Bandara Kualanamu, Medan. Mas Koper takut jika hidup pria yang kebetulan anak presiden Joko Widodo ini kacau.

“Bukan karena saya bawa dokumen penting mas. Bukan bawa undangan KLB PSSI juga. Saya khawatir nanti Mas Kaesang kehabisan baju. Apalagi sampai kehabisan sempak,” ujar Mas Koper lirih.

Mas Koper juga menampik isu dirinya dan Kaesang sudah tidak sejalan. Tragedi nyasar ini bukan urusan pribadi. Mas Koper meyakinkan bahwa dirinya dan Kaesang tidak ada masalah. “Tolong media jangan menyetir opini publik. Cuitan Mas Kaesang murni hanya bercanda,” tegas Mas Koper. Merujuk pada salah satu cuitan Mas Kaesang pasca tragedi nyasar.

Terpisah di bandara, pulang sudah viral

Perihal nyasar, Mas Koper sendiri tidak tahu. “Awalnya kan kami terpisah waktu boarding. Ya wajar tho, Mas Kaesang kan duduk di kursi penumpang. Saya di bagasi pesawat bersama dulur koper lain,” ujar Mas Koper. Ia tidak tahu bahwa ia terpisah dari Kaesang dan menuju Medan.

“Saya kira, ini sudah direncanakan. Kan ada Mbak Kahiyang dan Mas Bobby di sana. Saya kira memang mau dijemput mereka. Ternyata memang salah alamat,” ujar Mas Koper.

Mas Koper merasa Batik Air sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Meskipun nyasar sejauh 2000 km dari tujuan, blio diantar kembali ke tujuan semula. “Saya pikir ini adalah bentuk integritas Batik Air dalam melayani masyarakat. Saya yakin bukan semata-mata karena koper anak presiden, saya difasilitasi untuk kembali ke Surabaya,” ujar Mas Koper.

“Saya sih penasaran ya, Mas, karena jumlah koper di bagasi pasti sudah dihitung. Berarti ada koper lain yang nyasar juga. Semoga koper tersebut mendapat perlakuan sama seperti saya. Meski saya juga nggak peduli-peduli amat, udu urusanku e,” ujar Mas Koper.

Mas Koper tidak ingin menyalahkan pihak Batik Air dan Lion Group. Baginya masalah ini sudah selesai secara kekeluargaan. Mas Koper Kaesang juga memandang Batik Air masih jadi alternatif bepergian yang tepat. “Murah, Mas, dan kelihatan cinta Indonesia karena namanya batik. Mau nasionalis dengan naik Garuda, sudah terlanjur bangkrut,” ujar Mas Koper sembari terkekeh.

“Tapi ya, Mas, kasus ini justru membuka mata kita, bahwa Batik Air itu setara dalam memperlakukan penumpang. Mau anak presiden, mau anak petinggi FIFA, mau rakyat jelata, semua sama. Sama-sama bisa hilang kopernya! Hahaha. Bercanda, Mas. Agak serius, tapi bercanda.”

Susahnya jadi koper anak presiden

Sebagai koper anak presiden, ada beban moral yang dirasakan oleh Mas Koper. Berita tragedi nyasar ini sampai viral di media sosial. “Kan muncul opini aneh-aneh. Padahal saya cuma bawa baju kotor dan sedikit oleh-oleh. Nggak ada itu dokumen KLB PSSI, capres yang didukung Jokowi, kerjasama Elon Musk dan Esemka, atau formulir Mas Gibran untuk maju jadi RI 1,” tegas Mas Koper.

Viralnya tragedi nyasar ini membuat Mas Koper jadi trauma. Kejadian sepele seperti ini bisa membuat kegaduhan ketika bersinggungan dengan anak presiden. “Sekarang saya takut bepergian, Mas. Mending saya jadi koper buat nyimpan baju lama dan ijazah SD Mas Kaesang saja. Mungkin setelah 2024 saya sudah berani bepergian lagi, sementara tak jadi atlet mancing galatama dulu,” ujar Mas Koper.

“Tapi untung, Mas, cuma nyasar sampai Medan. Coba kalau saya nyasar sampai Kalimantan. Bisa-bisa saya dituduh membawa investasi untuk pembangunan IKN,” ujar Mas Koper sambil terkekeh.

Bagi Mas Koper. Posisi Kaesang tidak perlu dilebih-lebihkan. Termasuk ketika ada tragedi nyasar seperti ini. Sudah sewajarnya seluruh rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang sama. Bagi Mas Koper, Kaesang bukanlah sosok istimewa seperti yang biasa dibicarakan media.

“Yah kan cuma anak presiden. Cuma punya bisnis dan jadi Bos Persis Solo. Katanya juga cuma punya saham di mana-mana. Biasa aja Mas Kaesang itu. Cuma nom-noman Solo yang suka makan pisang goreng,” ujar Mas Koper sambil terkekeh.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Honda Beat yang Ditertawakan Brader Kaesang Pangarep: Sekali Lagi Soal Doxing dan Analogi Miskin vs Kaya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version