Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Misteri Sri Sultan HB VII dan Kutukannya pada Raja Jogja yang Makin Hari Makin Nyata

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
30 Januari 2024
A A
Misteri Sri Sultan HB VII dan Kutukannya pada Raja Jogja yang Makin Hari Makin Nyata

Misteri Sri Sultan HB VII dan Kutukannya pada Raja Jogja yang Makin Hari Makin Nyata (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Perjalanan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat memang penuh intrik. Saya pernah menulis kisah Sultan HB II yang tiga kali naik takhta. Juga kisah keturunan Sultan HB V yang diburu sampai terbuang di Manado. Kali ini, ada Sri Sultan HB VII yang terbuang karena perebutan takhta. Serta bagaimana ungkapan blio yang konon menjadi kutukan bagi raja Jogja selanjutnya.

Intermezzo, artikel ini juga melengkapi memoar bagi leluhur keluarga saya. Karena saya sudah menulis kisah Sri Sultan HB II yang merupakan leluhur saya. Sedangkan Sri Sultan HB VII adalah buyut dari bapak sambung saya. Keduanya memiliki hubungan baik positif maupun negatif dengan Sri Sultan HB V yang juga saya tulis.

Lahir sebagai Gusti Raden Mas (GRM) Murtejo (1839-1931), blio adalah putra Sri Sultan HB VI dengan permaisuri kedua bernama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sultan. Meskipun dari permaisuri kedua, GRM Murtejo bisa naik takhta. Karena permaisuri pertama, GKR Hamengku Buwono, tidak memiliki keturunan laki-laki.

Naiknya GRM Murtejo sebagai sultan tidak benar-benar mulus. Permaisuri Sri Sultan HB V, GKR Sekar Kedhaton, menentang pelantikan ini. Menurut blio yang pantas naik takhta adalah GRM Timur Muhammad alias Gusti Ahmad, putra Sri Sultan HB V yang masih kecil saat sang raja meninggal terbunuh. Singkat cerita, GRM Murtejo tetap naik takhta. Gusti Ahmad dan sang ibu terbuang sampai meninggal di Manado.

Pemerintahan yang terhitung baik

Pemerintahan Sri Sultan HB VII sendiri ternilai baik. Sistem sewa tanah yang disepakati dengan pihak Belanda membuat pundi-pundi uang Kraton makin gemuk. Kekayaan berlimpah ini membuat Sri Sultan HB VII dijuluki sebagai sinuhun sugih atau sultan sugih yang berarti sultan kaya. Beberapa sumber juga menyebut blio sebagai sinuhun behi atau sultan behi, yang berarti sama.

Untung pada masa itu tidak ada media sosial. Kalau ada, pasti anak keturunan blio sudah flexing kekayaan seperti menantu sultan hari ini. Ah, intermezzo lagi.

Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII, terjadi juga gelombang modernisasi dan nasionalisme. Muhammadiyah pun lahir pada masa pemerintahan blio. Kongres pertama Budi Utomo juga dilangsungkan pada masa pemerintahan Sultan Sugih ini. Bahkan bangunan Loji Mataram dipinjamkan untuk pelaksanaan kongres Budi Utomo pertama.

Perkembangan industri juga gencar pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII. Belanda serta swasta jor-joran membangun industri, salah satunya pabrik gula. Ada sekitar 17 pabrik gula yang dibangun. Dari setiap pabrik gula, blio mendapat ƒ 200.000 (ƒ = florin, simbol gulden). Wajar saja jika Sri Sultan HB VII menjadi kaya raya.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Tapi, stabilitas ini juga tidak abadi. Pada masa akhir jabatan, sistem sewa tanah tersebut dihapuskan. Diganti dengan sistem apanage yang terkesan baik. Meskipun seluruh tanah dikembalikan sebagai tanah Sultan, namun pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah Belanda. Hasil pengolahan juga tidak masuk ke kantong sultan atau kraton, tapi masuk ke lembaga kas daerah milik Belanda.

Goyangan internal di masa Pemerintahan Sultan HB VII

Pemerintahan Sri Sultan HB VII sendiri juga digoyang secara internal. Putra blio, GRM Sujadi, diangkat menjadi Sri Sultan HB VIII saat blio masih hidup. Pengangkatan ini membuat sang Sultan Sugih harus lengser keprabon. Lengsernya Sri Sultan HB VII sendiri memiliki dua versi.

Versi pertama adalah versi resmi dari Kraton Jogja. Sri Sultan HB VII memilih lengser karena ingin madeg pandita (menjadi pertapa) dengan menyepi. Versi ini dipandang sebagai “pemutihan” dari geger sebenarnya.

Versi kedua penuh konspirasi. Pada 1921, Sultan Sugih yang berusia 81 tahun lengser. Seharusnya pengganti blio adalah putra mahkota pertama, KGPAa Hamengkunegara I. Namun sang putra mahkota meninggal secara misterius. Putra mahkota kedua, KGPAa Hamengkunegara II diberhentikan karena masalah kesehatan. Putra mahkota ketiga, KGPAa Hamengkunegara III, meninggal karena sakit keras. Karena ketiga putra mahkota ini abstain, maka yang diangkat GRM Sujadi yang bergelar Gusti Pangeran Harya Purbaya.

Beberapa sumber menyebutkan, KGPAa Hamengkunegara I terkenal sebagai penolak kebijakan Belanda. Maka Belanda ikut campur tangan untuk mengangkat GRM Sujadi menjadi Sri Sultan HB VIII.

Dengan diangkatnya Sri Sultan HB VIII, maka Sri Sultan HB VII menyingkir dari kraton. Menurut teori, tidak baik ketika dalam kraton terdapat “matahari kembar” atau dua sosok raja. Sri Sultan HB VII “menyingkir” ke daerah Pesanggrahan Ambarukmo. Sekarang situs tersebut berdampingan dengan Hotel Royal Ambarukmo dan Ambarukmo Plaza.

Baca halaman selanjutnya

Kutukan yang jadi kenyataan

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2024 oleh

Tags: Gusti AhmadHB VIIJogjakutukanpilihan redaksisultansultan HB VII
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Solo (Layak) Mulai Melesat, Jogja Perlahan (dan Pasti) Ditinggal Wisatawan

26 Januari 2023
3 Penderitaan yang Saya Rasakan Saat Naik Kereta Api Dhoho Penataran

3 Penderitaan yang Saya Rasakan Saat Naik Kereta Api Dhoho Penataran

20 April 2023
Bangunjiwo Bantul Pusat Klitih Jogja dan Isinya Gondes Berbahaya (Unsplash)

Bangunjiwo Bantul Daerah Memprihatinkan: Pusatnya Klitih Jogja, Isinya Gondes, dan Rawan Kecelakaan tapi Saya Masih Setia untuk Menetap

11 Mei 2024
Pembantaian PKI dan Fakta di Balik Misteri Tempat Horor

Pembantaian PKI dan Fakta di Balik Misteri Tempat Horor

15 Agustus 2022
Perempatan Mirota Godean Jogja: Ruwet dan Problematik Sejak Dulu

Perempatan Mirota Godean Jogja: Ruwet dan Problematik Sejak Dulu

2 Juli 2024
Lightyear, Bukti Betapa Anak Emasnya Franchise Toy Story bagi Pixar terminal mojok.co

Lightyear, Bukti Betapa Anak Emasnya Franchise Toy Story bagi Pixar

3 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.