Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Apa itu Upselling? Di Indonesia Adanya “Trap Selling”!

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
25 November 2023
A A
Apa itu Upselling? Di Indonesia Adanya “Trap Selling”! Mojok.co

Apa itu Upselling? Di Indonesia Adanya “Trap Selling”! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saat orang-orang di media sosial ramai membahas mengenai upselling, saya sudah terlebih dahulu mempelajarinya. Maklum saja, saya memang berkecimpung di ranah disiplin ilmu pemasaran. Sayangnya, lantaran lebih banyak berkutat dengan teori, saya awam perihal praktek upselling di luar buku dan artikel ilmiah. Buktinya, tidak satu atau dua kali saja, saya sebagai konsumen merasa dijebak oleh tenaga penjual yang berusaha meningkatkan omzet mereka.

Sejatinya, upselling merupakan teknik lawas yang sah-sah saja dijalankan. Teknik ini yang biasa diterapkan oleh tenaga penjualan ini berupaya meningkatkan omzet penjualan dengan menawarkan produk-produk tambahan. Idealnya, seorang yang menerapkan taktik ini tidak boleh memaksa maupun memperdaya pelanggan demi tercapainya target penjualan. Sebaliknya, dia harus senantiasa terbuka dan menjelaskan secara gamblang mengenai produk tambahan berikut biaya yang harus dikeluarkan pembeli apabila menyetujui penambahan tersebut.

Nyatanya, strategi marketing yang seharusnya wajar saja dilakukan ini menjadi berkonotasi jelek saat ini. Sentimen negatif muncul karena banyak penjual menerapkan upselling dengan tidak semestinya. Mereka malah seperti membodohi konsumen demi keuntungan sepihak. 

Staf penjual memang tidak terang-terangan menipu calon pembeli. Namun, mereka dengan lihat memanfaatkan ketidaktahuan pelanggan dan menyembunyikan informasi. Boleh dibilang, tindakan seperti ini merupakan salah satu tindak kejahatan terselubung.

Berlebihan? Saya rasa tidak. Mengacu pada Undang Undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999, pelanggan memang berhak memperoleh kebenaran atas segala informasi pasti. Tidak terkecuali informasi tentang status produk beserta dengan harganya. 

Upselling ala Starbuck yang perlu diwaspadai

Memesan kopi di Starbucks adalah pengalaman tidak menyenangkan terkait upselling yang pernah saya temui. Seperti yang diketahui, Starbucks di Indonesia memiliki kesan kopi mahal. Tidak semua orang terbiasa dengan menu dan cara memesan di Starbucks. Beberapa orang yang jarang membeli Starbucks atau baru pertama kali jajan di kedai kopi bertaraf global itu akan kebingungan ketika memesan minuman. Akibatnya, pelanggan tipe ini akan iya-iya saja saat barista menawarkan sederet add-on products.

Kesalnya, barista kedai kopi ternama itu cenderung berbicara dengan tempo cepat. Barista seakan-akan tidak memberi kesempatan bagi pelanggan untuk mencerna perkataan mereka. Mereka juga tidak memberi penjelasan terkait harga produk ekstra yang ditawarkan. Wajar, jika pelanggan beranggapan bahwa tambahan sirup, topping, atau penggantian ke susu nabati tidak akan dikenakan biaya.

Kombinasi asimetri informasi dan aspek psikologis konsumen yang baru mencoba pesan minuman tersebut menghasilkan rasa kesal dan penyesalan di ujungnya. Ketika konsumen mencermati struk belanja, mereka baru menyadari telah masuk dalam jebakan penjualan. Trik semacam ini mungkin memang bisa meningkatkan omzet, tapi bukan tidak mungkin memperburuk citra merek.

Baca Juga:

4 Akal-akalan Penjual Sapi Menipu Pembeli demi Meraup Cuan Besar

4 Teknik Penjualan yang Harus Dikuasai Kasir biar Omzet Melejit, yang Terakhir Jarang Dipraktikkan!

Trik bioskop melakukan upselling

Pengalaman upselling tidak menyenangkan lainnya ketika hendak menonton film di bioskop. Sebut saja XXI dan Cinepolis. Oh, tentu saja mereka nggak akan melakukan upselling di tiket pertunjukkan. Sudah jadi rahasia umum, bisnis bioskop mendulang keuntungan besar bukan dari tiket, tetapi dari penjualan makanan dan minuman.

Betul, usaha bioskop memang mengimplementasikan strategi cross selling. Namun, tidak lantas mandek di situ. Cross selling produk makanan dan minuman ringan yang dijajakan juga diikuti oleh upselling. Hampir semua staf penjualnya akan langsung menyebutkan harga bundling snack dan minuman ringan dengan iming-iming sedang promo tanpa menerangkan harga satuan jika tidak ditanya.

Tidak berhenti sampai di situ. Saat menawarkan popcorn pun, mereka selalu mengajukan ukuran sedang atau medium (M) dan besar atau large (L) tetapi dengan mengucapkan mau yang besar atau yang kecil. Padahal, yang mereka maksud dengan kecil adalah ukuran sedang atau medium (M). Faktanya, masih ada ukuran yang lebih kecil yaitu small (S) yang cocok untuk kudapan satu orang saja.

Jujur, hal sepele semacam ini membuat saya jengkel walaupun sebagian memang terjadi karena kecerobohan diri sendiri. Untungnya, saat ini snack bioskop sudah bisa dibeli pula lewat aplikasi. Bagaimanapun juga, aplikasi jauh lebih jujur dan terbuka ketimbang staf penjual. Tips lainnya apabila hendak membeli popcorn ukuran paling kecil, tekankan staf untuk memberi size small atau ‘S’ ketimbang berujar size kecil semata.

Tidak hanya dilakukan merek besar

Perkara upselling yang mengesalkan nyatanya tidak hanya terjadi di brand tersohor saja. Kalau mau jeli, usaha menengah pun sering memakai teknik marketing ini dengan tidak semestinya. Mengutip dari utas yang ditulis oleh akun @MrOngDedy di platform media sosial X, tawaran terapis atas pemakaian aroma terapi di panti pijat pun dilakukan dengan upselling terselubung.

Sebelas dua belas dengan kejadian tersebut, saya juga pernah mengecap pahitnya upselling di salon yang namanya tidak diketahui khalayak umum. Karyawan yang bertugas mengeramasi menawarkan penggunaan vitamin rambut. Sialnya, tawaran itu tidak diimbuhi dengan penjelasan akan tambahan harga vitamin yang kalau beli sendiri di minimarket, harganya jauh lebih masuk akal. Sejak saat itu, saya selalu menolak pemakaian vitamin maupun hair tonic di salon, sekalipun yang terakhir itu biasanya gratis.

Tidak masalah jadi pelanggan rewel

Guna mengakali hal tersebut, pelanggan kudu pintar-pintar saat memesan. Misalnya, wajib mempertanyakan setiap penawaran yang diajukan tenaga penjual. Biar saja dibilang rewel daripada rugi sendiri. Alternatif lainnya, konsumen dapat mengecek harga minuman terlebih dahulu di beberapa aplikasi pemesanan makanan secara online untuk mengakali penjual yang nakal.

Melihat beragam fenomena upselling yang terjadi di masyarakat sesungguhnya membuat hati saya sedih. Pasalnya, praktik kotor semacam itu mencederai ilmu pemasaran yang saya tekuni. Saking masifnya perilaku tidak senonoh para penjual, orang-orang mulai beranggapan bahwa strategi marketing tidak lebih dari upaya mengelabui konsumen. Mungkin, ini saatnya menyematkan nama baru untuk praktik penjualan sesat tersebut. Toh, upselling di Indonesia hanya fatamorgana, yang nyata adalah “trap selling”.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Ricuh Strategi Upselling, Ini Jurus Jitu Menghindarinya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.  

Terakhir diperbarui pada 25 November 2023 oleh

Tags: konsumenpemasaranpenjualstrategi marketingtrap sellingupselling
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

4 Strategi Uniqlo, H&M, Zara, dan Brand Fast Fashion Lain yang Bikin Kalap Belanja Terminal Mojok

4 Strategi Uniqlo, H&M, Zara, dan Brand Fast Fashion Lain yang Bikin Kalap Belanja

24 April 2022

Scarcity Effect: Teknik Jualan Paling Nggateli yang Manfaatkan Rasa Takut dan Ketergesaan Pelanggan

20 Juni 2021
Nggak Perlu Pakai Penglaris Agar Usahamu Ramai, Cukup Pakai Teori Psikologi Konsumen Ini

Nggak Perlu Pakai Penglaris Agar Usahamu Ramai, Cukup Pakai Teori Psikologi Konsumen Ini

26 Mei 2023
jualan seller penjual olshop mojok

Dear Seller, Please, kalau Jualan Jangan Nodong!

21 Oktober 2020
Menjawab Pertanyaan Siapa yang Harus Bilang Terima Kasih_ Penjual Atau Pembeli_ terminal mojok

Menjawab Pertanyaan Siapa yang Harus Bilang Terima Kasih: Penjual Atau Pembeli?

19 September 2021
Penjual Es Teh Sesat yang Menambahkan Es Batu Lebih Banyak daripada Tehnya Bukan Licik, Mereka Justru Peduli sama Kesehatan Pembeli

Penjual Es Teh Sesat yang Menambahkan Es Batu Lebih Banyak daripada Tehnya Bukan Licik, Mereka Justru Peduli sama Kesehatan Pembeli

8 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.