Kemarin malam saya menyaksikan channel YouTube Tretan Universe seri Ensiklopedia Madura. Di dalamnya, Tretan Muslim berbincang dengan orang Madura tentang warung Madura yang selalu buka 24 jam di Jakarta. Di tengah perbincangan, Tretan Muslim bertanya kepada temannya, kenapa toko kelontong di Madura justru nggak pernah buka 24 jam.
Si teman menjawab bahwa alasan penjual di Madura nggak membuka warungnya selama 24 jam di karena di sana masih rawan dengan tindakan kriminal. Seketika Tretan Muslim menyepakati jawaban dari kawannya. Sebagai orang Madura, saya sepakat sekaligus nggak sepakat dengan jawaban tersebut.
Saya sepakat karena di Madura aksi kriminal memang masih ada. Sehingga, beberapa orang takut membuka warung mereka hingga larut malam. Sementara di sisi lain, saya merasa kurang sepakat. Selama tinggal di Madura, aksi kriminal di sini sudah jarang terjadi. Bahkan saya pernah mendapat cerita dari guru saya yang mendapat pengakuan dari maling Madura. Katanya, maling-maling itu nggak pernah mencuri di sini karena haram hukumnya. Mereka biasanya mencuri ke daerah luar sekitar Madura.
Dengan kata lain, sebenarnya aksi kriminal bukan menjadi alasan utama para pemilik warung Madura di Madura nggak buka 24 jam penuh. Saya ingin menjelaskan alasan lain kenapa pemilik warung kelontong di sini nggak buka sampai 24 jam.
Makin malam, makin sepi
Suatu ketika saya pernah membeli rokok untuk ayah saya. Saat membeli saya berbincang dengan penjaga warungnya. Saya tanya, “Warungnya buka 24 jam, Pak?” Si bapak menjawab, “Nggak, warung saya nggak pernah buka 24 jam, Mas. Percuma buka sampai dini hari, nggak ada yang beli!”
Saya pernah bertanya hal serupa pada penjaga warung lainnya di Madura. Hampir semua menjawab hal sama. Katanya, semakin malam justru semakin sepi nggak ada orang yang beli. Sebab, semua orang sudah tidur.
Baca halaman selanjutnya
Kampung halaman saya ini nggak seperti kota besar lainnya…