Kalau ada orang yang pagi ini bangun dengan mata sembap atau bengkak, bisa jadi dia adalah salah satu penonton drakor Twenty Five Twenty One. Ya, drakor yang bikin tidak sedikit penontonnya jadi overthinking itu memang sudah resmi tamat dengan ending yang bikin nyesek.
Harapan bahwa kisah Na Hee Do dan Baek Yi Jin bisa berakhir sebagai pasangan suami-istri yang bahagia, pupus sudah. Segala teori tentang bagaimana mereka bisa bersama pun terpatahkan. Lantaran, memang sejak awal drakor ini sudah memberi kode bahwa ceritanya adalah seputar keluarga, perjalanan mencapai mimpi, kisah persahabatan, dan cinta pertama di masa muda seorang Na Hee Do.
Di Twenty Five Twenty One, yang lagi diceritakan ini adalah masa mudanya Na Hee Do. Ketika suaminya tidak tersorot, ya itu berarti suaminya bukan merupakan bagian dari masa mudanya yang pengin diceritakan.
Cerita perjalanan cinta antara Hee Do dan Yi Jin di Twenty Five Twenty One itu sebenarnya adalah kisah cinta yang biasa terjadi di dunia nyata. Cinta pertama yang tidak bisa bersama sampai akhir. Dibanding membuat mereka menikah, saya justru termasuk golongan penonton yang menganggap bahwa perpisahan mereka itu memang adalah sesuatu yang seharusnya terjadi.
Hee Do dan Yi Jin itu masih sama-sama muda. Keduanya sama-sama sedang dalam proses bertumbuh dan mengejar mimpi. Ketika satu peluang besar terbuka, masak harus diabaikan?
Hee Do juga cewek realistis. Dia tahu, berpisah dengan Yi Jin memang akan sangat menyakitkan, tetapi memilih bersama malah akan lebih banyak mendatangkan rasa sakit hati.
Kalian yang pernah pacaran saat sama-sama sibuk, bahkan sampai LDR, pasti tahulah bagaimana nyeseknya jadi Hee Do. Sudah jarang ketemu, komunikasi pun tidak lancar. Janji yang terus diingkari, pada akhirnya hanya akan membuat rasa kecewa itu terus menumpuk. Terlebih, Hee Do punya luka yang sama dalam hubungan bersama ibunya. Saat Hee Do kecewa, itu artinya Yi Jin akan merasa bersalah. Jika terus-terusan dijalani, akan jadi beban yang tidak berkesudahan.
Pasangan yang LDR dan berhasil sampai nikah itu ada. Akan tetapi, pasangan yang gagal di tengah jalan juga tidak sedikit jumlahnya. Salah satunya, ya Yi Jin dan Hee Do ini.
Saya juga tahu, yang bikin nyesek itu karena mereka masih sama-sama mencintai. Momen ketika Yi Jin mengikat tali sepatu Hee Do, lalu mereka saling menumpahkan tangis dan mengucapkan pesan perpisahan sambil berpelukan adalah momen yang bikin jebol keran air mata. Perpisahan, mau diniatkan sebaik apa pun, pasti akan tetap sakit. Apalagi, mereka berpisah, tetapi masih menyimpan penjelasan satu sama lain.
Namun, sekali lagi, berpisah tetapi masih saling cinta itu adalah hal yang sudah biasa terjadi, Bestie. Namanya menjalin hubungan, yang dibutuhkan bukan cinta doang. Saling mencintai, tetapi nggak ada kecocokan, ya susah juga menjalaninya.
Hee Do dan Yi Jin di Twenty Five Twenty One itu berbeda bahasa cintanya. Hee Do tipe orang yang maunya semua hal diceritakan, sementara Yi Jin tidak bisa selalu begitu. Yi Jin tidak mau masalahnya cuma nambahin beban Hee Do. Dua-duanya tidak ada yang salah tentu saja. Yang terjadi adalah mereka sulit bahkan tidak bisa menemukan titik temu. Itu saja.
Katakanlah Yi Jin dan Hee Do belum benar-benar selesai. Setidaknya, mereka masih berutang penjelasan atas kalimat menyakitkan yang terlontar saat memutuskan berpisah. Namun, itu juga tidak selalu bisa dijadikan alasan agar mereka bersama. Saling menjelaskan keadaan sebenarnya, rasanya pun sudah cukup.
Pada intinya, hubungan antara Yi Jin dan Hee Do itu adalah sesuatu yang biasa terjadi dan relate bagi banyak orang. Menyakitkan memang, tetapi seperti yang Hee Do bilang, tidak semua hal yang diinginkan bisa didapatkan. Saat menjalaninya, Hee Do memang tampak sebegitu terlukanya. Namun, saat mengenangnya, bisa jadi dia malah senyum-senyum sendiri.
Nah, kalau yang menjalaninya saja sudah baik-baik saja dengan perpisahan, lantas untuk apa kita mengharapkan takdir bersama? Untuk apa hayooo? Toh pada kenyataannya, yang menemani tumbuh, tidak selalu menjadi teman menghabiskan masa tua.
Ya, kalaupun akhir kisah Hee Do dan Yi Jin bikin kalian kecewa. Setidaknya ada kisah Taeyang Squad yang sangat manis untuk diingat. Bagaimana mereka kemudian menemukan dunianya masing-masing adalah satu hal yang menginspirasi.
Drakor Twenty Five Twenty One ini bukan cuma tentang cinta-cintaan, kan? Ada banyak sekali hal-hal berkesan di dalamnya. Terutama tentang bagaimana orang-orang yang menghadapi masa sulit saat krisis keuangan Korea, lantas mulai tumbuh dengan harapan baru.
Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Audian Laili
BACA JUGA Jadi Latar Twenty Five Twenty One, Seperti Apa Korea Saat Krisis 1997?