Sebagai orang yang setiap hari melewati kawasan Terminal Laladon Bogor, saya rasa sebaiknya terminal tersebut ditutup saja. Sejak pertama kali melihatnya dari 2009 sampai sekarang, tidak ada perubahan signifikan dan fungsi yang berarti. Macet selalu menjadi masalah yang lahir dari terminal ini.
Belum lagi dengan masalah lainnya yang lahir dari adanya terminal ini. Sebagai orang yang sering merasa kesusahan dengan adanya terminal ini, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Bogor segera menutup Terminal Laladon saja. Berikut adalah alasannya.
#1 Macet yang tidak kunjung selesaiÂ
Macet adalah dosa terbesar yang dilahirkan oleh Terminal Laladon Bogor. Dengan adanya terminal ini, macet di sepanjang jalan menjadi tidak terhindarkan. Bahkan, macetnya sampai berkilo-kilo meter dari terminal ini. Terminal yang seharusnya jadi tempat berkumpulnya transportasi umum, meminimalisir macet, kenyataannya malah sebaliknya.
Pengelola terminal yang tidak tegas terhadap angkot membuat macet begitu terpelihara di sekitarnya. Angkot tidak diatur agar berdiam di dalam terminal. Alhasil, angkot meluber ke jalanan sampai membuat terminal gaib di sekitarnya.
Tapi, nggak heran sih kenapa angkot tidak betah berdiam di dalam terminal. Terminal Laladon sangat tidak terawat.
#2 Terminal Laladon Bogor tidak terawat, jelek, kumuh, dan jadi tempat mesum
Terminal Laladon itu sangat tidak terawat. Bangunan di dalamnya dibiarkan terbengkalai, tidak direnovasi, bahkan sampai dijadikan tempat mesum. Selain itu, jalanan di dalamnya banyak yang rusak. Sangat tidak nyaman dilalui oleh kendaraan. Apalagi jika turun hujan, jalan berlubang tidak kelihatan sama sekali karena tertutup air.
Karena kondisi tersebut, jarang sekali ada angkot yang betah berdiam di dalam terminal. Ditambah, saat malam tidak ada penerangan, supir angkot dan penumpangnya juga malas turun di situ. Nggak nyaman dan nggak aman sama sekali rasanya. Karena dibiarkan, membuatnya jadi rawan kejahatan.
#3 Terminal Laladon Bogor rawan kejahatanÂ
Terminal Laladon Bogor sering kali masuk berita. Bukan karena prestasi, bukan juga karena kabar baik. Tidak. Seringkali masuk berita karena kejadian kriminal. Naudzubillahi min dzalik. Mulai dari kericuhan, mesum, sampai obat-obatan terlarang pernah terjadi di terminal ini.
Memang, pada akhirnya selalu ditindak oleh aparat, tapi selalu muncul terus penyakit masyarakat di terminal ini. Kembali lagi ke poin kedua, alasannya karena terminal tidak dirawat dengan baik dan dibiarkan terbengkalai. Tidak ada usaha perbaikan dan peningkatan Terminal Laladon sebagai sentra pusat transportasi umum di Bogor Barat.
#4 Lebih baik melebur dengan Terminal Bubulak yang berdekatan
Alangkah baiknya Pemerintah Kabupaten Bogor berkolaborasi saja dengan Pemerintah Kota Bogor terkait terminal ini. Daripada mempertahankan Terminal Laladon tapi tidak diurus, lebih baik bersinergi dan sama-sama mengelola satu terminal bersama. Terminal Bubulak yang jaraknya tidak jauh dari Laladon bisa jadi solusinya.
Terminal Bubulak lebih strategis lokasinya. Banyak jenis transportasi umum yang berkumpul di terminal ini. Mulai dari Biskita, Transjabodetabek, sampai bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Ketimbang Laladon yang sepi karena angkot saja ogah masuk. Lebih baik, angkot Kabupaten Bogor juga diarahkan ke sini sekalian. Biar warga Kabupaten Bogor tidak kesusahan untuk naik moda transportasi selanjutnya.
Terminal Bubulak juga terlihat lebih ramai dengan banyaknya pedagang oleh-oleh atau kuliner di sekitarnya. Ditambah, Terminal Bubulak juga sedang direnovasi besar-besaran. Jadi, jika sudah bagus, sayang rasanya kalau tidak digunakan secara optimal. Apalagi, Bogor termasuk wilayah yang masuk dalam rencana transportasi Jabodetabek. Jadi, daripada masih ribet maksain 2 terminal, lebih baik cukup 1 saja tapi dikelola bersama-sama dengan baik. Ngapain juga memertahankan Terminal Laladon yang cuma bikin macet?
Sudah, cukup segitu dulu saja keresahan. Semoga Pemerintah Kabupaten atau Kota Bogor membaca tulisan ini dengan baik. Semoga ada perbaikan dan peningkatan di pemerintahan kali ini. Terima kasih.
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Terminal di Bogor Masih Belum Berfungsi Maksimal: Eksistensinya Antara Ada dan Tiada
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















