Saya belum punya pengalaman menjadi orang tua. Tapi, saya pastikan akan berusaha menjadi orang tua yang baik di masa depan, tentu dimulai dari jujur perihal sunat. Sebab, banyak anak laki-laki tersiksa batin dan anunya, karena ketidakjujuran orang tua saat anaknya disunat (termasuk saya). Dan kita perlu merevolusi hal ini, demi masa depan para pria yang lebih baik. Sebab, banyak orang tua yang tidak mengerti pentingnya jujur dalam prosesi sunat.
Perubahan dalam hal parenting, harus segera kita mulai. Kejujuran dan mengungkapkan kebenaran adalah kuncinya. Anak kecil tak perlu diberi penjelasan yang aneh-aneh dan penuh metafora. Langsung saja, tak perlu tedeng aling-aling. Misalkan, anak kecil bertanya perihal makna dari sunat, jawab dengan jelas, singkat, dan jujur. Katakanlah sunat itu kewajiban dari laki-laki muslim, dan kamu laki-laki, kelar penjelasan fase pertama. Prosesnya adalah mengambil kulit bagian ujung, kemudian menjahitnya, biar nggak kayak moncong luwak lagi. Nah ini fase kedua. Kalau keponakan saya, sampai diperlihatkan videonya juga. Tapi, jangan menakut-nakuti dan usahakan membuat anak nyaman.
Jangan gunakan kalimat penuh tipuan semacam, nggak sakit, cuma kayak digigit semut. Saya berani jamin, sumpah sakit! Semut apaan? Semut satu ton? Rasanya kayak digigit macan itu lebih tepat, apalagi pas ganti perban! Nggak usah membohongi. Cukup jelaskan soal dokternya yang ahli, ada anastesinya dan nanti nggak kerasa saat proses khitan. Yang sakit adalah proses suntikan pertama, dan setelah lepas perban. Nah, jangan bohong dengan ngomong soal nanti di kasih obat, disuntik kayak dicubit doang. Dicubit doang? Dicubit Megatron kali, Bos! Orang-orang kayak begini, baiknya disunat lagi.
Apalagi ngomong kalau nggak sunat bakalan jadi anak kecil terus, ya, nggak mungkin. Bule-bule pada nggak sunat malah gedhe-gedhe badannya. Atau dibohongi kalau sunat jadi kuat, langsung bisa kaya Naruto. Basi! Saya sendiri yakin, Naruto pasti nggak sunat. Tak perlu juga kiranya mengajak teman-teman anak untuk membujuk atau menemani. Yang terjadi pada saya justru sebaliknya. Mereka bukan meringankan beban di pundak, mereka malah jadi kompor. Bukan jadi tenang, tapi malah makin takut. Sehingga Anda harus hati-hati saat memilih suporter untuk anak Anda.
Jujur ke anak itu penting. Menggunakan penjelasan yang logis juga baik. Sebab, hal ini akan berperan besar pada anak di masa mendatang. Tak perlu memaksakan diri juga saat kita nggak ngerti, jujur saja. Yang pasti, membohongi anak dengan membuat janji yang akan kita langgar, bukanlah hal yang baik. Membiasakan anak untuk jujur, harus dimulai dari orang tuanya dulu.
Nah, yang terpenting jujurlah soal uang sumbangan. Kalau hadiah barang sudah pasti sampai ke anak, soal duit, usahakan untuk jujur. Apalagi sudah janji nanti bakalan dapat banyak hadiah dan uang. Bayangkan, sudah mau menahan sakit, berjalan nggak normal berminggu-minggu, sampai pipis nggak pernah tepat sasaran, kok, duitnya raib. Apalagi di era tinggal transfer lewat smartphone seperti ini. Tolonglah, jangan memperdaya anak kecil. Kecuali kalau sejak awal nggak tahu perihal duit itu. Nah, itu sudah lain soal. Belikanlah hadiah yang anak Anda mau.
Jangan sampai mengalami kejadian seperti saya. Dijanjikan bakalan mengkoordinir semua uang yang masuk sendiri. Sudah berencana beli gitar, konsol gim baru, eh, cuma dapat tas sama sepatu baru. Mana sisanya berubah jadi kambing semua. Mana mati semua. Mau sunat lagi biar dapat duit, takut habis. Hash remok.
BACA JUGA 5 Barang yang Sering Dibeli dengan Uang Sunat atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.