Salah satu mitos yang berkembang di sungai tersebut adalah penghuni sungai yang konon disebut warga sekitar sebagai Lembudana-Lembudini. Wujud makhluk satu ini berupa siluman ular berwajah kerbau. Mereka dipercaya mendiami aliran Sungai Pemali di Desa Dumeleng hingga Desa Kertabasuki. Bukan hanya Lembudana-Lembudini yang menjaga Sungai Pemali, warga sekitar juga percaya sungai ini dijaga oleh siluman buaya putih!
Warga sekitar mengatakan, tiap ada korban meninggal di Sungai Pemali, selalu muncul tanda-tanda dari sosok penunggu. Pernah katanya sungai ini mengeluarkan riak yang tak wajar. Kejadian ini diiringi dengan kemunculan sosok buaya putih. Tak lama berselang, ada seorang warga yang dikabarkan meninggal di Sungai Pemali.
Konon, sungai terpanjang di Kabupaten Brebes ini dikabarkan selalu meminta tumbal setiap tahunnya. Yang mengherankan, korban yang meninggal di sana bukanlah warga asli Brebes. Banyak warga yang mengaitkan ini dengan kisah peperangan antara Arya Bengah dan Ciung Wanara yang disebutkan dalam Serat Kandha. Katanya, para prajurit memiliki pantangan untuk nggak menyeberangi sungai. Jika ada prajurit yang menyeberangi sungai dari timur ke barat akan mundur lagi ke arah timur, begitu pula sebaliknya. Sehingga para orang tua melarang anak cucu mereka untuk mendatangi, bahkan bermain di Sungai Pemali. Pantangan ini bahkan masih berlaku hingga sekarang.
Selain mitos mengenai tumbal tiap tahun, ada juga cerita mengenai beberapa bus yang “disesatkan” ke tepian Sungai Pemali. Para sopir bus mengaku bahwa mereka melalui jalan yang lurus dan rata. Namun ketika sadar, bus yang mereka bawa sudah berada di pinggir Sungai Pemali. Anehnya, bus ini berukuran cukup besar dan jalan menuju ke pinggiran sungai terlalu kecil untuk dilalui sebuah bus. Seharusnya sopir menyadari hal itu.
Dari dua kejadian tersebut, kita seolah diingatkan untuk senantiasa eling saat melewati Sungai Pemali. Eling yang dalam bahasa Jawa berarti ingat, maksudnya ingat pada Tuhan Sang Pencipta. Kita nggak boleh lengah dalam setiap kegiatan yang kita lalui. Ojo kelalen, Lur, sing eling!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mitos Tumbal Proyek: Berawal dari Salah Tafsir, Berakhir Jadi Urban Legend.