Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Suka Duka Punya Pacar yang Nggak Hafal Arah Mata Angin Ngalor, Ngidul, Ngetan, lan Ngulon

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
21 Januari 2021
A A
Suka Duka Punya Pacar yang Nggak Hafal Arah Mata Angin Ngalor, Ngidul, Ngetan, lan Ngulon Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Di tahun yang bahkan para peramal diragukan dan digoblok-goblokin, ternyata masih saja ada orang Jawa yang nggak hafal arah mata angin. Hal paling prinsip seperti ngalor, ngetan, ngidul, ngulon saja nggak tahu, hal ini akan berimbas banyak kepada tatanan kehidupan ke depannya.

Apalagi jika yang nggak mudeng adalah pacar kalian. Orang yang bisa dikatakan sebagai garda terdepan dalam melingkupi sukacita, bisa jadi dukacita kala nggak tahu arah mata angin. Geger geden mungkin nggak bisa dideskripsikan sebagai penggambaran kondisi seperti ini, karena biasanya nggak tahu arah mata angin dalam hubungan itu berimbas ke dalam berbagai hal.

Saya merasakan dampratnya. Selain hobi koleksi video-video TikTok nggak nggenah, pacar saya ini punya satu hal yang lebih nggak nggenah lagi, yakni buta arah mata angin. Parahnya, nggak hanya arah mata angin ala orang Jawa, tetapi juga arah mata angin yang digunakan dalam dunia internasional.

Sedang saya, bisanya ya kalau menunjukkan tempat dan arah menggunakan ngetan lan ngulon, bukan kanan dan kiri. Entah weton kami nggak cocok atau fengshui otak kami kurang sepadan, masalah arah mata angin kadang jadi hal yang amat pelik lan nggatheli. Begini ceritanya…

“Dek, tunggu di lor jalan, ya? Biar aku gampang jemputnya,” suatu ketika kala kami janjian di daerah Minggiran, dekat rumahnya. Kebetulan katanya sedang ada tenda manten dan saya tahu betul lokasi yang enak untuk menjemputnya tanpa kudu melewati tenda biru tersebut.

Telepon saya tutup tanpa kudu menunggu jawaban darinya. Pikir saya, sebodoh-bodohnya tupai, toh ada Sandy Cheeks juga. Arti lain, ya mosok lor jalan saja nggak tahu. Begitu pikir saya.

Setelah saya mendekati daerah rumahnya, lha kok ya manusia satu ini nggak ada di lokasi yang saya janjikan. Bagai tersambar petir, walau saya belum pernah—dan amit-amit—mengalaminya, saya bersiap untuk muntab via suara.

Saya telepon gadis itu, kemudian diangkat olehnya. Dengan nada panik di seberang telepon sana, ia berkata, “Mas, lor itu mana? Aku belum keluar dari rumah gara-gara nggak tahu lor itu sebelah mana.”

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

Wah jyaaan, cilaka tiga belas. Dengan rekoso, akhirnya saya melewati tenda biru itu dan menjadi tontonan warga setempat. Belum apa-apa, saya sudah dicap jelek oleh tetangga-tetangganya. Gimana mau maju, lha wong mundur saja kena janur kuning yang menutupi jalan.

Setelah itu saya beri pemahaman. Patokannya, lor itu adalah utara dan Merapi menjadi episentrumnya. “Jadi, lor itu inget-inget aja sama Merapi. Kan Merapi besar, pasti kelihatan. Nah, di situlah utara,” begitu kata saya, doi manggut-manggut tanda paham.

Pikir saya, nggak mungkin terjadi hal-hal yang menyesakkan lagi semisal kami janjian dan saya keceplosan memberikan arahan berupa arah mata angin. Pikir saya yang selalu positif, otak manusia itu selalu berproses. Pun ia adalah gadis yang cerdas. Setelah belajar banyak tentang mata angin ngalor, ngetan, ngidul, lan ngulon, saya yakin betul doi sudah menguasai medan dan nggak bakalan ada kejadian bodoh lainnya.

Ndilalah saya salah, dia cerdas dalam berbagai hal, kecuali arah mata angin. Kali ini lebih bajilak lagi, yakni kala menentukan kereta mana yang akan kami gunakan, dan kebetulan doi sok-sokan pakai ngalor, ngetan, ngidul, lan ngulon.

Ke-ndlogok-an itu terulang lagi, kali ini lebih pahit, yakni kala saya jemput dia di Stasiun Solo Balapan. Ia naik TransSolo dan turun di depan Solo Balapan caket. Ia masuk, saya bisa memprediksi lantaran sudah hafal betul area stasiun. Sedangkan pacar saya belum, ia hanya sesekali singgah di stasiun ini.

Ketika masuk lobby utama, dalam telepon dia bertanya, “Mas di mana? Aku di lor,” katanya dengan semringah. Hati saya mencelus dan bungah karena ia sudah berani menggunakan arah mata angin.

Kalau sudah di lor, berarti dia sudah masuk peron. Itu jika patokannya rel kereta. Tanpa berpikir panjang, saya langsung masuk ke dalam stasiun, karcis dicek dan saya cari satu persatu pacar saya di dalam kereta Prameks yang masih ngetem.

Nihil. Blio nggak ada di dalam. Tapi kalau saya pikir-pikir lagi, pintu masuk Solo Balapan itu di kidul, jhe. Kok bisa-bisanya dia bilang sudah ada di lor dan kami nggak bertemu di lokasi yang sama?

“Lho, kamu sudah beli tiket tho, Dek?” saya chat dengan gelagapan. Takutnya dia salah naik kereta malah kebawa sampai Surabaya.

Beberapa saat kemudian dia membalas, “Belum tuh, Mas. Gimana?”

“Kok bilang sudah di lor?”

“Kan katamu patokannya Gunung Merapi?”

Saya hanya bisa mbatin, kok ya bajingan tenan. Gimana bisa Gunung Merapi jadi patokan sementara kami lagi berada di Solo, bukan Jogja. Selain itu, arah mata angin yang dia bilang masih salah pula. Woalaaah gembus!

BACA JUGA Tempat Pacaran di Jogja yang Sungguh Nrimo Ing Pandum dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2021 oleh

Tags: arah mata anginBahasa Jawa
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Stop Bertanya Ngapak ya? ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

Stop Bertanya “Ngapak ya?” ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

8 Agustus 2023
Tembang Macapat Lagu Bahasa Jawa untuk Memanggil Setan (Unsplash)

Tembang Macapat Adalah Lagu Pemanggil Setan. Sebuah Kesalahan yang Selalu mengiringi Budaya dan Bahasa Jawa

4 November 2023
4 Musisi Jawa Legendaris yang Nggak Kalah Keren dari Didi Kempot

4 Musisi Jawa Legendaris yang Nggak Kalah Keren dari Didi Kempot

3 September 2023
Contoh Perumpamaan dalam Bahasa Sunda yang Bisa Digunakan mntuk Mencela terminal mojok.co

Bahasa Jawa Krama Inggil Membuat Penuturnya Tidak Bisa Marah

25 Juli 2020
5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

14 Februari 2024
madura

Drama Bahasa Jawa dan Madura di Keluarga Besar Saya

13 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.