Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tenang Saja, Pasar Bisa Diciptakan di Toko Buku

Kevin Ng oleh Kevin Ng
6 Januari 2020
A A
Tenang Saja, Pasar Bisa Diciptakan di Toko Buku
Share on FacebookShare on Twitter

Pada suatu Minggu siang yang baik, saya mengunjungi salah satu toko buku konvensional. Sudah lama rasanya tidak melihat perkembangan literasi Indonesia setelah satu tahun melakukan studi di luar negeri. Apa yang saya harapkan adalah melihat bagaimana tumbuh suburnya penulis-penulis baru yang cerdas serta penerbitan independen yang melahirkan karya-karya menarik. Namun kiranya harapan itu adalah sebuah kenaifan.

Di toko buku, buku-buku yang disematkan sebagai “best seller” merupakan buku-buku yang jauh dikatakan sebagai “the best”. Memang saya bukan penulis, tetapi apa yang salah keluhkan di sini dapat dilihat dari sudut pandang pembaca. Melihat novel remaja bertebaran dengan plot yang klise (baca: percintaan dan kegalauan) membuat saya berpikir dua kali, apakah ini yang disebut suatu literasi? Belum lagi melihat banyaknya buku-buku motivasi ala “Kiat Menjadi Sukses” yang tak kalah menipunya itu. Tidak habis pikir inilah perkembangan literasi kita saat ini.

Dahulu saya melihat seorang Eka Kurniawan dengan karya magnum opusnya Lelaki Harimau. Semua orang melakukan selebrasi atas maha karya tersebut. Harus diakui novel itu merupakan salah satu yang terbaik dalam sejarah literasi Indonesia. Dan mulai banyak juga penulis-penulis hebat lahir setelahnya. “Inilah saatnya, sebuah revolusi kebudayaan,” saya sempat bergumam. Tapi sekarang pikiran itu telah dirampas oleh karya-karya yang hanya melihat pangsa pasar dan mengeksploitasi pemikiran banyak orang.

Baru-baru ini Putri Marino juga menulis sebuah kumpulan puisi. Saya akui ia cukup berani dalam menerbitkan bukunya. Banyak pembaca yang merasa puisinya bukanlah puisi. Ada pula yang menyatakan bahwa setiap orang dapat menulis dan berkarya. Melihat permasalahan ini perlu menyadari bahwa ada suatu sistem yang gagal, yakni pasar penerbitan dan popularitas penulis.

Banyak sekali penulis-penulis yang melupakan esensi dari sebuah sastra. Mereka terlelap pada popularitasnya sehingga ada suatu permintaan dari konsumen. Baik yang tak bisa menulis dan bahkan memiliki landasan kuat untuk menulis bisa menerbitkan suatu “sastra”, asal dia populer. Kita lihat saja bagaimana seorang Putri Marino berpkiprah. Kumpulan puisinya diterbitkan atas nama besarnya, atau karena memang puisinya dapat dikatakan sebagai “karya”. Maka penerbit pula yang layak diminta keterangannya atas dasar apa suatu tulisan bisa dibukukan.

Pasar bisa diciptakan.

Apabila tidak ada permintaan dari konsumen, maka produsen tidak akan menawarkan. Secara simpel hal itu dapat dipahami. Namun apabila kita berbicara tentang pasar penerbitan, maka kita melihat hal yang berbeda. Pasar bisa diciptakan di pasar ekonomi kreatif. Produsen menciptakan suatu fenomena baru yang mau tidak mau harus diikuti perkembangannya. Bila tidak suka, maka Anda bukan bagian dari pasar tersebut. Lantaran ini pula, sekarang banyak bertebaran penerbitan dan toko buku independen.

Penulis kini telah beranjak pada pemahaman bahwa menulis adalah untuk mencari untung. Ia menulis bukan sebagai medium perlawanan. Akan tetapi, sebagai alat untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Memang penulis sering kali mengalami ketidakstabilan secara finansial. Pasalnya, itu bukan suatu alasan untuk membuat karya romantis khas kawula muda yang ditulis pada sebuah buku, lalu dipasarkan atas nama “kemajuan literasi”.

Baca Juga:

Alasan Gramedia Tidak Perlu Buka Cabang di Bangkalan Madura, Nggak Bakal Laku!

Gramedia Menyedihkan, Ramai Pengunjung Bukan untuk Beli Buku melainkan Alat Tulis dan Aksesori Lucu

Kita sudah kehilangan banyak sekali penulis-penulis besar yang mempunyai idealisme tinggi dalam mengapresiasi suatu karya. Pramoedya dengan sisi humanismenya yang tinggi menulis banyak sekali karya yang berpihak pada rakyat kecil. Begitu juga dengan Kuntowijoyo dengan pemahamannya akan sastra profetik yang turut memperluas keilmuaan sastra. Banyak penulis (baca: artis) sekarang tidak bisa tidak hanya memiliki modal penceritaan bagaikan menulis sebuah status di media sosial. Dengan sebegitu mudahnya tulisan tersebut dijadikan buku. Hasilnya: laris manis.

Menciptakan sebuah buku, terutama novel, sekarang kiranya hanya bermodalkan plot-plot klise romantis ala sinteron di televisi. Apa bedanya sekarang membaca dan menonton sinetron yang kita anggap tak mendidik itu. Tidak semua buku mendidik pembacanya sebagai seorang yang kritis sekarang. Buku-buku kini dilahirkan atas nama pasar bebas yang hanya mengejar untung. Penerbit sekadar melihat berapa eksemplar buku yang telah dicetak. Memang tidak semua penerbit melakukan itu, tetapi tak sedikit pula penerbit yang melakukan itu.

Sekiranya menulis itu tidaklah mudah. Menjadi penulis sudah pasti mengalami jalan yang terjal. Saya sebagai orang yang suka membaca dapat melihat seorang penulis mengalami perjalanannya pada setiap kalimat per kalimat. Tentu saja ada perbedaan signifikan antara penulis yang menyembunyikan suatu pesan dalam karyanya agar kita dapat berpikir sambil menggambarkan isi ceritanya dengan seorang penulis yang hanya bertopang pada popularitasnya bak artis serta menggunakan nama akun media sosialnya sebagai pengarang buku tersebut.

Tidaklah menarik melihat perkembangan literasi Indonesia sekarang karena apa yang saya lihat hanyalah omong kosong dari “penulis-penulis” yang lupa bahwa menulis merupakan tugas mulia untuk mencerdaskan. Kita selalu bilang, “Buku adalah jendela dunia”. Frasa itu rasanya terasa amat salah bila kita disuguhkan pada bacaan tentang kisah percintaan seorang gadis dan pria metropolitan dari seorang penulis yang tak kalah borjuisnya.

BACA JUGA Daripada Beli Buku Bajakan, Beli Buku Bekas Nyatanya Lebih Terhormat dan Keren atau tulisan Kevin Ng lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2020 oleh

Tags: penerbit indietoko buku
Kevin Ng

Kevin Ng

Indonesian student at University of Western Australia and sometimes becomes a citizen of the world.

ArtikelTerkait

Obituari Prie GS dan Kenangan akan Impian Masa Kecil  terminal mojok.co

Harapan Kecil dari Seorang Pembaca kepada Penerbit Buku

12 Januari 2021
Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan

Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan

15 Januari 2020
Seandainya Toko Buku di Purbalingga Sebanyak Gerai Es Teh Jumbo, Mahasiswa Nggak Akan Kerepotan Mojok.co

Seandainya Toko Buku di Purbalingga Sebanyak Gerai Es Teh Jumbo, Mahasiswa Nggak Akan Kerepotan

17 November 2023
pedagang buku penjual buku online toko buku online Segalau-galaunya Hubungan Tanpa Status, Masih Lebih Galau Tak Kesampaian Beli Buku di Tanggal Tua

Mending Beli Buku di Togamas atau Gramedia, ya?

11 Mei 2020
Mengapa Penerbit Tak Tertarik Menerbitkan Karya Penulis yang Followernya Sedikit?

Mengapa Penerbit Tak Tertarik Menerbitkan Karya Penulis yang Followernya Sedikit?

29 November 2019
penjaga toko buku mojok

Keuntungan kala Menjadi Penjaga Toko Buku

13 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.