Lemahnya posisi pekerja
Dalam surat ini, posisi personel Waroeng SS terlihat sangat lemah. Bayangkan saja, mereka harus mengundurkan diri apabila tidak setuju dengan keputusan potong gaji ini. Tidak ada ruang diskusi maupun dengar aspirasi. Pokoknya kalau tidak setuju, silakan minggat!
Jangan dipikir ancaman seperti ini hal yang sepele. Apalagi mengamini untuk mengundurkan diri. Justru yang harus dipermasalahkan adalah sikap tanpa kompromi ini. Berarti personel Waroeng SS tidak punya ruang untuk memperjuangkan hak mereka. Bahkan hak paling dasar berupa upah.
Setiap pekerja berhak untuk mendapatkan hak mereka dari perusahaan tempat bekerja. Dan imbauan untuk mengundurkan diri ini berarti hak mereka sudah direbut paksa. Jangan bayangkan situasi ini seperti Anda ngambek dengan circle pertemanan lalu tidak mau kumpul bareng. Urusan nafkah dan hak memperoleh pendapatan tidak bisa disamakan geger karena bacotan di tongkrongan.
Ajakan untuk memperjuangkan bersama keluarga besar Waroeng SS ini juga omong kosong. Lha wong mau berjuang saja malah diminta untuk mengundurkan diri. Perjuangan dari mana? Tidak ada perjuangan yang dipimpin dengan cara diktator macam ini.
Halo Disnaker?
Lalu bagaimana personel Waroeng SS ini bisa mendapatkan keadilan? Ya kalau tidak dari desakan warganet, ya dari Disnaker. Tapi, kalau warganet ini sifatnya solidaritas, sedangkan Disnaker wajib untuk menjamin hak pekerja terpenuhi. Tentu karena sudah viral tipis-tipis, Disnaker sudah dengar kabar miring dari rumah makan pedas ini.
Sekarang kita tinggal bisa menunggu Disnaker mengambil tindakan. Jelas ada malapraktik dalam manajemen Waroeng SS. Logikanya gini sih pak: menurut web resmi Waroeng SS, ada sekitar 4000 karyawan di 98 cabang. Katakan 2000 karyawan ini mendapat BSU. Dengan skema potong gaji yang bajingan ini, berarti ada 600 juta rupiah uang yang seharusnya dibayarkan Waroeng SS kepada karyawan. Dan kita tidak tahu bagaimana pemerataan ini dilangsungkan. Apakah benar-benar bisa merata dengan pemotongan 300 ribu ini?
Wacana ini juga tidak mendukung pemerintah. Lha wong APBN saja digelontorkan untuk menolong pekerja menghadapi kenaikan harga. Jelas untuk menggenjot roda ekonomi. Lha kok Waroeng SS malah memotong gaji. Berarti kan tidak mendukung program pemerintah lewat BSU ini. Bener tho, Pak, Bu Disnaker?
Kini bola panas sudah bergulir liar. Tentu kita berharap Disnaker bisa mengatasi praktik nakal seperti yang dilakukan Waroeng SS ini. Jangan sampai juga hanya berakhir pembatalan dan islah. Karena kalau tidak ada yang berani speak up dan viral di medsos, berarti perebutan hak ini bisa lancar dilakukan. Kasihan pekerja yang mudah dipermainkan wacana ndlogok macam ini.
Ah Waroeng SS. Pedas sambalmu tak sebanding pedasnya surat potong gaji itu.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Balada Kuda Startup: Kerja, Kerja, Tifus