Sudah pernah dengar soal kaum anti-overhype? Kaum ini adalah orang-orang yang anti banget sama sesuatu yang lagi nge-hype. Berbeda dengan kaum Yakjuj dan Makjuj yang nggak bisa ditebak kapan kemunculannya, kaum anti-overhype ini sangat mudah ditebak kapan munculnya. Tunggu aja ketika ada sesuatu yang lagi viral di jagat media sosial seperti Squid Game. Biasanya, mereka bakal datang dan bersabda, “Apa cuma gue di sini yang belum tertarik nonton Squid Game?”
“Apa cuma gue di sini yang belum pernah kesurupan Ubi Cilembu?”
Iya, iya. Bayi yang baru lahir juga udah langsung nonton Squid Game, kok. Kamu doang yang belum.
Kami semua tahu kalau kalian kaum anti-overhype ini nggak demen sama sesuatu yang lagi nge-hype dan digemari banyak orang. Ya, gimana mau demen? Kalian, kan anti-mainstream banget anaknya.
Fenomena kaum anti-overhype ini tentu sangat menjengkelkan. Tak hanya menjengkelkan, orang-orang ini juga bikin saya jengah. Baru-baru ini, kaum anti-overhype juga bermunculan mengomentari drama Korea yang lagi nge-hype berjudul Squid Game.
Drama Korea yang rilis di Netflix pada 17 September 2021 ini telah berhasil meraih 111 juta penonton hanya dalam 17 hari. Jadi, kalau kamu mau bilang, “Apa cuma gue yang nggak tertarik nonton Squid Game?” Jawabannya adalah nggak. Nggak sama sekali.
Anggap aja sekarang penduduk di bumi ada 7,7 miliar jiwa. Maka, 7,7 miliar dikurangi 111 juta penonton masih ada 7,6 miliar yang belum nonton Squid Game. Jadi, santai aja. Tentu kamu nggak sendiri.
Belum lagi ketika saya mendengar percakapan seorang teman yang menceritakan rasa excited-nya kala menonton Squid Game. Lalu, salah satu anggota kaum anti-overhype ini datang dan bilang, “Nggak, ah. Bagusan juga Alice in Borderland.”
Kadang, saya merasa heran kala ada orang yang merasa superior hanya karena tidak ikut menikmati sesuatu yang lagi viral. Apalagi merasa spesial hanya karena belum menonton Squid Game atau menganggap Squid Game tidak worth the hype. Ya, nggak apa-apa, sih kalau memang drama Korea seperti Squid Game bukan seleranya. Lha, tapi kalau semua-semua yang viral dinyinyirin terus apa nggak bikin jengah?
Namun, ada beberapa hal yang jadi dampak dari kaum-kaum anti-overhype ini.
#1 Merusak kebahagiaan orang lain
Wahai kaum anti-overhype, merasa spesial hanya karena nggak ikutan yang lagi tren bisa merusak kebahagiaan orang lain, loh. Mbok ya biarkan orang lain bahagia selagi itu nggak merugikan kamu. Nggak ada yang peduli juga kok kalau menurutmu yang lagi viral-viral itu nggak keren. Nggak usah repot-repot memberi tahu dunia kalau yang lagi viral itu bukan seleramu. Pengin banget ya biar dikatain edgy?
Kaum anti-overhype ini harusnya mengerti bahwa sejak awal nggak ada yang memaksa mereka untuk menyukai Squid Game. Sah-sah aja kalau memang disebabkan karena preferensi masing-masing. Namun, kalau hanya karena kepengin dapet perhatian, kok ngenes banget, ya?
#2 Review yang disampaikan jadi sulit dipercaya
Menjadi kaum anti-overhype itu juga bikin review mereka nggak bisa dipercaya. Lha gimana? Komentarnya selalu bias pada hal-hal yang viral. Belum lagi aspek yang dikomentari juga biasanya nihil dan nggak ada isinya.
“Ah, biasa aja, ah, Squid Game.”
“Menurutku masih banyak yang lebih bagus, sih.”
“Kenapa Squid Game yang viral, sih? Masih bagus juga Alice in Borderland,” dilanjut menyebut sebanyak-banyaknya serial thriller lainnya yang sudah blio tonton.
Apa nggak capek kalau harus membantah semua yang lagi viral? Saya jadi penasaran sama pikiran yang ada di kepala kaum anti-overhype ini. Apakah dengan begitu mereka merasa sebagai main character? Atau dengan begitu mereka merasa menjadi poros bumi dan orang-orang mainstream ini mengelilingi dirinya? Atau jangan-jangan yang bilang, “Apa cuma gue yang bla bla bla” itu beneran cuma mereka?
Ah, saya jadi takut. Pada akhirnya saya yang mainstream banget ini cuma bisa bilang kepada kaum anti-overhype, “Thanks ya udah berani speak up. Elu doang dah yang TOP, yang lain mah Beng-Beng.”
Sumber Gambar: YouTube Plick Kick