Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Tentang Pamali dan Nilai Filosofisnya

Taufik oleh Taufik
27 Juni 2019
A A
pamali

pamali

Share on FacebookShare on Twitter

Orang tua pada dulu memberi semacam larangan tertentu kepada kita untuk melakukan. Atau sebaliknya memberi kita anjuran atau saran untuk melakukan sesuatu. Larangan dan anjuran ini berkembang bahkan sampai sekarang ini. Untuk larangan sendiri, kita—kami di Indonesia Timur—mengenal istilah Pamali. Sebuah padanan kata bahwa melakukan larangan tersebut akan apes alias kualat.

Ada hal-hal diluar nalar kita yang berusaha dibiarkan tersembunyi oleh para orang tua. Semacam kitab suci yang memang sengaja dibiarkan untuk bisa kita baca namun untuk memahaminya, kita butuh seorang yang paham dan tidak hanya bisa mengartikannya.

Di dalam larangan atau anjuran dari orang tua kita, terdapat beberapa nilai filosofis bahkan magis yang entah bagaimana ceritanya bahkan tidak bisa dijelaskan secara logis. Di kampung saya sendiri, ada larangan untuk sopan ketika melaut di daerah tertentu. Sebut saja misalnya di Karang Pasi Fafo. Di karang ini, kita dilarang untuk berbicara kotor, berteriak, buang air sembarangan bahkan menyetel music saja dilarang.

Macam-macam dengan larangan di Karang Pasi Fafo? Siap-siap saja dengan segala konsekuensinya. Dari hal yang “sedikit” membuat bulu kuduk berdiri sampai dengan hal yang dapat membahayakan keselamatan. Hal yang paling dianggap biasa ketika larangan di Karang Pasi Fafo ini dilanggar adalah tidak adanya hasil tangkapan ikan bahkan seekor sekalipun. Dan siap-siap untuk hal yang lebih fatal sebagai akibat melanggar “aturan tidak tertulis” di karang ini. Ada desas desus yang berkembang, dengan melakukan pelanggaran yang dianggap fatal, sekelompok nelayan tidak pernah pulang sampai sekarang. Entah tenggelam atau terdampar namun banyak orang meyakini mereka masuk ke dunia para “pemilik” Karang Pasi Fafo.

Di berbagai daerah dikenal banyak sekali bentuk pamali ini. Bahkan ada beberapa bentuk pamali yang di satu daerah tertentu sama dengan daerah lainnya hanya beda istilah aja. Misalkan saja, pamali untuk anak-anak keluar keluar rumah saat matahari sudah terbenam. Dengan alasan bahwa akan ditangkap Wewe Gombel dan akan dijadikan anaknya, anak-anak di Jawa sudah langung percaya dan meyakini hal tersebut. Di daerah Sulawesi, dan mungkin daerah lain di Indonesia, juga dikenal hal yang sama. Anak-anak dilarang untuk keluar setelah matahari tenggelam karena akan diambil jin untuk dijadikan makanan—Wakatobi.

Atau pamali menyapu saat malam hari karena akan menyebabkan rejeki terbuang yang di hampir semua daerah ada dan dikenal. Sesimpel itu larangannya dan itu membuat kita semua mengikuti. Bayangkan, dilarang untuk menyapu saat malam hari. Itu doang? Nggak kebayang, saat ada acara di rumah kita semua lantas banyak sampah ditinggalkan. Misal saja sampah itu juga bau, dan kita harus menunggu sampai besoknya untuk membersihkannya. Bayangkan itu—bayangkan!

Atau pamali-pamali lainnya yang membuat kita hanya bisa melongo sampai bola mata hampir keluar dan mulut di-“hah”-kan sampai terlihat jigong. Walau banyak juga pamali yang bisa kita nalar secara logis, bukankah banyak pamali benar-benar lumayan sulit untuk bisa dinalar secara logika? Dan kita disuruh untuk percaya, entah logis atau tidak terhadap pamali-pamali ini?

Dibalik logis atau tidaknya sebuah pamali, orang-orang banyak yang percaya karena pamali-pamali ini berasal dari sebuah inti pemikiran yang menggabungkan gaya filosofis dan sedikit nalar. Dan akhirnya banyak orang beranggapan bahwa mengartikan sebuah pamali yang berkembang di masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan satu ilmu saja.

Baca Juga:

Unhas Makassar Si Jago Kandang: di Indonesia Timur, Ia Juara, di Luar Itu, Bukan Siapa-siapa

Bioskop di Indonesia Timur Jarang, Wajar kalau Film Kaka Boss Sepi Penonton

Salah satu contoh paling simpel yang mungkin bisa kita pahami bersama adalah pamali untuk tidak menyapu saat malam hari. Dalam penjelasan secara logis, bahwa orang-orang pada zaman dahulu menggunakan lampu penerangan yang kurang terang sehingga wajar jika akhirnya muncul larangan tersebut. yang ditakutkan oleh orang-orang dulu bahwa, selain sampah aka nada barang berharga yang ikutan(saat malam hari). Kita tidak pernah tahu, apalagi dalam kondisi yang bisa dibilang remang (pada zaman itu).

Dan ketika secara logika kita sudah bisa menerima, nilai filosofis dari pamali menyapu saat malam tidak terlalu diperhitungkan lagi. Sayangnya, filosofis dari pamali ini bahkan bisa lebih dari apa yang bisa kita tangkap secara nalar. Bayangkan jika orang yang mem-viralkan pamali ini justru berkeinginan lain. Bahwa agar kita tidak menyapu lagi saat hari sudah malam justru berarti bahwa seharusnya tidak ada lagi kegiatan saat hari sudah malam—bahwa malam hari adalah waktunya untuk kita istirahat sehingga menyapu menjadi pamali karena kegiatan menyapu adalah bentuk bekerja.

Pada akhirnya, ketika kita menyikapi suatu bentuk larangan pamali, kita diuntut untuk berlogika sekaligus berfilsafat. Tidak heran, orang-orang dulu atau bahkan orang tua kita pada zaman sekarang yang tidak pernah bersekolah di filsafat itu memiliki intuisi yang tajam untuk berfilsafat.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2022 oleh

Tags: Indonesia TimurKearifan Lokalpamaliwewe gombel
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

orang madura pandhalungan mojok

Ribut Soal Tanaman Tembakau itu Perjuangan Orang Madura Untuk Hidup Mewah

25 Juli 2019
es teh

Tak Ada Es Teh di Batam?

6 September 2019
makan sinonggi

Sinonggi: Makanan Khas Orang Timur yang Kayak Lem

29 Juni 2019
Penyambutan Tokoh Ormas Boleh, Konser Musik Harusnya Juga Boleh, dong? terminal mojok.co

Dangdut Koplo di Kalangan Pemuda: Sempat Dianggap Norak, Sekarang Malah Semarak

15 Agustus 2019
musik wakatobi

Terstruktur Sistematis Dan Masif : Ketika Musik Wakatobi Berjaya di Negerinya Sendiri

28 Juni 2019
ikan bakar

Ikan Bakar dan Dongeng Kolongpohong yang Senantiasa Bikin Gairah

1 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.