Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Wajib Nyumbang Buku sebagai Syarat Kelulusan Itu Perampokan, Bukan Usaha Mencerdaskan!

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
25 Juli 2023
A A
Wajib Nyumbang Buku sebagai Syarat Kelulusan Itu Perampokan, Bukan Usaha Mencerdaskan!

Wajib Nyumbang Buku sebagai Syarat Kelulusan Itu (Pixabay.com)Perampokan, Bukan Usaha Mencerdaskan!

Share on FacebookShare on Twitter

Saya kira syarat kelulusan dari perguruan tinggi adalah persoalan kecerdasan seseorang, persoalan akademik, atau sekurang-kurangnya persoalan seberapa tekun seorang mahasiswa dalam belajar. Mulai dari pembuatan skripsi, publikasi hasil risetnya ke jurnal, atau kualitas bahasa Inggris mereka dalam bentuk tes TOEFL.

Nyatanya, apa yang saya ekspektasikan itu tidak seluruhnya benar. Di kampus saya, di prodi saya khususnya, seorang mahasiswa nggak bakal dinyatakan lulus, nggak bakal mendapatkan Surat Keterangan Lulus. Bahkan mahasiswa nggak bakal bisa ikut yudisium, sebelum si mahasiswa ini menyumbangkan buku bacaan ke perpustakaan jurusan. Dari sekian draft list syarat kelulusan, terlihat nyempil tulisan yang mewajibkan mahasiswa untuk menyumbangkan buku sebelum mereka benar-benar lepas dari kampus.

Mirisnya saya kira ini terjadi di prodi saya, atau kampus saya doang. Tapi, nyatanya beberapa prodi di kampus saya dan kampus lain di negeri ini mempraktikkan hal yang serupa. Banyak kok temen-temen saya yang juga meratapi hal demikian. Sudah seperti menjadi budaya pungutan-pungutan begitu, dengan dalih buku yang merupakan simbol pengetahuan.

Nyumbang buku sebagai syarat kelulusan itu nggak ada unsur akademiknya

Saya bukannya mau itung-itungan, nggak mau bersedekah, nggak mau memberikan sumbangan, materialistik, atau lainnya. Maksud saya, apa korelasi dari kelulusan seorang mahasiswa yang tolok ukurnya akademik, dengan kewajiban memberikan buku ke perpustakaan jurusan?

Bagi saya, nyumbang buku itu bukan persoalan akademik. Jelas sangat berbeda dengan publikasi artikel, pengerjaan tugas kuliah, pengerjaan skripsi dan TOEFL yang sangat bermuatan akademik dan itu sangat wajar menjadi syarat kelulusan. Lah, ini nyumbang buku ke perpus itu nilai akademiknya di mana?

Ini nggak soal produk yang diberikan loh ya, tapi praktik nyumbangnya itu loh. Coba deh yang jadi birokrat kampus jelasin ke saya, antara menyumbang dan pembelajaran akademik itu relevansinya di mana.

Nyumbang itu ke perpus jalanan, bukan ke perpus jurusan

Kalau kata orang, “Pintar itu nggak cukup, tapi harus bermoral. Jadi, dengan menyumbang buku adalah wujud dari penanaman nilai-nilai moral pada mahasiswa. Tidak hanya cerdas, tapi juga harus berkarakter. Di parlemen banyak orang pintar tapi sedikit orang yang bermoral.”

Ya, okelah kalau dalih birokrat semacam ini. Namun, kok terasa aneh lagi ya, kalau mau menyumbang kenapa harus ke perpustakaan jurusan? Kenapa nggak menyumbang ke komunitas-komunitas seperti perpustakaan jalananan yang mana mereka lebih membutuhkan dan kekurangan materi.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal yang Cuma Ada di Kampus Indonesia, Kampus Turki Nggak Punya

Perpus jalanan adalah sukarelawan sesungguhnya yang patut dibantu. Tujuannya tadi kan pendidikan karakter, mengapa nggak praktik langsung menyumbang ke perpustakaan jalanan?

Uang UKT buat apa?

Apa iya kapitalisasi pendidikan itu berjalan dengan seterang ini? Bukan mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi mensejahterakan kehidupan penguasa? Apa ini yang dimaksud oleh Eko Prasetyo dalam buku Orang Miskin Dilarang Sekolah, bahwa pendidikan dalam hal ini kampus itu tidak lebih dari akumulasi kapital yang hanya diperuntukkan si kantong tebal.

Tampak kecil memang, nyumbang satu atau dua buku yang kisaran harga seratus hingga dua ratus udah dapet. Tapi jika itu dikonversikan ke seluruh mahasiswa yang satu angkatan bisa seratus orang, bisa-bisa ketemu puluhan juta. Itu masih satu angkatan, belum angkatan yang lain, bisa-bisa ratusan juta tuh ngumpul ke jurusan dalam wujud buku.

Lantas buat apa UKT mahasiswa selama ini, kalau mau lulus saja masih ditagih nyumbang buku? Kenapa buku di perpus jurusan yang notabenenya fasilitas yang seharusnya dinikmati mahasiswa kok harus ngemis ke mahasiswa.

UKT saya waktu S1 itu berjumlah tiga juta delapan ratus per semester. Jika dikonversikan selama empat tahun atau delapan semester itu terkumpul tiga puluh jutaan. Nah, dengan uang puluhan juta itu per mahasiswa, apakah tidak bisa disisihkan seratus ribu gitu untuk perpus jurusan? Udah bayar UKT, disuruh nyumbang buku lagi untuk syarat kelulusan.

Biaya wisuda yang bisa mencapai jutaan rupiah aja bisa diambilkan dari UKT mahasiswa. Masa iya seratus ribu untuk perpus jurusan aja nggak bisa?

Nyumbang itu sukarela, bukan minta semaunya, apalagi pake embel-embel syarat kelulusan

Lebih ngeselinnya lagi, ketika sumbangan buku ini ditambah syarat yang aneh-aneh. Misalnya, minimal menyumbang dua buku, bukunya harus berbeda dengan yang di perpus, berbeda dengan teman lain yang juga menyumbang, bukunya harus bertema sosial, bukunya harus terbitan terbaru minimal sepuluh tahun ke belakang.

Okelah kalau tema sosial dan terbitan baru bisa dipenuhi syaratnya. Tapi, kalian para birokrat pernah mikir nggak sih nyari buku yang harus nggak boleh sama dengan yang ada di perpus itu gimana susahnya? Apalagi kalau perpusnya udah penuh dengan ribuan buku. Belum lagi nggak boleh sama dengan teman yang lain itu nambah beban mencari buku. Tolong, kalau ngemis itu ya ngemis aja, nggak usah minta aneh-aneh ngemisnya.

Maksud saya itu, yang namanya sumbangan itu konteksnya adalah sukarela. Suka-suka yang beri, yang penting ikhlas, dikasih satu buku ya neriman, dikasih buku lawas ya neriman, dikasih buku novel ya neriman, nggak pilih-pilih intinya. Kalau minta semaunya itu namanya pungli, ngerampok, yang sesuka hati mau ini itu. Dikasih hati kok minta jantung.

Dah, lah kalian para birokrat itu jangan serakah-serakah, buku bacaan aja sampe minta ke mahasiswa. Apalagi pake embel-embel syarat kelulusan, duh, susah.

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lulus Kuliah Lewat Jalur Pimnas Adalah Impian Setiap Maba

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Juli 2023 oleh

Tags: BukuKampusperpustakaan kampussyarat kelulusanwisudayudisium
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

10 Istilah Unik yang Cuma Diketahui Mahasiswa UNS, Apa Saja Terminal Mojok

Balada Kos di Gerbang Depan UNS: Lokasi Manis, Fasilitas dan Konsumsi Tragis

3 Desember 2022
Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

27 November 2023
Menyesal Jadi Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Jurusan Tanggung yang Nggak Jelas Prospek Kerjanya Mojok.co

Menyesal Jadi Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Jurusan Tanggung yang Nggak Jelas Prospek Kerjanya

25 Januari 2024
Derita Lulusan S2, Susah-susah Kuliah Ujungnya Jadi Budak Profesor dan Terjebak Pinjol Mojok.co

Derita Lulusan S2, Susah-susah Kuliah Ujungnya Jadi Budak Profesor dan Terjebak Pinjol

15 Juli 2024
Mengenalkan Anak Pada Buku Sebagai Kesenangan Ala Eka Kurniawan

Mengenalkan Anak pada Buku Sebagai Kesenangan ala Eka Kurniawan

10 Desember 2019
Prosesi wisuda di perguruan tinggi wisuda TK Pixabay ormawa kebaya

Telat Lulus Kuliah Gara-gara Ormawa kok Diglorifikasi, Jadi Beban kok Bangga!

3 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.