Film bergenre sci-fi memang nggak ada habisnya. Bertemakan masa depan yang futuristik, time traveler (penjelajah waktu), dipadupadankan dengan teknologi yang mutakhir dan alur cerita yang sulit ditebak, menjadikan genre ini digemari sekaligus mudah dikagumi oleh banyak orang. Namun, nggak sedikit juga yang flop karena alur ceritanya dirasa terlalu ndakik-ndakik.
The Adam Project, yang rilis di Netflix pada 11 Maret 2022 lalu, tidak termasuk di antara film bergenre sci-fi dengan alur cerita yang ndakik-ndakik tersebut. Saya akan jelaskan beberapa alasannya.
Punya plot tentang time traveler, cerita tentang masa depan dikolaborasikan dengan drama pada masa lalu, menjadikan The Adam Project sangat menarik sekaligus menyenangkan untuk ditonton. Ditambah para pemeran yang sudah punya nama besar di dunia perfilman. Dua di antaranya bahkan punya peran yang sangat penting dalam MCU (Marvel Cinematic Universe):, Mark Ruffalo (Hulk), dan Zoe Saldana (Gamora, Guardians of The Galaxy). Dan tentu saja, kita tidak bisa untuk tidak menyebutkan tokoh satu ini: Ryan Reynolds.
Pada trailer sudah dijelaskan bahwa garis besar cerita ini adalah tentang Adam Reed yang sudah dewasa dan hidup pada 2050. Blio harus kembali ke masa lalu dan bertemu Adam Reed yang masih remaja sekaligus Ayahnya—sebagai penggagas teori mesin waktu—untuk mengubah sekaligus memperbaiki kesalahan, juga niat jahat sahabatnya untuk menguasai masa depan.
The Adam Project semakin menarik dan sangat direkomendasikan untuk ditonton, karena punya alur cerita yang sangat-sangat-sangat ringan, meski bergenre sci-fi. Dialog antarpemain pun sangat mudah dipahami, tanpa teori dan istilah yang njlimet tentang masa depan, ruang waktu, beserta teknologi yang digunakan pada film tersebut. Unsur sci-fi, drama, dan konflik keluarga yang hadir dalam film ini sangat proporsional.
Selain punya alur cerita yang ringan, komedi yang diselipkan pada banyak dialog pun betul-betul mengingatkan saya akan lawakan pada banyak film Marvel. Sewaktu ada scene yang serius, diselipkan komedi melalui percakapan atau gestur para pemerannya. Sekalipun memasuki scene dengan irisan drama, tetap ada komedi tipis-tipis yang disajikan. Ditambah adanya pemeran yang sudah biasa tampil pada Marvel Cinematic Universe, membikin saya merasakan sensasi Marvel tipis-tipis pada The Adam Project.
Kendati demikian, hal tersebut nggak menjadikan film berdurasi 1 jam 46 menit ini jadi hilang arah dan tetap menyenangkan untuk ditonton. Bahkan durasi tersebut terasa sangat singkat. Sebab, dari awal sampai akhir, alur cerita utama tentang time traveler dikemas dengan sangat sederhana dan ringan. Juga, tetap fokus pada plot menyelamatkan masa depan dari niat jahat Maya Sorian, sahabat dari Ayah Adam.
Boleh dibilang, The Adam Project aman untuk ditonton bersama keluarga. Hanya ada sedikit scene dewasa antara Adam dan Laura (Zoe Saldana). Selain itu, ada juga scene bullying sewaktu Adam masih anak-anak yang dilakukan oleh teman-temannya. Jadi, bagi para orang tua, saran saya, tetap dampingi anak untuk berjaga-jaga pada saat memasuki scene tersebut. Sebagai tambahan, film ini akan semakin menyenangkan untuk ditonton sambil ngemil, sih.
Namun, film ini juga bukan tanpa celah. Sebagai penonton, saya pikir, film ini kurang menegangkan meski ada scene perkelahian, kejar-kejaran, sekaligus pelarian dari para penjahat yang nggak kejam-kejam amat. Sejak awal pun tidak ada penekanan tentang seberapa penting perjalanan yang Adam lakukan ke masa lalu. Meski sulit dimungkiri, scene drama yang sangat apik sekaligus menyentuh dan percakapan yang jenaka antar pemain berhasil menutupi kekurangan tersebut.
Secara keseluruhan, The Adam Project tetap sangat menyenangkan untuk ditonton. Nggak ada scene yang membosankan. Saya jamin, durasi film yang nyaris dua jam akan terbayar tuntas dan nggak akan terasa. Malah, durasinya terasa kurang untuk film yang cukup menghibur dan memanjakan para penontonnya.
The Adam Project, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memang bukan film sci-fi yang terbaik. Namun, alur cerita ringan yang dikombinasikan dengan drama keluarga apik dan dialog antar pemeran yang jenaka, punya potensi menjadi salah satu poros dalam genre sci-fi biar nggak gitu-gitu aja, terlalu serius, atau monoton.
Sumber Gambar: Akun Instagram @theadamproject.movie
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya