Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Survei bahwa Orang Tua Setuju Sekolah Tatap Muka Hasilnya Tinggi, kok Bisa?

Butet RSM oleh Butet RSM
5 April 2021
A A
Survei bahwa Orang Tua Setuju Sekolah Tatap Muka Hasilnya Tinggi, kok Bisa? terminal mojok.co

Survei bahwa Orang Tua Setuju Sekolah Tatap Muka Hasilnya Tinggi, kok Bisa? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah survei menunjukkan bahwa orang tua setuju kalau sekolah tatap muka akan dimulai lagi. Namun, kok bisa hal ini disetujui apalagi dengan hasil yang tinggi?

Beberapa hari lalu saat akan berangkat ke toko tempat kami berjualan, saya melihat seorang anak yang tampak tak sadarkan diri dengan kepala berdarah sedang dibopong seorang bapak. Tampak ada beberapa sepeda bergelimpangan di emperan toko kelontong milik tetangga saya. Lalu, di dekat sepeda-sepeda itu ada beberapa anak yang saya taksir berusia sepantaran anak yang tak sadarkan diri itu sedang menangis histeris.

Dari dalam mobil, anak saya mengenali anak yang kecelakaan itu sebagai anak RT lain yang masih satu pedukuhan dengan kami. Di pedukuhan kami, sejak era sekolah daring memang sering terlihat anak-anak seusia anak saya bersepeda lintas RT dan kadang kala nekat menyeberang jalan raya.

Beberapa minggu sebelum kecelakaan itu, anak saya pun pernah bersepeda dengan nekat bersama seorang kawannya dari rumah menuju ke Pasty. Jaraknya sekitar 1,5 km dari rumah. Anak saya pergi setelah menyelesaikan kelas daringnya. Ia pamit mau main setengah jam, seperti biasa. Setelah azan Zuhur berkumandang dan anak saya belum kembali, saya dan suami mencoba mencari ke rumah tetangga, ke RT lain, hingga ke Pasar Niten. Hasilnya nihil. Dua jam kemudian anak saya datang dengan wajah merah kepanasan bersama teman barunya dari RT sebelah dan sekantong plastik berisi beberapa ikan cupang.

Dua peristiwa yang saya ceritakan itu hanya bagian dari konflik kecil yang terjadi sehari-hari di era sekolah daring jika dibandingkan dengan konflik yang lebih berat tentang kehamilan remaja, kekerasan domestik dalam keluarga yang diterima anak-anak, dan pernikahan di bawah umur. Untuk anak-anak usia sekolah dasar permasalahan pada umumnya memang masih di seputar kejenuhan belajar dengan media digital, kebutuhan bersosialisasi dengan teman sebaya, dan kebutuhan berpetualang yang sangat dibatasi.

Permasalahan umum itu menjadi lebih pelik untuk keluarga-keluarga dengan keterbatasan sarana sekolah daring akibat faktor ekonomi, keluarga-keluarga dengan pemahaman bahwa nilai di rapor adalah satu-satunya penentu nasib, keluarga-keluarga yang tak bisa terus menerus mendampingi anaknya karena pilihan hidupnya memang hanya bekerja dengan risiko terpapar virus daripada dipecat dan runyam segalanya.

Dengan segala tekanan yang terjadi di kalangan orang tua murid, tak heran jika muncul hasil survei yang menyatakan bahwa orang tua sudah menginginkan sekolah kembali dibuka.

https://twitter.com/firdzaradiany/status/1378170259916525569

Baca Juga:

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan

Cuitan yang diunggah oleh akun @firdzaradiany tersebut menyebutkan bahwa di beberapa kota yang sudah disurvei oleh Pemda ataupun Dinas Pendidikan setempat, yaitu Jombang, Salatiga, Sragen, Semarang, Sorong, dan Bogor terdapat lebih dari 81% orang tua setuju dimulainya belajar dengan tatap muka di sekolah. Ya, ya sih, ngajarin anak sendiri itu, luar biasa capeknya, Bund.

Tentu saja para orang tua yang menginginkan dibukanya kembali sekolah luring ini bukannya tidak paham bahwa era pandemi belum berakhir. Mereka merasa sudah menjalani sekolah daring selama satu tahun, dengan mencoba memaksimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki. Namun, yang dilihat hanya anak yang semakin glundang-glundung tak karuan, pergi ke sana ke mari dengan alasan numpang wifi di rumah teman padahal ternyata nge-date dengan pacar, minta kuota terus menerus dan makin rajin berjoget di depan kamera eh ternyata anaknya rajin TikTok-an. Melihat kenyataan itu, saya juga setuju bahwa pemerintah perlu dengan tegas menyatakan kapan waktunya dibuka sekolah luring.

Sebenarnya, tanpa menunggu ketok palu pun, di berbagai daerah sudah banyak sekolah yang menyelenggarakan pertemuan tatap muka. Seperti biasa, tak perlu menunggu kejelasan aturan yang sering berganti seperti cuaca yang tak menentu, rakyat sudah mengambil inisiatif daripada bertahan dalam keadaan yang jelas kurang baik untuk terus dijalani. Beberapa sekolah memang sudah memulai pembelajaran dengan jumlah siswa dibatasi hanya separuh kapasitas kelas, protokol kesehatan berupa 5M dijalankan, durasi sekolah yang dipersingkat, tidak boleh jajan, dan harus membawa bekal makanan dan minuman untuk diri sendiri. Hal lain yang agak lucu, di beberapa sekolah ada larangan memakai seragam. Ini tidak lain supaya sekolahnya nggak terlihat sudah mulai aktif melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka.

Lewat Instagram kemdikbud.ri, kita dapat melihat bahwa pemerintah sudah menyusun data yang dikelola dengan baik, berisi alasan-alasan untuk mengakhiri era sekolah daring. Terlepas dari siap tidaknya sarana kelengkapan protokol kesehatan di semua sekolah di seluruh Indonesia, tapi paling tidak ada satu hal yang dapat menjadi andalan untuk para orang tua yang kontra dengan dimulainya sekolah tatap muka. Di sana disebutkan bahwa orang tua tetap berhak untuk memutuskan tidak memberangkatkan anaknya ke sekolah. Memang namanya juga pemerintah, kalau nggak “puinter” ya nggak mungkin jadi pemimpin kita-kita, ya to, Bund?

Saya merasa selama setahun pandemi ini, yang menjadi fokus tujuan capaian di dunia pendidikan masih berbasis industri minded. Lihat saja salah satu alasan akan membuka sekolah daring adalah karena penurunan capaian belajar. Lha, tolok ukur kesuksesan capaian belajar itu dari mana? Dari nilai-nilai yang dihitung lewat pengumpulan tugas, keaktifan siswa, dan hasil ujian, bukan? Ketika hasilnya di bawah standar yang ada, semua menjadi cemas karena merasa bahwa siswanya bodoh. Padahal, sungguh ada banyak sekali pemakluman yang bisa dibuat dalam kondisi pandemi ini.

Dalam kacamata saya, yang memilih sekolah dengan pendidikan berbasis keluarga, salah satu kesalahan besar kita semua adalah memisahkan antara latar belakang keluarga dengan sekolah. Idealnya, seorang anak petani, tetap bisa mengerti bagaimana cara menjadi petani yang baik sambil meng-upgrade kemampuannya mengembangkan apa yang menjadi sumber uang bagi keluarganya.

Namun, kebanyakan tidak begitu, yang penting nilainya bagus, lulus sekolah, masuk kampus negeri, besok jadi orang sukses. Syukur-syukur, ia jadi pegawai negeri atau pegawai swasta di kota besar dan mengubah semua kesusahan yang harus dijalani orang tuanya demi bersekolah dan bermimpi menjadi “orang”. Begitu pandemi menyerang, distress kita menjadi-jadi. Kekhawatiran muncul karena nilai-nilai hancur dan anak tak tahu harus ngapain karena 24 jam yang dimiliki menjadi tersisa banyak sekali.

Lha tapi ya gimana, wong orientasi pendidikan kita memang masih berbasis industri, maka sulit rasanya berharap bahwa satu tahun bersekolah daring dapat membuka pikiran kita semua betapa pentingnya pendidikan berbasis keluarga. Bahkan untuk golongan yang sumber keuangannya adalah dengan menjadi buruh. Andai kata orientasi pendidikan kita diubah menjadi berbasis keluarga, tentulah kita tak akan kepayahan dan didera kecemasan akan ketertinggalan siswa seperti saat ini.

Perdebatan sekolah daring vs sekolah tatap muka terjadi dengan hebat di level bawah. Sementara pemerintah sibuk membuat promosi-promosi wisata dan pembatasan hanyalah kebijakan yang nggak jelas juntrungannya. Mumet ya, Bund? Kebijakan, kok, rasanya obar-abir.

BACA JUGA Belajar di Masa Pandemi: Guru Lembur, Siswa Kabur dan tulisan Butet Rachmawati Sailenta Marpaung lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 April 2021 oleh

Tags: pandemisekolah daringsekolah tatap muka
Butet RSM

Butet RSM

Butet RSM, ibu rumah tangga beranak tiga yang suka bercengkrama di medsos.

ArtikelTerkait

31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

14 Juli 2021
Tak Harus Cakap untuk Jadi Pemimpin di Negara Demokrasi? terminal mojok.co

Tak Harus Cakap untuk Jadi Pemimpin di Negara Demokrasi?

2 Agustus 2021
mahasiswa unjuk rasa mojok

Mahasiswa Sebaiknya Menahan Diri untuk Tidak Demonstrasi di Masa Pandemi

10 Juli 2020
Film Paranoia: Saat Kebijakan Pandemi Lebih Seram dari Pandemi Itu Sendiri terminal mojok.co

Film Paranoia: Saat Kebijakan Pandemi Lebih Seram dari Pandemi Itu Sendiri

14 November 2021
Apa Betul Arsenal Bisa Hidup Tanpa Arsene Wenger? MOJOK.CO

Arsenal, Karyawan yang Dirumahkan, dan Serangan Tidak Berfaedah kepada Mesut Ozil

7 Agustus 2020
Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan terminal mojok

Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan

20 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.