Ada yang udah pernah berkunjung ke Stasiun Malang Kotalama? Menurut kalian gimana?
Ketika Stasiun Malang Kotabaru direnovasi, saya adalah satu dari sekian banyak orang yang cukup senang. Alasannya sederhana, sebagai warga Malang Raya, saya ingin sekali Malang punya stasiun dengan bangunan yang keren dan mungkin akan menjadi ikonik. Selama ini, bangunan Stasiun Malang Kotabaru ya gitu-gitu aja. Maksudnya, nggak ada yang terlalu ikonik. Nggak seperti Stasiun Tugu Yogyakarta atau Stasiun Balapan Solo.
Melihat kemegahan Stasiun Malang Kotabaru, saya lalu melihat saudara kandungnya, Stasiun Malang Kotalama yang berjarak 2,7 kilometer ke arah selatan. Stasiunnya kecil, bangunannya nggak banyak berubah, dan aktivitasnya nggak seramai Stasiun Kotabaru. Melihat dua stasiun ini, saya seperti melihat dua anak yang punya nasib yang berbeda. Yang satu semakin modern, dan satunya lagi tetap bertahan dengan unsur klasik.
Melansir laman KAI, Stasiun Malang Kotalama dibangun pada tahun 1878 bersamaan dengan dibukanya jalur lintasan kereta Malang-Kepanjen oleh Staatsporwegen (SS). Awalnya, stasiun ini hanya sebuah halte. Tapi, guna menambah jalur kereta api, khususnya jalur Malang-Kepanjen, dibukalah Stasiun Malang Kotalama. Jalur Malang-Kepanjen ini juga merupakan jalur yang menghubungkan Surabaya-Malang-Blitar.
Pada awal penggunaannya, stasiun ini nggak jauh berbeda dengan stasiun-stasiun lain. Stasiun ini digunakan untuk mengangkut penumpang dan juga hasil perkebunan, baik dari Malang atau dari Blitar. Komoditas perkebunan yang diangkut melalui Stasiun Malang Kotalama ini biasanya berupa kopi, tebu, atau tembakau. Nantinya, komoditas perkebunan ini akan diekspor dari pelabuhan Surabaya.
Saat ini, posisi Stasiun Kotalama bukan sebagai stasiun utama. Stasiun ini seperti hanya menjadi stasiun sekunder, di mana stasiun utama ada di Stasiun Malang Kotabaru. Tak heran jika aktivitas yang ada di stasiun ini nggak terlalu ramai. Meski begitu, stasiun ini masih melayani perjalanan antarkota atau antarprovinsi.
Stasiun Malang Kotalama sebagai cagar budaya
Saya sebenarnya nggak punya banyak kenangan di Stasiun Malang Kotalama. Jika bicara kenangan, saya lebih punya kenangan di Stasiun Malang Kotabaru. Selain karena Stasiun Malang Kotalama bukanlah stasiun utama, stasiun ini juga tak banyak menawarkan hal-hal yang menarik. Satu-satunya hal menarik yang ditawarkan oleh stasiun ini adalah statusnya yang kini sebagai cagar budaya sejak tahun 2018. Dan inilah satu-satunya hal yang menarik bagi saya sehingga beberapa kali saya pergi ke sana.
Saya bukan penggemar kereta api yang hafal tipe atau jenis-jenis kereta. Saya hanya menyukai hal-hal yang berbau warisan budaya. Melihat bagaimana perjalanan sejarah, khususnya sejarah kolonial, yang ada di wilayah tempat tinggal saya rasanya begitu menyenangkan. Makanya salah satu tempat menarik yang bisa disambangi jika ingin melihat pengaruh kolonial Belanda di Malang adalah Stasiun Malang Kotalama.
Stasiun ini selalu menarik untuk dilihat, terutama desain bangunannya. Mulai dari gerbang masuk yang masih memakai jeruji besi, bangunan utama yang erat dengan nuansa kolonial, hingga atap peron dan ruang tunggu yang juga masih terasa nuansa kolonialnya. Hanya dengan melihat dan mengamatinya, kadang saya sudah bisa membayangkan bagaimana aktivitas stasiun ini 100 tahun yang lalu.
Untungnya Stasiun Malang Kotalama kini dijadikan cagar budaya. Dengan begitu, stasiun ini tetap eksis dan terawat. Sebab, sebelum dijadikan cagar budaya, stasiun ini agak kurang terawat. Mungkin karena kalah pamor dengan Stasiun Malang Kotabaru.
Banyak cerita mistis yang beredar
Layaknya bangunan tua lain, cerita mistis mengenai Stasiun Malang Kotalama cukup banyak yang beredar di masyarakat. Awal mula banyaknya cerita mistis di stasiun ini adalah ketika terjadi kecelakaan kereta pada tahun 1981. Kereta yang melintas dikabarkan menabrak bus dengan puluhan penumpang di bawah lintasan flyover. Bus tersebut terseret hingga akhirnya kereta berhenti di Stasiun Kotalama.
Konon, mayat-mayat korban kecelakaan ditempatkan di stasiun sembari menunggu evakuasi. Dari sanalah kemudian cerita mistis muncul.
Beberapa cerita mistis yang beredar terkait Stasiun Malang Kotalama juga beragam. Katanya ada yang pernah melihat hantu noni Belanda di sekitaran stasiun. Ada juga yang pernah melihat kereta yang berjalan sendiri atau yang kerap disebut warga sekitar sebagai kereta hantu. Konon, pernah terdengar suara rintihan di toilet stasiun yang kemudian dihubungkan banyak orang dengan kecelakaan kereta tahun 1981.
Akan tetapi, di luar kisah-kisah mistis yang beredar, Stasiun Malang Kotalama memang tempat yang menarik. Melihat sejarah panjang stasiun ini ditambah kenyataan bahwa stasiun ini nggak pernah vakum sekalipun membuat stasiun ini memang perlu mendapat perhatian lebih.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Stasiun Malang Kotabaru: Stasiun Rasa Bandara Kebanggan Warga Malang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.