Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan di Terminal Mojok berjudul Menganggap Trans Jogja Nggak Berguna Adalah Pendapat Ngawur. Bus Ini Memang Banyak Kekurangan, tapi Masih Dibutuhkan Warga. Tulisan tersebut berusaha menanggapi anggapan soal betapa tidak bergunanya Trans Jogja pada artikel lain.
Membaca tulisan itu saya jadi tergelitik untuk ikut berkomentar. Sebagai warga dari luar Jogja, transportasi publik yang satu ini begitu unik di mata saya. Selain karena tidak semua daerah memiliki bus semacam ini, Trans Jogja menyimpan problem tersendiri.
Daftar Isi
Pengalaman saya sebagai pendatang menggunakan Trans Jogja
Sudah kurang lebih 6 tahun saya menjadi penumpang setia Trans Jogja. Sudut-sudut Jogja pernah saya kunjungi menggunakan bus yang dikelola oleh PT Jogja Tugu Trans itu. Awalnya, saya pikir bus ini adalah bus wisata menyasar para pendatang dan wisatawan. Setelah beberapa saat saya menyadari, bus ini juga banyak digunakan oleh warganya. Rute yang dilalui juga nggak melulu kawasan wisatawan.
Sebagai warga luar Jogja, saya merasa sangat terbantu dengan transportasi ini. Apalagi tarifnya sangat ramah di kantong. Selama 6 tahun menggunakan bus ini, saya hanya merasakan kenaikan harga sebesar Rp100, dari semula Rp3.500 menjadi Rp3.600. Padahal sama-sama kita tahu, beberapa tahun terakhir terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi karena penyesuaian harga BBM. Saya merasa pengelola memang ingin menyediakan fasilitas publik yang nyaman dan terjangkau oleh berbagai kalangan.
Memang tak tepat dianggap tidak berguna
Itu mengapa saya juga nggak setuju kalau Trans Jogja disebut nggak berguna. Sebagai warga luar Jogja, saya merasakan langsung manfaatnya. Saya juga mengamati, banyak warga masih menggunakan bus ini. Lantas, ukuran apa yang digunakan sehingga ada orang yang menilai bus ini nggak berguna?
Saya dan kawan-kawan lain yang berasal dari luar Jogja merasa Trans Jogja sangat bermanfaat. Kami bisa lebih mengenal Jogja karena transportasi publik ini. Masih ingat betul di ingatan saya, bagaimana para petugas dengan cekatan merekomendasikan rute-rute perjalanan ketika saya merasa kebingungan. Saya sempat heran, bisa-bisanya mereka hafal di luar kepala.
Selain bermanfaat bagi pendatang, bus ini juga banyak digunakan oleh warga karena melewati tempat-tempat strategis. Saya pernah naik Trans Jogja menuju Bandara Adi Sucipto dari Terminal Jombor menggunakan bus bernomor 5A. Selama perjalanan saya melewati berbagai sekolah dan universitas. Itu mengapa sepanjang rute ini banyak penumpang naik dan turun silih berganti.
Pelayanan tidak maksimal karena kondisi
Saya merasa berkendara di Jogja itu perlu tahu prioritas. Misal, kalau memang ingin berkendara secara cepat, lebih baik membawa motor pribadi atau naik ojek. Jangan malah naik Trans Jogja. Armadanya yang besar harus bersaing dengan kendaraan-kendaraan pribadi di Jogja yang kian banyak. Belum lagi jalanan Jogja yang kebanyakan sempit, armada akan kesulitan bermanuver di jalanan padat demi mengejar waktu.
Jadi kalau ada keluhan Trans Jogja itu lambat dan tidak tepat waktu, itu bukan karena pelayanan nggak maksimal. Saya yakin armada-armada bus sebenarnya ingin datang tepat waktu, hanya saja kondisi jalan tidak memungkinkan. Itu mengapa, kalau Jogja ingin menyediakan transportasi publik yang benar-benar memadai, banyak hal perlu diubah. Bukan sekadar layanan dari Trans Jogja saja.
Harapan agar bus ini semakin baik dari sisi ketepatan waktu pasti ada. Hanya saja saya menyadari perbaikan itu memerlukan biaya, waktu, dan energi besar. Jadi saya nggak berharap banyak. Saat ini saya hanya berupaya menyesuaikan diri saja. Kalau memang tempat yang dituju jauh dan melewati jalan-jalan padat, saya akan meluangkan waktu lebih banyak dalam perjalanan menggunakan Trans Jogja.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.