Sebagai pemilik rumah yang hidup sendirian, dari usia 17 tahun hingga usia saya sekarang 26 tahun, saya menyewakan setengah rumah untuk dikontrakkan. Hampir semua orang yang sewa rumah di tempat saya sudah berkeluarga. Saya pun sudah bertemu dengan berbagai tipe orang sewa rumah, mulai dari yang paling baik sampai yang bikin pusing.
Oleh karena itu, saya ingin berbagi cerita mengenai 5 tipe orang sewa rumah yang pernah saya jumpai. Berikut adalah macam-macam tipe penyewa kontrakan versi saya.
#1 Tipe malaikat baik
Tipe orang sewa rumah ini adalah tipe yang paling baik menurut saya. Orang-orang dengan tipe seperti ini sangat sopan, bahkan anak-anak mereka yang masih kecil pun sopan. Tiap kali anak penyewa rumah bertemu dengan saya, biasanya mereka langsung menyapa dan mencium tangan saya tanpa harus disuruh orang tuanya.
Tipe ini bahkan membayar kontrakan di awal tanggal bayaran yang belum jatuh tempo saat mereka sedang ada rezeki. Mereka juga tak segan-segan berbagi makanan dengan saya. Sayangnya, tipe orang yang menyewa rumah ini selalu pergi dengan cepat.
#2 Tipe baik dan bergizi
Tipe orang sewa rumah yang kedua ini juga tidak kalah baiknya. Mereka adalah pasangan muda baru menikah dan hanya ingin menyewa rumah selama beberapa minggu saja untuk tugas pekerjaan. Bahkan, mereka tidak membawa perabotan besar seperti kasur dan lainnya.
Orangnya baik dan ramah, sering mengajak ngobrol saya. Karena pekerjaan mereka adalah ahli gizi di salah satu sekolah dekat rumah saya, mereka sering sekali membagi saya buah-buahan dan makanan sehat. Sama seperti tipe yang di atas, tipe ini juga hanya sebentar menyewa rumah saya.
#3 Tipe licik hobi korupsi
Tipe ketiga ini adalah orang yang pertama kali menyewa rumah saya. Dulu, saya masih sangat polos dan belum tahu banyak tentang dunia rumah kontrakan. Jadi, saya sering menuruti ucapan mereka lantaran mereka juga lebih tua dari saya. Yah, agak terintimidasi gitu~
Karena saat itu saya baru pertama kali mengontrakkan rumah, saya sendiri tak tahu patokan standar harga sewa. Oleh karena itu, saya memberi mereka harga sewa yang sangat murah, tapi mereka masih tetap menawarnya. Pernah sekali waktu saat sang istri hendak bayar kontrakan, dia menyuruh saya membuat kuitansi lunas. Padahal, uang sewa yang dibayarkan baru setengahnya, sementara setengahnya lagi dijanjikan minggu depan.
Saya pun menuruti kata-katanya, namun minggu depan uang kontrakan masih belum dibayarkan. Saya pun berinisiatif menagih dan bertemu dengan suaminya. Suaminya justru kaget karena ia mengira uang sewa sudah dibayar sang istri. Pecahlah perang dunia ketiga. Haduh~
#4 Tipe cerdik yang berlagak bodoh dan berbudget tipis
Tipe yang satu ini sebenarnya agak menjengkelkan. Hampir sama seperti tipe kedua, orang yang menyewa rumah saya adalah pasangan suami istri yang masih sangat muda, bedanya sang istri evil banget. Eh?
Sang istri selalu mengeluh tentang rumah saya. Kalau ada yang rusak, ia selalu minta cepat diperbaiki, kalau tidak ia mengancam akan pindah kontrakan. Saat jatuh tempo bayar sewa rumah pun mereka selalu telat bayar dan selalu saya yang harus datang menagih, bukan sebaliknya. Kalau saya sengaja tidak datang, ya tidak akan dibayar juga. Huhuhu. Saat saya mau menaikkan uang sewa Rp 50 ribu untuk bulan depannya, mereka berkilah bahwa kontrakan sebelah saja tidak sampai segitunya dan mengancam akan pindah.
Selanjutnya, saat sudah memasuki bulan baru dengan harga sewa baru, mereka masih saja membayar dengan harga sewa lama dan pura-pura bodoh dengan bertanya apakah bulan depan uang sewa jadinya dinaikkan. Pada akhirnya, mereka tak mampu lagi membayar kenaikan uang sewa dan langsung pindah. Dalam hati saya bersyukur Alhamdulillah.
#5 Tipe penghuni tak kasat mata
Tipe ini sulit sekali dihadapi menurut saya karena susah ditemui. Ya benar, tipe penghuni ini hanya menempati kontrakan sebentar lalu menghilang dan tidak pernah membayar lama sekali, sampai setengah tahun. Ini yang bikin saya bingung. Buat apa sewa rumah padahal tidak ditempati? Mau diusir pun sulit, malah bikin rezeki saya mampet.
Saya bingung sekali mengusir orang seperti ini. Kunci rumah dibawa, dihubungi pun ya cuma dikasih janji dan harapan palsu belaka. Lalu saat pindah kontrakan, mereka pindah secara sembunyi-sembunyi tengah malam. Yang paling bikin saya sebal adalah tidak ada kata maaf dan tidak ada ganti rugi dari utang sewa yang harusnya dibayar. Kasur saya pun ikut dibawa! Haduh~
Nah, itulah 5 tipe orang sewa rumah versi saya. Setelah menghadapi berbagai tipe penyewa kontrakan dengan penuh suka duka, sekarang saya lebih tahu bagaimana cara menghadapi mereka. Mudah-mudahan ke depannya makin banyak penyewa kontrakan dengan tipe pembawa senyuman, jadi saya tidak perlu sering ngelus dada.
BACA JUGA Di Madura, Halaman Rumah Luas Adalah Keniscayaan.