Pada hari minggu beberapa waktu lalu, saya bersama keluarga berkunjung ke suatu kebun binatang di kawasan Jakarta Selatan. Kami berangkat pagi dari rumah melalui jalan tol, harapannya agar lancar dan tehindar dari kemacetan. Selain itu, agar tidak terlalu panas saat tiba di lokasi. Meskipun begitu, kami sempat menyusun rencana untuk melewati jalur alternatif, mengingat hari minggu di beberapa titik ada Car Free Day.
Sesuai dengan harapan, kami tiba di kebun binatang sekira jam 09.00, tidak begitu sepi, juga belum terlalu ramai oleh para pengunjung. Selain untuk berekreasi, tidak sedikit pula pengunjung yang datang untuk berolahraga—jogging mengitari luasnya kebun binatang. Tidak bisa dimungkiri kawasan yang dikelilingi oleh banyak pepohonan tersebut memang cocok dijadikan sebagai lajur bagi mereka yang hobi jogging.
Tujuan saya berkunjung ke kebun binatang pun beragam. Selain ingin melepas penat, saya juga merasa harus meluangkan waktu untuk keluarga di sela kesibukan. Di samping itu, anak saya yang berusia dua tahun pun sedang excited mengenal dan melihat satwa secara langsung. Saya pikir itu perlu, mengingat dalam sehari-hari dia melihat hewan hanya dari TV atau YouTube. Dan sesuai perkiraan, anak saya merasa senang bisa melihat banyak hewan yang sebelumnya hanya dia lihat dari layar kaca.
Pada poin ini, tentu ada rasa haru saat melihat bagaimana anak begitu excited. Penat berangsur menghilang dengan sendirinya.
Saat anak merasa senang dan excited melihat ragam satwa, melihat hal tersebut, saya justru teringat acara Spontan yang beberapa tahun lalu dibawakan oleh pelawak senior nan legendaris, Komeng. Salah satu konten Spontan yang terkenal adalah interaksi antar hewan yang di-dubber oleh Komeng sendiri. Rasanya lucu jika mengingat acara Spontan secara keseluruhan kala itu—sekaligus menjadi salah satu acara TV yang ditunggu oleh banyak penonton.
Pada dasarnya, kebun binatang bisa menjadi tempat yang baik bagi ragam aneka satwa. Sebab, selain dirawat dan dijaga dengan baik oleh para pawangnya masing-masing, satwa yang terancam punah akan dilestarikan agar dapat tetap bertahan dari ancaman kepunahan. Namun, dari sudut pandang yang berbeda, kebun binatang justru bisa menjadi tempat yang mengurung para satwa dari habitat aslinya—alam luas.
Setiap hewan memiliki kandang sendiri, dan setiap kandang memiliki dimensinya masing-masing. Secara keseluruhan, luas kandang memang akan menyesuaikan besaran hewan atau habitat asalnya. Namun, apakah tempatnya sudah dibuat dengan layak? Mengingat banyak hewan pasti terbiasa hidup di alam bebas dan luas, lalu dipindah ke ruang lingkup yang lebih kecil dan sempit. Apakah para hewan baik-baik saja—tidak stres?
Dan lagi, semua hewan menjadi tontonan. Mungkin, ada waktu di mana para hewan merasa cemas karena ramainya pengunjung yang datang. Belum lagi pengunjung usil yang sering kali memberi makan hewan dari camilan yang dibawa. Jelas sudah ada peraturan dilarang memberi makan hewan, eh, dilempar sembarang begitu saja. Tidak semua hewan cocok dengan makanan yang kita konsumsi.
Melansir dari CNN Indonesia, menurut aktivis satwa, 90 persen kebun binatang di Indonesia tidak layak huni. Banyak hal yang menjadi perhatian, seperti kandang yang tidak layak huni dan tidak menyerupai habitat asli—bahkan kotor, minimnya akses minum juga pemberian makan yang tidak sesuai atau layak, juga tidak ditegurnya pengunjung yang melarang peraturan. Wajar saja jika hal tersebut membuat para hewan menjadi stres. Alih-alih sebagai tempat perlindungan bagi para hewan, kebun binatang malah menjadi habitat buatan yang menyeramkan.
Oleh karena itu, besar harapan saya, jika memang kebun binatang adalah tempat terbaik bagi perlindungan aneka satwa—termasuk yang terancam punah—kandang dan lokasi bagi para hewan harus tergolong layak. Jika tidak, alih-alih melestarikan malah menyengsarakan. Karena sejatinya, kebun binatang adalah tiruan dari habitat asli bagi para hewan agar mereka lebih mudah beradaptasi.
Selain dijadikan tempat untuk pelestarian hewan, kebun binatang pun biasa dijakan sebagai tempat edukasi. Itu kenapa, menjaga kebun binatang tetap layak huni bagi aneka satwa, dan tetap sesuai porsinya untuk sarana belajar menjadi prioritas yang harus sama-sama setara tingkatannya.
BACA JUGA Mengenang Kebun Binatang atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
—