Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tukang Ojek Pengkolan Sebaiknya Menghilangkan Tokoh-tokoh Tidak Penting Ini

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
4 Agustus 2020
A A
tukang ojek pengkolan pak sofyan penghasilan kekayaan mojok.co

tukang ojek pengkolan pak sofyan penghasilan kekayaan mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan saya yang berjudul “Lama-lama Sinetron ‘Tukang Ojek Pengkolan’ Membosankan Juga” disambut semringah oleh banyak orang. Terutama di Twitter dan Facebook, yang awalnya saya kira bakal muncul serangan balik dari fansnya. Ternyata, muncul dukungan karena mereka—termasuk fans sinetron ini—juga merasakan hal yang sama.

Di tulisan tersebut, saya sudah menjabarkan mengapa Tukang Ojek Pengkolan ini menjadi membosankan. Malahan, sangat membosankan. Sangat berbeda dengan kualitasnya ketika sinetron ini awal mengudara, ketika Mas Pur masih mbribik Mbak Ani. Kini, ketimbang menceritakan kelumit tukang ojek, mereka lebih menceritakan satu kampung. Iya, pemirsa, satu kampung.

Dari poin-poin yang menyatakan kebosanan, sebenarnya titik pangkalnya adalah satu; banyak tokoh nggak penting yang hadir di Tukang Ojek Pengkolan. Sekaliber tokoh utama, Entis Sutisna, saja bisa hengkang, yang notabene tokoh utama peletak dasar keseruan sinetron ini, apalagi tokoh-tokoh tambahan yang nggak ada dia pun rasanya nggak akan berpengaruh banyak.

Tapi, perlu saya tekankan, ini murni kegunaan dan akting di sinetron ini, bukan beranjak dari persona dan pribadi di luar peran.

Pertama, Bunga. Saya tertarik dengan tokoh Bunga, terlepas dari sejak awal memang memiliki karakter manja dan njelehi. Namun, makin lama, entah karena kebutuhan cerita atau apa, hadirnya tokoh ini jadi annoying. Apa lagi televisi saya yang bisa dibesarkan volumenya, namun nggak bisa dikecilkan. Suaramu, Mbak, mengganggu ketentraman telinga saya.

Karakter Bunga di Tukang Ojek Pengkolan memang cocok menjadi anak manja, tapi itu ketika SMP. Ketika masih pacaran dengan Bobby karena semesta sinetron ini masih sempit. Puncaknya adalah dalam arc Mas Pur nikah di Jepara, astagaaaa, teriakan melengking tokoh ini menjadi menyebalkan ketimbang menggemaskan. Kamu sudah dewasa, Bunga.

Kedua, Deden. Sudah, Deden jadi copet saja di sinetron Awas Ada Copet atau jadi cameo di Preman Pensiun. Berhubung Preman Pensiun sudah solid, sepertinya hadirnya Deden penting nggak penting. Lebih penting si gemas Pipit, sih. Namun, dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, ayolah, Deden ini gunanya buat apa, sih?

Saya paham Deden disandingkan dengan Bang Sapri karena karakter Bang Sapri itu kuat. Agar Bang Sapri bisa meng-cover celah si Deden. Sifat petakilan yang coba ia hidupkan itu sangat menyebalkan alih-alih ingin terlihat menyenangkan seperti Komar di Preman Pensiun. Juga, ketika ngenyek orang, karakter ini tidak sehidup Mas Jhon. Lantas, buat apa? Cuci motor saja sudah nggak ada.

Baca Juga:

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

5 Alasan yang Membuat Sinetron Indonesia Semakin Membosankan. Produser dan Sutradara Perlu Lebih Kreatif!

Ketiga, Joni. Ya, saya memang sudah lama nggak lihat dirinya ada di sinetron ini. Namun, Joni ini ada baiknya masuk saja semesta Preman Pensiun. Jadi satpam di Bandung ketimbang di Jakarta luntang-lantung. Asal jangan jadi preman lagi nanti dimarahi Kang Mus. Soalnya, Joni di Tukang Ojek Pengkolan sentuhan magis dan lucunya sudah hilang. Malah, dalam beberapa scene, hadirnya tokoh ini sangat njelehi. Apalagi ketika teriak “kecimping”, hiiii.

Ini asumsi saya pribadi, sih. Tidak adanya tokoh ini selama beberapa pekan pun tidak berdampak banyak. Tidak seberdampak Kang Tisna dengan mencoba formula hadirnya Mas Cipto sebagai gantinya. Bahkan, beberapa dari kita pasti tidak sadar bahwa Joni sudah lama nggak muncul di Rawa Bebek.

Keempat, Pengki. Ini murni atas kekaguman saya dengan sosok Benyamin Sueb. Dan ketika Pengki datang dengan memparodikan sosok Bang Ben, sekali dua kali muncul okelah, namun ketika muncul dan ngamen, ini sudah sangat membosankan. Boro-boro saya melihat sosok Bang Ben dengan tembang menggelitik macam “Enjot-enjotan”, yang ada saya hanya melihat sosok asing untuk mengisi spot di sinetron ini.

Sebenarnya, ada nggak ada tokoh ini pun nggak penting-penting amat. Layaknya hilangnya tokoh Joni, kita nggak akan menyadarinya.

Kelima, Emak Mae. Ketika Bang Ojak masih bersama Tati, jelas peran Mae ini asik sekali. Bahkan membuat kita ingat sosok Emak di sinetron Bajaj Bajuri. Namun, ketika Bang Ojak sudah menikah dengan Denok, ini kenapa, sih, tokoh ini masih menyimpan dendam dengan Bang Ojak? Maksud saya, ayolah, sifat membenci ini makin nggak make sense. Wagu.

Beberapa kali ada momen minta maaf, namun tetap saja esoknya muncul sifat kesalnya. Ini antara tokoh Mae sudah nggak berguna atau memang ceritanya sudah mandek. Kehabisan inspirasi mau dibawa kemana Tukang Ojek Pengkolan ini.

Saya mengira, lebih baik tokoh Bang Udin atau Mbak Wahyuni biang gosip saja yang mendapatkan peran. Mbak Wahyuni, walau menyebalkan, ia tidak tanggung-tanggung. Dan sinetron ini, kebanyakan terjebak bermain dengan tokoh-tokoh hitam putih yang nggak penting. Masih banyak sih tokoh lain semisal penghuni Pelipurlapar yang entah gunanya apa. Mereka terlihat tidak lebih penting dari cameo-cameo Gober.

Ya, tapi kultur sinetron memang begini, mau bagaimana lagi. Asal ada iklan di tengah cerita, apa pun dihajar walau penontonnya disajikan tayangan yang tidak memuaskan.

BACA JUGA The Story So Far dan Neck Deep, Pondasi Kebangkitan Pop Punk di Era Modern dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2020 oleh

Tags: dedenjoniSinetrontukang ojek pengkolan
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers terminal mojok.co

Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers

22 Januari 2021
ferdi amira tukang ojek pengkolan keluarga ideal mojok.co

5 Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman

2 Juli 2020
Roti Tawar Mentega Tabur Gula Pasir Adalah Menu Sarapan yang Nikmatnya Abadi terminal mojok.co

Selain Viennetta, Roti Tawar Dioles Selai di Sinetron Juga Jadi Impian Masa Kecil

11 April 2020
Kalau Pengin Lebih Laris, Nussa-Rara Harus Belajar dari Animasi Omar dan Hana Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar

Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar

26 Januari 2020
Dear Aris Nugraha, Jangan Sampai Preman Pensiun Jadi Kayak Ikatan Cinta

Dear Aris Nugraha, Jangan Sampai Preman Pensiun Jadi Kayak Ikatan Cinta

19 Januari 2023
Topi Tersayang_ Atribut Ikonik yang Wajib Dimiliki Generasi 90-an Pada Masanya terminal mojok

Topi Tersayang: Atribut Ikonik yang Wajib Dimiliki Generasi 90-an Pada Masanya

27 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.