Tak Perlu Sembunyikan Identitas Sebagai Seorang Wibu, tapi Tak Perlu Juga Dipamerkan!

Tak Perlu Sembunyikan Identitas Sebagai Seorang Wibu, tapi Tak Perlu Juga Dipamerkan!

Rasanya berlebihan jika seorang wibu sampai harus menyembunyikan identitasnya sebagai pecinta jejepangan yang identik dengan makhluk dua dimensi seperti yang disampaikan Mas Gusti Aditya. Apalagi sampai membuat status hirarkial yang menempatkan wibu di bawah cupu segala. Tidak semua hal tentang jejepangan itu hina, semua balik lagi ke kontennya.

Saya termasuk seorang pecinta jejepangan yang tidak malu mengakui tapi tidak juga berlebihan memamerkannya. Saya tidak tertarik untuk ikut dalam selebrasi para pecinta manga yang mengadakan kontes cosplay seperti halnya para pecinta komik yang selalu mengikuti comic-con. Saya tidak terlalu tertarik dengan festival selebrasi karena saya menyukai karya dan budaya Jepang tanpa embel-embel selebrasinya.

Saya menyukai berbagai produk budaya Jepang mulai dari manga, anime, sampai lagu-lagu Jepang terutama yang merupakan original soundtrack anime. Manga dan anime sebenarnya tidak berbeda, hanya mediumnya saja. Jika manga mediumnya adalah pada kertas yang digambar (sebelum era digital), anime mediumnya animasi atau gambar bergerak. Bisa dikatakan, anime adalah manifestasi dari manga. Biasanya setiap manga yang sukses dan punya nilai jual akan dikembangkan menjadi anime karena tidak semua orang menyukai membaca.

Manga juga memiliki genre yang sangat bervariasi dari yang sangat fantasi sampai yang sangat realis seperti drama dan romansa. Setiap orang punya jenis genre kesukaannya sendiri tapi saya tidak terlalu membeda-bedakan semuanya. Bagi saya, karya yang bagus tidak perlu dibeda-bedakan genrenya. Saya membaca hampir semua genre manga dari fantasi, realis misteri, sampai olahraga. Setiap genre manga menawarkan gairah yang berbeda.

Manga memiliki kisah-kisah luar biasa yang bahkan tidak kalah seru dari komik-komik yang menjadi bahan cerita film-film superhero Hollywood. Ide-ide cerita manga juga tidaklah melulu kekanak-kanakan. Ada berbagai nilai yang terkandung dalam cerita manga. Seperti One Piece yang penuh kritik sosial, Samurai X yang kaya sejarah, Detective Conan yang penuh misteri, Giant Killing yang menceritakan kebudayaan sepak bola Jepang, sampai The Black Swindler yang penuh intrik tipu daya.

Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari berbagai jenis manga ini. Dari One Piece kita belajar sejarah dunia. Dari Samurai X kita belajar sejarah dan budaya Jepang periode restorasi meiji. Dari Detective Conan kita belajar cara berbuat kriminal tanpa ketahuan, eh cara menangkap pelaku kriminal. Seperti keberhasilan polisi yang mengungkap tersangka pelaku pembunuhan Mirna yang metode sangat mirip dengan kasus dalam manga Detective Conan. Heran ya polisi hebat banget mengungkap kasus rumit seperti itu, tapi dalam kasus Harun Masiku payah banget.

Pelajaran juga bisa diambil dari manga yang bergenre olahraga yang menceritakan kita tentang iklim liga Jepang seperti Giant Killing bisa dijadikan rujukan untuk mengetahui bagaimana caranya memperbaiki liga Indonesia. Selain itu, dari manga The Black Swindler kita belajar bahwa dunia ini penuh intrik dan tipu daya. Jika ingin lebih kriminal sedikit Anda juga bisa belajar cara mengambil uang dari para penipu dan kapitalis licik.

Sebagai penyuka manga maka sudah sewajarnya saya menyukai anime. Namun, seiring bertambahnya usia saya tidak pernah menonton anime lagi karena disibuki dengan berbagai urusan orang dewasa. Saya tidak lagi menonton anime bukan karena saya tidak menyukai lagi atau ceritanya kekanak-kanakan tapi karena permasalahan waktu. Membaca manga semata-mata jauh lebih singkat dari menonton anime jadi saya hanya menyempatkan diri untuk membaca manga yang benar-benar menarik terutama manga yang telah saya ikuti dari kecil sampai punya anak kecil.

Seiring perkembangan waktu, jenis manga yang saya baca pun berbeda. Kini saya menyukai manga-manga yang ceritanya lebih dewasa. Bukan dewasa yang melibatkan lendir, tapi dewasa dalam cerita. Meski saya tidak mengikuti anime lagi karena saya tidak akan menyembunyikan diri saya bahwa saya menyukainya. Banyak juga teman-teman yang bahkan usia jauh di atas saya tidak menyembunyikan, hanya saja kami tidak memamerkan secara berlebih. Kami menyukai karya, tapi bukan maniak.

Selain manga dan anime, budaya pop Jepang juga menarik, terutama musiknya. Lagu-lagu Jepang seperti original soundtrack anime itu memiliki nilai spritual yang berbeda dengan lagu pop Indonesia yang masih kebanyakan bercerita tentang patah hati dan cinta-cintaan. Ada nuansa magic dari lagu-lagu Jepang seperti kala saya mendengarkan lagu-lagu milik band L’Arc~en~Ciel.

Karena itu saya sangat tidak setuju jika ada yang mengatakan bahwa wibu ini hina, memiliki status sosial bahkan di bawah cupu. Apalagi sampai harus disembunyikan segala. Duh itu, sih, berlebihan. Pasalnya, tidak semua yang berbau jejepangan itu hina. Tidak perlulah menyembunyikan kecintaan Anda terhadap segala hal berbau jejepangan. Kecuali satu hal, genre jejepangan yang Anda sukai adalah Hentai.

BACA JUGA Apa Benar Wibu Itu Bau Bawang? atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version