Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Wajar Saja jika Kemendikbud Tak Ingin Wajibkan Pelajaran Sejarah

Tazkia Royyan Hikmatiar oleh Tazkia Royyan Hikmatiar
21 September 2020
A A
Di Balik Pro Kontra soal Daendels Ada Kita yang Kurang Banyak Baca Buku Sejarah terminal mojok.co

Di Balik Pro Kontra soal Daendels Ada Kita yang Kurang Banyak Baca Buku Sejarah terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Seperti halnya cerita anak Nabi Adam, Qabil yang membunuh Habil lantas menguburkannya setelah melihat burung melakukan itu, sejatinya itulah yang tengah dilakukan Kemendikbud dengan tak mewajibkan siswa SLTA untuk mempelajari pelajaran Sejarah. Qabil berpikir dapat menyembunyikan perilaku nistanya dengan mengubur adiknya ke liang lahat. Seolah dengan begitu takkan ada di dunia yang mengingat apa yang telah dilakukannya. Takkan ada sejarah yang mencatat tragedi pembunuhan pertama di dunia dilakukan oleh manusia bernama Qabil.

Namun sayangnya, sejarah selalu menemukan kebenarannya sendiri, bahkan jika ditutup-tutupi atau diselewengkan. Dengan tak mewajibkan mata pelajaran Sejarah, Kemendikbud seolah sudah meramal dan menerka: pada suatu zaman di masa depan, dalam buku-buku pelajaran Sejarah bakal diterangkan masa sekarang, yakni saat negara kacau balau diurus oleh mereka. Mungkin mereka takut jika di dalam buku-buku Sejarah nanti pemerintahan sekarang diterangkan seperti halnya Orde Baru yang telah banyak merenggut kebebasan masyarakat, membunuh banyak nyawa tanpa kejelasan.

Dengan tak mewajibkan mata pelajaran Sejarah, Kemendikbud seolah berharap mampu menghapuskan ingatan masyarakat soal kebijakan-kebijakannya yang konyol dan menyebalkan. Mereka berharap orang-orang di masa depan tak akan tahu kalau pemerintah saat ini telah banyak melukai hati warganya, karena sejarah tak mencatat itu.

Siapa juga yang mau dicitrakan jelek oleh sejarah? Oleh karena itu, wajar saja kalau Kemendikbud dan pemerintah tak ingin mewajibkan pelajaran Sejarah untuk dipelajari di tingkat SLTA.

Mereka tak ingin nanti diceritakan sebagai pemerintah yang pernah begitu percaya diri tak akan kena corona, tapi ternyata kena juga dan kasus positifnya justru mencapai ratusan ribu. Mereka juga nggak mau diceritakan sebagai pemerintah yang seharusnya melindungi warga dari corona, eh malah kantor Kementerian Kesehatan-nya aja kena corona. Sesungguhnya pemerintah saat ini begitu sadar diri kalau kinerjanya tak memuaskan. Makanya, biarin aja Kemendikbud tak wajibkan mata pelajaran Sejarah. Dengan begitu, dalam khazanah sejarah Indonesia tak akan ditemui pemerintahan yang lalai dan nggak bertanggung jawab.

Jadi, sudahlah, nggak usah terlalu diprotes kebijakan itu. Pemerintah pasti bikin kebijakan untuk kebaikan mereka bersama, kita bersama. Udah biasa kayak gitu, kan? Toh dari Orde Baru kita seharusnya belajar bahwa penguasa selalu bisa memanipulasi kejadian sejarah. Salah satu buktinya, ya, soal PKI. Bagian yang paling diingat oleh mayoritas masyarakat kita tentang PKI kan cuma bagian G-30-nya. Bodo amat dengan fakta lain, sumber lain, dan bagaimana setelah kejadian itu terjadi? Apalagi, mana peduli berapa juta orang mati karena disangka PKI?

Pasalnya, kurikulum pelajaran Sejarah memang diatur sama penguasa. Nah, daripada sejarah dimanipulasi lagi, mungkin lebih baik dihapus aja sekalian. Bukankan pemerintah kita saat ini sungguh jujur sekali? Nggak akan manipulasi sejarah, tapi langsung mau hapuskan mata pelajarannya. Biarkan sejarah nanti nggak mencatat bahwa KPK dilemahkan oleh pemerintah saat ini. Biarkan sejarah nanti nggak mencatat bahwa aksi tolak RUU KPK di Jakarta, ternyata menumbalkan nyawa dan negara tetap merasa baik-baik saja.

Terlalu banyak peristiwa yang menggetirkan kalau sejarah mesti mencatat itu semua. Mungkin itulah yang dipikir Kemendikbud dan pemerintah saat ini. Mereka nggak tega anak masa depan Indonesia terbebani sejarah yang kelam macam begini. Solusinya ya, keberadaan cerita buruk ini mesti dihapuskan dari sejarah. Ya, biar kayak abad kekosongan di One Piece gitu, loh. “Masa lalu biarlah masa lalu,” senandung mereka di Istana.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah Jurusan Sejarah yang Terlanjur Melekat dan Dipercaya Banyak Orang

Dari Sekian Banyak Jurusan Pendidikan, Pendidikan Sejarah Adalah Jurusan yang Tidak Terlalu Berguna

Sejarah tak perlu mencatat pemerintahan saat ini, biar di masa depan nanti nggak akan ada stiker muka Jokowi lagi melambaikan tangan sambil ngomong, “Piye kabare? Penak zamanku, toh?”

BACA JUGA Sejarah di Balik Cita Rasa Manis Makanan Jawa dan tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 September 2020 oleh

Tags: Kemendikbudsejarah
Tazkia Royyan Hikmatiar

Tazkia Royyan Hikmatiar

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, alhamdulilah lahirnya di bidan bukan sama orang pintar daerah Bandung. Setelah tahu bahwa kata ternyata bisa membuat dia bahagia, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Sempat mengikuti banyak komunitas kepenulisan, namun sekarang lebih fokus bekerja untuk keabadian di Pers Mahasiswa Poros UAD. Saya bisa dihubungi lewat WA di 088216427712

ArtikelTerkait

kesamaan akhir hidup kekuasaan presiden sukarno dan pangeran diponegoro mojok.co

Kemiripan Hikayat September-Maret Pangeran Diponegoro dan Presiden Sukarno

28 September 2020
jurnal ilmiah kemendikbud mojok

Kok Bisa Kemendikbud Nggak Masukin Situs Jurnal Ilmiah dalam Daftar?

1 November 2020
Betapa Sialnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sejarah fakultas sejarah mata pelajaran sejarah nadiem makarim terminal mojok.co

Betapa Sialnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sejarah

26 September 2020
Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

11 April 2023
Taman Balekambang Lebih dari Sekadar Wujud Kasih Sayang Terminal Mojok

Taman Balekambang: Lebih dari Sekadar Wujud Kasih Sayang

2 Juli 2022
karang taruna pentas agustusan bendera merah putih indonesia terminalmojok

Menilik Sejarah Karang Taruna, Organisasi Paling Eksis di Bulan Agustus

5 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.