Akhirnya saya juga yang mengalah demi memecahkan masalah tersebut, walaupun sebenarnya saya berharap ada solusi yang ditawarkan pihak apotek yang bisa menjadi jalan keluar untuk masalah uang kembalian tersebut. Akan tetapi solusi yang mereka tawarkan kerap memberatkan saya sebagai konsumen. Hal itulah yang membuat saya mau tak mau harus menukar uang terlebih dulu sembari ngedumel dalam hati.
Setiap deadlock terjadi, yang bersedia berusaha untuk menyelesaikan masalah adalah saya. Itu pun atas inisiatif saya sendiri untuk menukarkan uang terlebih dulu atau membeli barang lain—yang tidak saya butuhkan—ke warung atau pedagang lain dengan harapan mendapat uang kembalian receh. Saat mencari warung kelontong atau pedagang lain pun bukan perkara gampang mengingat tak semua warung dan pedagang mau menerima tukaran uang. Jadi, saya harus pilih-pilih juga dalam hal ini. Repot betul, kan?
Berdasarkan pengalaman saya, penjual tak pernah ada inisiatif untuk menukarkan uang atau memberi solusi yang tidak memberatkan pembeli. Ora ada effort-nya pisan gitu, lho!
Penjual harusnya memiliki inisiatif
Sebenarnya masalah uang kembalian ini bisa diantisipasi dengan cara saya membawa uang pas atau uang yang nominalnya tidak terlalu besar. Hal tersebut sudah saya lakukan juga, kok. Dan sejauh ini, hal itu cukup efektif untuk melancarkan proses transaksi yang ideal. Sayangnya, saya tidak selalu memegang uang pas. Ada beberapa situasi yang mengharuskan saya datang ke apotek dengan membawa uang yang nominalnya besar sambil berharap bahwa pihak apotek punya kembalian. Sialnya, tetap saja mereka tidak menyediakan uang kecil.
Setelah beberapa kali mengalami masalah uang kembalian, saya jadi berpikir bahwa sepertinya ini bukan masalah yang bisa dianggap sepele. Para penjual seharusnya memperhatikan betul masalah ini karena termasuk dalam pelayanan bagi konsumen yang mana pelayanan haruslah memuaskan dan meninggalkan kesan yang baik bagi konsumen. Jangan sampai hal sepele seperti uang kembalian ini membuat pelanggan enggan datang dan berbelanja lagi. Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan?
Saya cenderung menitikberatkan kepada pihak penjual yang harusnya lebih berusaha dalam masalah uang kembalian. Penjual memang sepatutnya menyediakan uang kembalian. Jika penjual selalu menyediakan uang kecil, ketika ada pembeli yang bertransaksi dengan uang nominal besar jadi tidak masalah. Dan jika tidak punya uang kembalian, maka yang harus berusaha mencarinya adalah penjual. Jadi sekali lagi, uang kembalian menjadi tanggung jawab penjual, bukan pembeli yang disuruh mencarinya atau malah disuruh tambah belanjaan!
Penulis: Fadil Ahmad Muzakir
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membaca Karakter Pedagang saat Nggak Punya Uang Kembalian.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.