Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tingkat Kematangan Nasi yang Dipermasalahkan dan Menyesuaikan Selera

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
13 November 2019
A A
Tingkat Kematangan Nasi yang Dipermasalahkan dan Menyesuaikan Selera
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang asli Indonesia, rasanya sudah menjadi kewajiban sewaktu lapar dan ingin makan, menu utama yang wajib ada dan tersedia adalah nasi. Wajar karena nasi menjadi pangan utama pendamping saat lapar kebanyakan orang di sekitar kita—termasuk saya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, bagi saya nasi tidak lagi menjadi menu wajib. Bisa digantikan dengan menu lain seperti kentang, mie, dan lain sebagainya.

Intinya, sih, tetap mengandung karbohidrat hanya saja dalam wujud lain. Begitu dekat dan lekatnya nasi dengan masyarakat Indonesia, bahkan sampai ada istilah, “bukan orang Indonesia namanya kalau nggak makan nasi”.

Di Indonesia, ada beberapa jenis beras yang kemudian diolah menjadi nasi dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Tiga jenis beras yang dikenal banyak masyarakat antara lain; Pandan Wangi, Ramos, Rojolele. Favorit saya jatuh pada Pandan Wangi, selain rasanya pulen aromanya pun wangi. Bukan maksud ingin sok-sokan menjadi pakar kuliner, sih, tapi tekstur pandan wangi betul-betul pas dengan selera saya.

Kualitas beras Pandan Wangi tidak perlu diragukan lagi. Namun, ada kualitas dan rasa, pastinya ada harga yang harus dibayar. Karena harga per-satu beras pandan wangi cukup mahal, sekitar Rp13.000, sehingga tidak heran jika yang menikmati hanya orang-orang berpenghasilan cukup. Sesekali saya makan beras jenis ini ketika di rumah orang tua atau saudara. Hehehe.

Meskipun begitu, yang namanya selera pasti akan berbeda-beda tiap orangnya. Banyak orang di luar sana mungkin akan lebih memilih Rojolele atau Ramos sebagai beras favoritnya. Bisa jadi ada beras jenis lain yang menjadi kesukaan banyak orang.

Selain berbeda dalam pemilihan jenis beras, tiap orang pun memiliki selera masing-masing perihal tingkat kematangan beras yang dimasak. Saya sendiri lebih menyukai beras yang pulen dan tidak terlalu lembek. Agar lebih mendapatkan gambarannya seperti apa, ya, mirip-mirip nasi yang disajikan HokBen atau Yoshinoya gitu, lah. Lagipula, siapa sih yang nggak suka dengan nasi seperti di HokBen gitu?

Ada yang bilang, jenis beras juga cara memasak beras akan menentukan tingkat kematangan saat sudah menjadi nasi: apakah kering, cukup, atau bahkan lembek (seperti bubur)? Paling menentukan biasanya adalah seberapa banyak air yang dicampur pada saat beras dimasak. Bagi seseorang yang terbiasa memasak nasi—baik lelaki atau perempuan—pasti sudah terbiasa dengan rumusan “tambahkan air sebatas ruas jari” pada saat memasak beras.

Sebagai seorang lelaki yang paling tidak ingin bisa memasak nasi dengan baik, beberapa kali saya menanak sendiri dengan cara seperti itu. Hasilnya belum cukup memuaskan. Sering kali nasi menjadi terlalu lembek seperti kebanyakan air. Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada lifehack tentang hal ini, banyaknya air pada nasi yang sudah masak bisa diserap kembali dengan hanya selembar roti. Setelah saya coba, nyatanya tidak semudah itu, mylov~

Baca Juga:

Sumo, Beras Pulen yang Tetap Dicari meski Harganya Bikin Gigit Jari

Pakistan Nggak Cocok untuk Kalian yang Tiap Pagi Harus Sarapan Nasi

Percobaan dengan selembar roti yang saya lakukan gagal. Ternyata, hal tersebut tidak semudah seperti yang diperlihatkan video lifehack. Anehnya, di lifehack kok terlihat sangat mudah dan cepat?!

Perlahan tapi pasti, akhirnya saya menemukan formula agar beras yang dimasak tidak menjadi terlalu lembek, tidak pula terlalu kering (kurang air). Kurang lebih begini: saat kita ingin menanak nasi, siapkan takaran gelas nasi yang biasanya berukuran 160 ml. Seberapa gelas pun beras yang ingin dimasak, tambahkan air dengan takaran gelas yang sama + ½ gelas air.

Contoh: saya ingin memasak 3 gelas beras, berarti air yang harus ditambahkan untuk menanak nasi adalah 3 ½ gelas. Atau ingin memasak 2 ½ gelas beras, berarti air yang harus ditambahkan adalah 3 gelas. Dengan catatan, gelas yang digunakan dalam menakar beras dan air ukurannya sama.

Cara yang biasa saya lakukan tersebut tentu hanya salah satu cara untuk mendapatkan tingkat kematangan nasi yang diinginkan sesuai selera. Mungkin ada perbedaan dalam cara memasak—tergantung selerang masing-masing. Namun, satu yang pasti dan sulit diubah dari masyarakat Indonesia, nasi akan tetap menjadi menu utama ketika lapar. Apalagi disantap selagi hangat, pasti makin selera makan.

BACA JUGA Cerita Rumah Makan Padang: Porsi Nasi yang Lebih Banyak Ketika Dibungkus Dibanding Makan di Tempat atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 November 2019 oleh

Tags: BerasNasiorang indonesia
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Apa Jadinya kalau Orang Indonesia Nggak Suka Sambal?

Apa Jadinya kalau Orang Indonesia Nggak Suka Sambal?

9 Juni 2023
4 Rice Cooker yang Cocok buat Anak Kos terminal mojok

4 Rice Cooker yang Cocok buat Anak Kos

23 Oktober 2021
Nasi Goreng Makanan Sejuta Umat yang Cocok Disantap si Kaya dan si Miskin Mojok.co

Nasi Goreng Makanan Sejuta Umat yang Cocok Disantap si Kaya dan si Miskin

14 November 2023
Fukumi Beras Porang: Sehat di Badan, Nggak Sehat di Kantong

Fukumi Beras Porang: Sehat di Badan, Nggak Sehat di Kantong

18 November 2022
Makan Soto tapi Nasinya Dipisah Itu Manner dari Mana?

Makan Soto, tapi Nasinya Dipisah: Manner dari Mana, sih?

10 Februari 2020
Rice Cooker Miyako, Juru Selamat Anak Kos di Seluruh Penjuru Indonesia

Rice Cooker Miyako, Juru Selamat Anak Kos di Seluruh Penjuru Indonesia

2 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.