Solo Safari Zoo menjadi strategi politik brilian dari Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming. Setelah proses pembangunan selama 6 bulan, kebun binatang tersebut resmi dibuka secara umum pada hari Jumat (27/1/2023) kemarin. Berbagai konser dan pameran yang diadakan di sana mampu menarik animo banyak masyarakat, khususnya di Kota Solo.
Kehadiran Jokowi 5 hari sebelum pembukaan menjadikan media promosi yang menarik. Media sosial riuh memviralkan taman di pinggiran Sungai Bengawan tersebut. Keaktifan Gibran di Twitter dengan meme kocaknya mampu membranding Solo ramah wisatawan.
Selain itu, media-media nasional juga memainkan peran terangkatnya Kota Solo melalui Safari Zoo-nya. Meski dikritik lantaran harga tiket masuk yang terlalu mahal, nyatanya sampai sekarang kebun binatang itu masih ramai pengunjung, bahkan banyak yang datang juga dari luar Kota Solo.
Menyulap Taman Satwa Taru Jurug jadi Solo Safari Zoo
Semasa kecil, saya hanya sekali berkunjung ke sana bersama bapak. Dulu namanya Taman Satwa Taru Jurug. Kesan kumuh dan tidak terurus menjadikan tempat wisata itu sepi pengunjung, bahkan hingga saya kuliah di UNS yang notabene tetanggaan dengan Solo Safari Zoo.
Entah siapa di balik pencetus gagasan merombak kebun binatang itu, jelas mengantarkan nama Gibran Rakabuming masuk jajaran elite politikus muda nasional. Urusan pengangguran, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi nyatanya tidak begitu penting bagi masyarakat. Indonesia saat ini hanya butuh visual nyata adanya pembangunan.
Selain Solo Safari Zoo, Gibran juga menyulap berbagai kawasan publik menjadi rapi dan menarik mulai dari pembangunan jembatan jurug, pelebaran jalan, penataan pasar, hingga jalan layang di Purwosari. Perbedaan wajah Solo dari wali kota sebelumnya dikemas dengan baik oleh media sebagai alat pencitraan brilian dari seorang Gibran Rakabuming.
Baca halaman selanjutnya
Langkah Gibran mirip dengan bapaknya yang memulai karier dari pembangunan kota…