Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

The White Tiger: Menelanjangi Kemiskinan Struktural India dengan Cara Non-Bollywood

Ananda Bintang oleh Ananda Bintang
5 Februari 2021
A A
‘The White Tiger’ Menelanjangi Kemiskinan Struktural India dengan Cara non-Bollywood terminal mojok.co

‘The White Tiger’ Menelanjangi Kemiskinan Struktural India dengan Cara non-Bollywood terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Terakhir kali saya menonton film dari India adalah ketika saya menonton film-film yang digawangi oleh Amir Khan, dari mulai Three Idiots (2009), PK (2014), sampai Dangal (2016). Itu adalah film dari India yang bikin saya tidak merasa terganggu karena adegan joget-joget. Masalahnya adegan joget itu membuat saya malah ikutan bergoyang, bukan nonton film. Setelah film-film ini rasanya saya tidak—atau belum—menemukan film India lain yang memiliki tema unik. Sampai akhirnya saya menemukan The White Tiger (2021).

Film garapan Netflix yang sekilas posternya sangat ngepop dan mirip film bergenre coming of age ini digadang-gadang menjadi salah satu film terbaik di awal tahun 2021.

Secara tema dan alur, film ini nggak ndakik-ndakik, tidak seperti film-film India yang pernah saya tonton sebelumnya. The White Tiger secara terang-terangan langsung memperlihatkan apa yang seharusnya terlintas tentang India selain pesona Bollywood-nya. Yak, kemiskinan.

Berdasarkan data dari soschildrensvillages.ca, sekitar 68,8% warga India hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah yang sangat besar jika dilihat dari populasi India yang terbanyak kedua di dunia. Ironisnya, selama Bollywood identik dengan lenggak-lenggok jogetnya dan puser ke mana-mana itu, agaknya baru di tahun ini ada film yang benar-benar menelanjangi kemiskinan secara brutal dan begitu menyentuh jidat kita.

Melalui tokoh utama bernama Balram (Adarsh Gourav), kita dibawa ke sebuah tempat di India yang kumuhnya minta ampun. Meskipun nggak usah jauh-jauh ke India, di Indonesia pun masih banyak daerah kumuh. Namun, ketika saya menonton The White Tiger, rasanya entah mengapa kemiskinan yang ada di India jauh lebih parah. Setidaknya sampai sejauh ini saya belum pernah melihat orang Indonesia yang berak berjamaah sembarangan di pinggir jalan, saking nggak ada toiletnya.

Balram adalah satu dari sekian banyak anak India yang sebenarnya memiliki peluang untuk mendapatkan beasiswa. Namun, karena miskin, ia harus tetap berada di kampung halamannya. Terlebih ketika ayah Balram meninggal, ia menjadi tumpuan keluarga bersama kakaknya. Balrm harus bekerja.

Singkat cerita, Balram pergi ke kota dan menjadi sopir pribadi “sang tuan tanah” kampung halamannya sendiri. Dari sini, konflik mulai muncul. Dari mulai kelicikan Balram untuk menggeser sopir utama yang ternyata seorang Muslim (sang tuan tanah tidak menyukai orang Muslim), majikan yang mabuk dan tidak sengaja menabrak anak kecil, sampai akhirnya Balram harus membunuh majikannya sendiri.

Sekilas, film ini memang mirip dengan Parasite (2019). Namun, menurut saya, latar belakang cerita dan alasan Balram melakukan hal-hal brutal demikian lebih logis ketimbang latar belakang keluarga miskin di Parasite. Dalam film The White Tiger, kemiskinan India tidak hanya digambarkan dengan rumah gubuk yang kumuh atau dengan banyaknya anggota keluarga yang menghuni satu rumah yang sempit. Atau hanya “karena alasan bau badan” harus membunuh majikannya sendiri.

Baca Juga:

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

8 Hal Klise yang Sering Muncul di Film Bollywood

Balram menggambarkan kemiskinan India—atau orang-orang yang seperti dirinya—lebih dari itu. Ia menggambarkan kemiskinan india sebagai ayam-ayam di dalam kurungan yang pasrah melihat ayam lainnya dipenggal di hadapan mereka. Satu-satunya jalan keluar dari kandang itu hanyalah menerima takdir untuk dipenggal. Orang India seperti Balram dan seperti sopir Muslim yang dipecat itu adalah ayam-ayam yang merasa hidup hanya untuk dipenggal. Belenggu kandang yang menjadi penggambaran “kasta” di India, membuat orang-orang miskin di sana hanya menerima keadannya.

Hal ini juga terlihat dari beberapa dialog dan perilaku Balram yang selalu menuruti majikannya. Bahkan ketika ia dipaksa harus mengakui sebagai penabrak anak kecil, Balram tertunduk patuh. Oleh karena kepatuhan ini, beberapa kali anak majikan Balram selalu menanyakan kenapa Balram begitu baik dengannya? Namun, Balram hanya menjawab karena majikannya itu sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.

Uniknya, film ini tidak berakhir dengan dipenjaranya Balram seperti film-film bertema drama sosial biasa atau film-film Hollywood yang bertema kejahatan. Justru di akhir film ini, Balram tidak memilih dipenggal, tapi ia memilih untuk “kabur dari kandang itu”. Ia menjadi seorang bos sopir yang kaya, bahkan ia menerapkan beberapa peraturan yang sangat “baik” terhadap karyawannya. Bisa dikatakan, Balram menjadi seorang yang cukup terpelajar dengan memaknai hidupnya yang terpaksa harus brutal karena sistem sosial di India itu.

Pada akhirnya film ini bukan bercerita tentang bagaimana menjadi orang jahat dan tidak memercayai orang-orang dengan kasta rendah, tapi film ini justru mengkritik kemiskinan struktural yang ada di India. Bagaimana suatu sistem budaya dan kasta yang dipegang teguh dengan alasan “mewarisi tradisi leluhur” ternyata justru yang membuat negara ini menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Dan menurut saya, film ini berhasil menampar itu dengan menghilangkan joget-joget khas Bollywood-nya lalu menggantinya dengan lanskap gambar yang ciamik dan sangat amat kontras antara si miskin dan si kaya.

Nah loh, apa jangan-jangan masalah fundamental di Indonesia juga berakar dari alibi mewarisi tradisi juga?

BACA JUGA Another Round’, Film tentang Alkohol dan Guru Sejarah Membosankan dan tulisan Ananda Bintang lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: bollywoodReview Film
Ananda Bintang

Ananda Bintang

ArtikelTerkait

Film Mother!: Cerita Absurd dan Aneh yang Wajib Dinikmati Tanpa Spoiler

Film Mother!: Cerita Absurd dan Aneh yang Wajib Dinikmati Tanpa Spoiler

30 Januari 2020
Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen bisa Berbuah Keji terminal mojok.co

Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen yang Keterlaluan

8 Maret 2021
Fight Club Adalah Film buat yang Hidupnya Cuma Kerja, Hedon, dan Ngeluh di Medsos terminal mojok.co brad pitt edward norton

Fight Club: Film buat Orang yang Hidupnya Cuma Kerja, Hedon, dan Ngeluh di Medsos

13 September 2020
muatan positif film kritik film ambil hikmahnya film azab berdebat film film pendek mojok.co

Film Harus Memiliki Muatan Positif dan Negatif sebagai Alat Masturbasi Kelompok Tertentu

26 Agustus 2020
Nasib Imigran yang Berjaya, Terlunta, dan Menderta di Film Martin Scorsese terminal mojok.co

Nasib Imigran yang Berjaya, Terlunta, dan Menderita di Film Martin Scorsese

9 Oktober 2020
Review Death on The Nile: kok Kayak Sinetron? (Akun Instagram @deathonthenile)

Review Death on The Nile: kok Kayak Sinetron?

8 April 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.