Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Apa Salahnya Jika Honorer Resign dari Instansi Pemerintah? Saya Juga Butuh Makan, Status Sosial Nggak Bikin Perut Kenyang!

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
11 Desember 2023
A A
Apa Salahnya Jika Honorer Resign dari Instansi Pemerintah? Saya Juga Butuh Makan, Status Sosial Nggak Bikin Perut Kenyang! (Pixabay.com)

Apa Salahnya Jika Honorer Resign dari Instansi Pemerintah? Saya Juga Butuh Makan, Status Sosial Nggak Bikin Perut Kenyang! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya nggak habis pikir tentang orang-orang yang suka mencemooh diri saya gara-gara keputusan saya hengkang dari pekerjaan sebagai tenaga honorer di instansi pemerintah daerah. Mulai dari tetangga, teman, bahkan para pelanggan toko saya menyalahkan saya gara-gara keputusan resign dari kerja di instansi pemerintah. Mereka seolah-olah menggoblok-goblokan diri saya gara-gara lebih milih usaha percetakan daripada kerja di balik meja kantor.

Maksud saya, kalian tuh yang merendahkan saya emangnya tau apa, tentang kehidupan saya? Tau apa tentang kerja di pemerintah? Kok bisa-bisanya menyayangkan pekerjaan di kantor pemerintah. Kalian tuh hanya tau permukaannya doang tentang status sosial saya kalau setiap hari bersepatu pantofel, berkemeja rapi, naik mobil plat merah, kalau kunjungan kerja selalu dijamu warga. Tapi dibelakang itu semua? Blas, kalian nggak tau apa-apa.

Melalui tulisan ini, sedikit saya memberikan beberapa alasan saya untuk memutuskan angkat kaki dan sedikit menginfokan sisi gelap kerja di instansi pemerintah. Semoga melalui tulisan ini kalian yang nyinyir dengan orang-orang seperti saya sadar, betapa tidak idealnya kerja di balik meja pemerintahan.

Menjadi tenaga honorer

Alasan paling utama saya hengkang adalah status saya sebagai tenaga honorer. Awalnya saya menerima menjadi honorer karena memang ada wacana bahwa suatu saat bakal diangkat menjadi PNS. Okelah, saya terima. Namun, hari demi hari telah berlalu, obrolan dengan beberapa honorer lain telah terdengar. Dan salah satu yang membuat saya kaget adalah, banyak honorer yang sudah bekerja 10-15 tahun tapi nggak diangkat jadi PNS di instansi saya.

Ada memang dari honorer kemudian diangkat PNS. Tapi ia diangkat jadi PNS ketika berusia kisaran 60 tahun, alias udah punya cucu baru diangkat jadi PNS. Coba bayangin betapa tidak adanya jenjang karier yang jelas dalam menjadi honorer di instansi pemerintah.

Namun, saat itu saya masih bertahan, karena ada program penerimaan PPPK, yang barangkali membawa angin segar. Tapi, angin segar itu berubah menjadi api panas semenjak saya dijegal oleh petinggi kantor.

Wait, what?

Jadi begini, saya sebenarnya sudah memiliki surat pengalaman kerja di kantor itu bertanda tangan kepala kantor sebagai syarat seleksi PPPK. Sebab, saya ajudan beliau jadi cukup mudah bagi saya mendapatkannya. Namun, surat itu tiba-tiba ditarik oleh pejabat tinggi lain gara-gara saya belum dua tahun bekerja, sehingga saya tidak dapat mengikuti seleksi PPPK.

Baca Juga:

Sisi Gelap Bekerja di FnB Tangerang: Gaji di Bawah Standar, Owner Bengis, Caci Maki Dinormalisasi, hingga Mental yang Hancur

Jurusan Ilmu Perpustakaan: Kuliahnya Gampang, Nyari Kerja Juga Gampang, Gampang Ditolak Maksudnya

Melalui tragedi itu, saya menyimpulkan bahwa saya harus menderita dahulu selama dua tahun baru kemudian dapat menjadi PPPK. Itu pun harus melalui seleksi terlebih dahulu, nggak langsung diterima. Padahal seharusnya kalau memang mau mensejahterakan honorer, ya udah bolehkan mereka mendaftar seleksi tanpa ada syarat yang membuat mereka harus menahan penderitaan.

Status tinggi tapi gaji hanya sekuku jari

Karena saya tenaga honorer, gaji saya pun tak setinggi PNS yang bisa berjuta-juta sekaligus tunjangannya. Saya hanya digaji satu juta perbulan. Kalaupun naik, itupun hanya naik menjadi satu juta setengah, itu pun harus bekerja bertahun-tahun dulu. Tenaga honorer lain di luar sana malah banyak yang lebih menjijikkan gajinya.

Ya, memang ketika saya bekerja, saya memiliki status sosial yang cukup tinggi. Pakaian saya tak beda dengan pejabat dan pegawai PNS lainnya. Karena saya sebagai ajudan, saya pun riwa-riwi menggunakan mobil plat merah dan dijamu layaknya raja. Kalau kunjungan makannya enak-enak, disambut, disediain tempat khusus dan lain sebagainya.

Namun, apalah status sosial yang tinggi kalau gaji hanya sekuku jari? Bensin saya, uang makan saya, bahkan uang untuk perkuliahan saya tidak dibayar dengan status sosial, tapi dibayar dengan uang.

Uang bensin saya aja untuk bolak balik kantor habis 400.000 jika per hari habis bensin 20.000. Sudah hampir separoh gaji saya untuk bolak balik kantor. Belum untuk keperluan lainnya. Nggak heran kalau honorer lain punya sampingan seperti istrinya bekerja jualan atau lainnya. Lah kalau saya yang masih belum beristri pemasukan dari mana?

Jika boleh dibandingkan dengan penghasilan saya di toko percetakan saya, menjadi honorer nggak ada apa-apanya. Hanya menang status sosial doang tapi gajinya kalah dengan pengusaha percetakan.

Kerja dari gelap ketemu gelap

Salah satu alasan saya menerima kerja di instansi pemerintah adalah saya kira saya hanya bekerja sampai pukul empat sore, atau mentok jam lima sore. Pasalnya, memang demikian yang dilakukan oleh para pekerja di instansi saya baik PNS maupun honorer. Jadi, dengan jam pulang seperti itu, harapan saya, saya bisa mengoperasikan toko fotocopy saya pada malam hari, atau saya dapat berkuliah yang memang kebanyakan jadwal kuliah malam.

Namun, apa yang saya bayangkan tidak demikian. Karena saya adalah ajudan kepala kantor, akhirnya membuat saya sangat sibuk, bahkan sesibuk jabatan kepala kantor. Pasalnya, saya harus mengikuti aktivitasnya mulai matahari belum terbit, hingga matahari tenggelam, dari gelap hingga gelap.

Saya sudah stay di kantor mulai pukul setengah enam, berarti saya dari rumah berangkat subuh. Kemudian saya pulang kerja jam sembilan, sepuluh bahkan pernah pulang jam sebelas malam. Kenapa kok saya sampai larut? Ya karena kepala kantor ada kunjungan kerja hingga keluar kota yang perjalanannya hingga larut malam. Bahkan sempat kesel saya sampai diinapkan tidur di rumah kepala kantor karena disuruh ikut kegiatan tahlil ayah ibunya di luar kota. Campur aduk antara pekerjaan kantor dan pekerjaan pribadi kepala kantor yang membuat saya semakin… arghhhh begitulah.

Bayangin jam kerja saya lebih daripada kuli yang jam lima sudah berhenti. Kehidupan saya sudah seperti mengabdi pada raja yang tunduk dan patuh atas perintah penguasa, apa pun titahnya.

Ya, saya ikhlas sih asalkan gajinya nggak sejuta juga. Atau seenggaknya UMR daerah saya yang sekitar empat jutaan. Lah tapi yang terjadi adalah saya sudah disuruh kerja serius, tapi gaji becanda.

Bagi tenaga honorer, libur adalah ilusi

Alasan terakhir, sebagai latar belakang saya akhirnya memutuskan secara tegas untuk hengkang adalah saya diriwehin ketika hari libur kerja. Saya tidak pernah mengenal hari Sabtu dan Minggu, semua hari bagi saya adalah hari Senin, full kerja tanpa leha-leha.

Sabtu-Minggu yang seharusnya saya dedikasikan penuh untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang terbengkalai, atau mengerjakan garapan percetakan, akhirnya tak dapat dikerjakan sama sekali. Jadi, selama saya bekerja beberapa bulan di instansi pemerintah, antara toko dan kuliah saya benar-benar terbengkalai. Sudah gaji nggak mencukupi untuk bayar UKT eh kuliahnya nggak diurus. Jadi sudah seperti beban ganda yang menyiksa.

Ya memang di tempat kerja lain diriwehi bos di hari libur adalah hal yang biasa. Namun, bagaimana jika keriwehan itu terjadi setiap akhir pekan, setiap saat bahkan serasa tak pernah memiliki hari libur kecuali jam 12 malam hingga subuh pagi. Ya, itulah yang terjadi pada saya hingga memutuskan angkat kaki.

Jadi, kalian masih mau menghakimi tenaga honorer yang cabut dari kantor pemerintah? Kalau masih ya, artinya memang ada kerikil yang menyumbat syaraf di kepala kalian.

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Guru Honorer Tetap Mengajar dengan Gaji Kecil Bukanlah Pengabdian, Itu Terjebak Keadaan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2023 oleh

Tags: gajiinstansi pemerintahjenjang karierMasa Depantenaga honorer
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Hal-hal Mengerikan yang Bisa Saja Menimpa Pekerja Jalur Yayasan Kerja

Hal-hal Mengerikan yang Bisa Saja Menimpa Pekerja Jalur Yayasan Kerja

24 November 2023
Faktanya, Kuliah S2 Bukan Berarti Bakal Lancar Dapat Kerjaan, Dunia Kerja Beneran Nggak Peduli Ijazah! lulusan s2 ugm lulusan ugm

Faktanya, Kuliah S2 Bukan Berarti Bakal Lancar Dapat Kerjaan, Dunia Kerja Beneran Nggak Peduli Ijazah!

18 Februari 2024
8 Alasan Kuliah di Jurusan Teknik (Unsplash)

Nggak Semua Jurusan Teknik Itu Bagus untuk Masa Depan

8 Juli 2023
Pak Erick Thohir: Penyesuaian Gaji Karyawan setelah Harga BBM Naik Itu Hanya Mitos

Pak Erick Thohir, Penyesuaian Gaji Karyawan setelah Harga BBM Naik Itu Hanya Mitos

5 September 2022
logo kementerian

3 Hal yang Bisa Kita Pelajari dari Sayembara Desain Logo Kemendagri

14 April 2020
Sisi Gelap Kerja FnB Caci Maki Dinormalisasi Bikin Mental Hancur (Unsplash)

Sisi Gelap Bekerja di FnB Tangerang: Gaji di Bawah Standar, Owner Bengis, Caci Maki Dinormalisasi, hingga Mental yang Hancur

11 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.