Studio Lokananta: Studio Musik Tertua yang Tetap Berdiri meski Dihajar Digitalisasi

Studio Lokananta: Studio Musik Tertua yang Tetap Berdiri meski Dihajar Digitalisasi

Studio Lokananta: Studio Musik Tertua yang Tetap Berdiri meski Dihajar Digitalisasi (Pixabay.com)

Banyak dari anak muda di Indonesia, bahkan orang Solo sekalipun, tidak mengetahui keberadaan studio Lokananta. Studio musik tertua di Indonesia ini, bagi para pencinta musik lawas, adalah surganya koleksi musik. Musik yang diproduksi pun sangat beragam mulai dari genre daerah, lagu wajib nasional, lagu pop, bahkan keroncong.

Pada mulanya, Lokananta merupakan sebuah perusahaan piringan hitam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Lokananta diresmikan sebagai perusahaan negara dengan bidang usaha berupa label rekaman. Aspek yang menjadi fokus adalah rekaman kesenian daerah serta penerbitan buku dan majalah. Para pekerja di sana memiliki tugas khusus untuk menyelamatkan berbagai rekaman lawas yang hampir punah supaya direkam ulang di piringan hitam baru supaya tetap lestari.

Nama Lokananta kembali muncul ke permukaan setelah Almarhum Glenn Fredly dan White Shoes And The Couples Company memakai Lokananta sebagai studio recordingnya. Sebelumnya, nama studio Lokananta hanya dikenal masyarakat sebagai studio besar yang mahal bagi anak muda di sekitar Solo Raya. Padahal rekaman di Lokananta nggak semahal yang ada di benak kalian semua loh. Budget untuk recording di Lokananta dalam satu shiftnya selama 6 jam yaitu 1,5 juta rupiah. Sedangkan penyewaan studio musiknya yaitu 5 juta rupiah untuk full event selama satu hari.

Segitu sebenarnya nggak mahal, apalagi untuk studio yang dipakai artis sekelas almarhum Glenn dan White Shoes.

Studio Lokananta ini juga menyimpan pita dan piringan hitam stanza satu “Indonesia Raya”. Arsip yang merupakan dokumen sejarah Bangsa Indonesia ini masih dirawat dan dijaga loh. Selain itu ada juga piringan hitam lagu daerah yang cukup famous. Ya, piringan hitam dari lagu “Genjer-genjer”, lagu yang menceritakan penderitaan rakyat Banyuwangi pada masa penjajahan Jepang.

Ada juga berkas lagu dari salah satu diva Indonesia guys, siapa lagi kalo bukan Nike Ardila dengan lagunya yang terkenal, “Seberkas Sinar”. Kalau saya bilang, studio Lokananta juga bisa disebut sebagai museum musik di Indonesia dari masa ke masa. Tempat ini seperti merekam jejak musik Indonesia dari masa ke masa.

Pada 2017, Pihak Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik. Sehingga sampai kini Lokananta masih eksis berdiri di tengah gempuran digitalisasi musik, bahkan masih menerima orderan dari berbagai band indie. Budget yang digunakan untuk mencetak kaset pita murah meriah loh, guys. Mulai dari 15 ribuan. Semakin banyak kaset pita yang dicetak, maka makin murah juga budget per-satuannya.

Fyi, musik-musik rekaman Lokananta juga sudah bisa diakses di berbagai platform digital. Keren kan? Jadi generasi milenial bisa memutar musik studio rekaman tertua di Indonesia hanya dengan mengunduh aplikasi Spotify, Joox dan YouTube. Tak perlu repot-repot membeli tiket kereta pergi ke Surakarta, hanya dengan gawaimu, semua musik orisinal Lokananta bisa diakses. Ayuk buruan dengerin!

Studio Lokananta mengajari kita agar kita menjelajahi ruang waktu, dari masa ke masa, mengenai perkembangan musik Indonesia. Jadi tau ada musik-musik indah dan penuh makna yang diciptakan para musikus yang bertalenta.

Musik, merekam kenangan dan merekam waktu. Pada nada-nada yang mengalun, ada perjalanan yang hanya bisa diterjemahkan telinga. Dan studio Lokananta, ada untuk memastikan hal tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Penulis:Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Melacak Pencipta Linting Daun, Lagu TikTok Paling Fenomenal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version