Wajar-wajar saja kalau mahasiswa minta transparansi nilai kepada dosen. Semuanya bisa diobrolkan kok.
Tak bisa dimungkiri, mendapatkan nilai yang baik adalah tujuan akhir dari pembelajaran yang dilakukan di kuliah. Persetan dengan narasi yang menyatakan bahwa tak semua diorientasikan kepada nilai, tapi pada kenyataannya tetap saja angka menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan. Ingat ya salah satu tolok ukur, bukan satu-satunya~
Mahasiswa selama satu semester harus mendedikasikan waktunya untuk belajar. Ya benar, belajar merupakan kewajiban semua orang yang telah memilih menjadi mahasiswa, namun tetap saja mahasiswa yang telah menjalani perkuliahan dengan kerja keras pasti menginginkan hasil yang maksimal pula. Walaupun pada kenyataannya, dosen memang kejam dalam memberikan nilai. Sepertinya kata motivasi “hasil tidak akan mengkhianati usaha” tidak berlaku di sini, karena kenyataannya hasil lebih sering mengkhianati!
Terkadang kami sebagai mahasiswa menjadi bingung dan mempertanyakan mengapa nilai yang didapatkan berbanding terbalik dengan ekspektasi yang telah dibangun. Padahal, kami merasa bahwa apa yang kami usahakan telah maksimal mulai dari datang ke kelas, mengerjakan tugas, membuat project tertentu, hingga mengikuti ujian. Namun, saat nilai keluar ternyata hasilnya mengecewakan. Saat hal tersebut terjadi, muncul pergolakan batin untuk mempertanyakan transparansi nilai kepada dosen, tapi di sisi lain kami takut pertanyaan tersebut membuat dosen tersinggung.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa mempertanyakan transparansi nilai saat ini masih dianggap tabu karena nilai yang dikeluarkan dosen biasanya telah melalui proses evaluasi dan perhitungan secara matang sehingga seharusnya dosen tidak salah dalam melakukan input nilai. Tidak jarang terdapat dosen yang merasa bahwa meminta transparansi nilai merupakan bentuk ketidakpercayaan atas hasil pengolahan nilai yang dilakukan dosen. Namun, tetap saja hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan konkret untuk tidak mempertanyakan transparansi nilai karena human error tetap bisa terjadi kepada siapapun termasuk Bapak dan Ibu dosen.
Oleh karena itu, di sini saya sebagai mahasiswa juga ingin menyampaikan argumen bahwasanya meminta transparansi nilai merupakan salah satu hak yang dimiliki mahasiswa. Sebab, kami berkuliah selama satu semester juga perlu mengetahui bagaimana proses penilaian yang dilakukan oleh dosen dan apa faktor yang menyebabkan kita mendapatkan nilai yang buruk. Lagipula jika mahasiswa tahu apa faktor penyebab jebloknya nilai paling tidak kita bisa menjadi bahan evaluasi diri. Selain itu, kami juga lebih fokus dan mengerti kekurangan apabila diharuskan mengulang mata kuliah tersebut.
Saya pikir konteks menanyakan transparansi nilai di sini sama sekali tidak bermaksud untuk mendiskreditkan usaha Bapak dan Ibu dosen. Kami hanya ingin memastikan apa faktor penyebab nilai seperti tidak sesuai dengan usaha yang kami lakukan. Ketika Bapak dan Ibu dosen memang memiliki alasan yang logis dan memang sesuai dengan kenyataan yang terjadi seperti nilai UTS atau UAS kami yang buruk, kami pasti juga akan mengerti.
Toh bukan tidak mungkin terdapat kesalahan acak atau blunder yang tidak bisa dikendalikan, seperti kesalahan ketik atau terdapat rumus perhitungan nilai yang kurang tepat. Beberapa hal tersebut dapat menjadi alasan kenapa nilai kami tiba-tiba jeblok dan hal tersebut memang sering terjadi, bahkan dosen saya sendiri pun mengakuinya. Hal tersebut membuktikan bahwa sebenarnya dosen pun juga manusia yang bisa mengalami human error dan kami mahasiswa pun memakluminya dengan cara meminta transparasi nilai tersebut sebagai validasi.
Pada akhirnya, antara dosen dan mahasiswa hanya butuh rasa legowo atas apa yang terjadi. Mahasiswa harus tetap menghormati keputusan final dosen apabila memang hasil perkuliahan ternyata tidak semulus ekspektasi kita. Sebaliknya, dosen juga harus tetap menghargai hak mahasiswa ketika meminta transparansi nilai dengan cara memastikan ulang nilai yang telah diolah. Apabila ternyata kesalahan terdapat pada dosen, kami mahasiswa tidak perlu menyalahkan dan dosen juga tidak perlu merasa bahwa martabatnya turun karena kesalahan tersebut. Sebenarnya semua bisa diobrolkan, kok~
Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan catatan mahasiswa juga meminta transparansi nilai dengan cara yang benar dan sesuai prosedur. Jangan sampai mahasiswa merasa karena transparansi nilai merupakan hak mahasiswa, kita jadi seenaknya bertanya kepada dosen tanpa etika yang benar. Ha nek ngono ra perlu dosen, aku yo bakal emosi, Lur!
Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Jenis Mahasiswa Tukang Protes Nilai yang Menyebalkan bagi Dosennya