Wisatawan pun bingung
Ada satu hal yang sebenarnya bisa jadi nail in the coffin tentang Trans Jogja, yaitu tidak bisa digunakan wisatawan. Bisa sih bisa, tapi apakah mereka bakal lancar dan paham? Nah, itu isunya.
Coba, para pembaca yang sudah tinggal lama di Jogja, apakah kalian familiar dengan rutenya? Kalau jawabannya tidak, apalagi wisatawan yang paling banter seminggu di Kota Istimewa?
Pernah suatu ketika, saya sedang naik Trans Jogja, ada orang yang masuk ke bus saya. Sepertinya dia tersesat atau mungkin dia tidak tahu arah. Seharusnya dia ke arah utara, namun ini malah ke arah selatan. Kemudian orang tersebut saya tanyai lebih lanjut mengapa marah-marah.
“Mbak, niat saya itu mau keliling Jogja, tapi kok ujung-ujungnya cuman keliling Bantul tok ya? Aku bingung e Mbak, mana transitnya lama banget, busnya datengnya nggak cepat eh. Sakjane aku mau ke Utara e, mau ke Pakem, tapi kok di arahainnya kesini terus, ya saya marah to ya Mbak” ujar wisatawan tersebut.
Benar adanya, bahwa rute peta jalan halte maupun rutenya sangat membingungkan, sehingga wisatawan pun akhirnya tidak enjoy untuk berlibur dengan muter-muter ke DIY.
Saya tak perlu lagi rasanya menuliskan daftar masalah Trans Jogja. Sebab, dari dulu hingga sekarang, masih sama. Sejak awal kemunculannya hingga sekarang, TJ masih tak reliable, dan tetap tak ramah pengguna.
Jadi, sebenarnya Trans Jogja untuk siapa, atau lebih tepatnya, untuk apa?
Penulis: Helena Yovita Junijanto
Editor: Rizky Prasetya