Pengemudi yang nggak sabaran di depan Stasiun Surabaya Gubeng
Sebenarnya, saya nggak sepenuhnya menyalahkan para pengemudi yang sesekali mengklakson. Sesekali ya, rek. Kalau udah tin tin tin, sampai memekakkan telinga, saya sendiri bisa ikutan kesal mendengarnya.
Sebab, saya yakin semua orang memang punya sibuknya masing-masing yang membuat mereka harus berpacu dengan waktu. Tapi mbok ya, yang sabar dikit. Toh ya mobil depan belum jalan.
Hanya menurunkan penumpang yang paling-paling butuh waktu 15 detik. Semua orang pasti buru-buru, kok. Driver ojol juga nggak mungkin melama-lamakan mobilisasi penumpang dan senang jadi penghambat pengemudi lainnya. Jadi kalau lewat depan Stasiun Surabaya Gubeng tolong sabar sebentar ya.
Dekat lampu merah
Nah, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kalau nggak karena lampu merah, sudah pasti laju kendaraan yang terhambat disebabkan oleh driver ojol roda 4 yang menurunkan penumpang. Namun, keriwehan lalu lintas di depan Stasiun Surabaya Gubeng ini salah satunya juga disebabkan oleh lokasinya yang super dekat dengan perempatan lampu lalu lintas cukup besar.
Radius 7 meter, kamu akan bersitatap dengan lampu merah. Itulah mengapa, ruas kanan jalanan depan Stasiun Surabaya Gubeng sudah pasti penuh antrean mobil untuk melintasi lampu merah.
Tidak jauh dari wilayah ini, pengendara akan sampai di daerah Embong Malang. Ini adalah pusat urban tempat gedung gedung tinggi macam Tunjungan Plaza dan Pakuwon Center bernaung.
Itulah 3 alasan Stasiun Gubeng bisa sangat menyebalkan. Selain menjadi simbol perpisahan, stasiun ini juga menjadi simbol semrawutnya lalu-lintas Surabaya.
Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Stasiun Gubeng, Stasiun Terbesar yang Mencerminkan Karakter Orang Surabaya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















