Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Sisi Kelam Gorengan di Prasmanan Asrama

Rusmanto oleh Rusmanto
3 Juli 2019
A A
gorengan

gorengan

Share on FacebookShare on Twitter

Makan prasmanan di Indonesia secara umum dibagi menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah unlimited dan yang kedua adalah (tentu saja) limited. Yah, mirip lah kayak orang pake pulsa internet, begitu kira-kira.

Untuk jenis prasmanan unlimited seperti di warung makan langganan, tidak perlu strategi, kita tinggal makan yang kita pingin (atau sesuai budget) terus dibayar deh. Prasmanan di hajatan rumahan, juga nggak perlu strategi karena biasanya hidangan berlimpah dari pagi sampai pagi lagi.

Yang membutuhkan strategi khusus adalah jenis prasmanan yang bersifat limited atau terbatas. Keterbatasan yang ada misalnya mengacu pada waktu makan dan jumlah makanan yang terkadang juga terbatas.

Menurut pengalaman saya, salah satu tempat makan dengan bersifat limited yang butuh strategi adalah prasmanan di boarding school atau sekolah asrama yang biasa aja (nggak elit).

Salah satu hal yang seru dan menarik ketika di sekolah asrama adalah saat jam makan. Mungkin karena dalam masa pertumbuhan, anak-anak begitu antusias dengan yang namanya “makan”.

Pertanyaan menariknya : makanan di asrama sudah disesuaikan dengan jumlah siswa, mengapa selalu kurang?

Ternyata, anak di antrian depan saat prasmanan memiliki teknik tersendiri untuk mendapatkan lauk lebih. Dan tentu saja, akan membuat barisan belakang nggak kebagian.

Lauk yang sering ilang atau nggak merata adalah gorengan dan sejenisnya. Mulai dari rempeyek, sampai daging (daging asal digoreng juga termasuk gorengan) pembagiannya bisa nggak jelas sama sekali.

Baca Juga:

4 Dosa Penjual Gorengan yang Bikin Pembeli Kapok dan Trauma

3 Dosa Penjual Mendoan yang Bikin Warga Lokal Banyumas Marah

Gorengan yang bisanya udah di jatah 1 biji per anak kok masih ada yang nggak kebagian. Ajaibnya ada anak yang makan gorengan, tapi nggak habis-habis. Ternyata (dengan penyelidikan yang biasa saja) ada teknik tersediri untuk menyelundupkan gorengan biar bisa makan lebih.

Tekniknya, saat antri, yang diambil duluan adalah gorengan, setelah itu, dikuburlah dengan nasi dan ditimpa sayur. Setelah sukses, kembali ke  tempat gorengan dan ambil lagi. Dapat dua gorengan deh, satu yang di kubur, satu yang kelihatan.

Gorengannya sih mungkin rasanya biasa aja. Yang membuat rasanya lebih istimewa adalah sensasi bisa menyelundupkan keluar, dan bisa makan lebih banyak dari yang lain.

Untuk mengatasi hal itu, akhirnya di asrama saya tinggal dulu, ada bagian pengawas khusus gorengan. Dengan harapan, semua anak bisa kebagian, dan keadilan bisa ditegakan.

Tapi pada akhirnya, (gorengan yang ada) setelah melalami sortasi mulai dari antrian awal, di akhir antrian biasanya hanya akan mendapat gorengan yang ukurannya kecil, terkadang malah dapat remukan doang. Untung masih dapet, daripada nggak!!

Selain gorengan, sayur berkuah lebih cepat habis dibandingkan tumis-tumisan. Yang habis, bukan kuahnya, tapi isi sayuran yang ada di dalamnya. Dan hal itu disinyalir adalah efek lanjutan dari gorengan yang nggak kebagian atau dapatnya gorengan kecil.

Karena nggak kebagian gorengan, anak di antrian berikutnya akan semangat dalam nyiduk sayuran. Hal itu, membuat massa yang berada di antrian belakang hanya kebagian kuahnya saja.

Sesungguhnya, anak sekolah asrama memiliki level kesabaran yang tinggi. Terutama bagi mereka yang rutin dapat antrian paling belakang saat makan tiba.

Kehabisan lauk bukan alasan saya untuk selalu berada di urutan depan saat antri. Ada hal lain yang lebih krusial, dan menjadi penyebab utama. Dan tentu saja, ada cerita menarik yang melatarbelakanginya.

Suatu saat, asrama kami kedatangan anak mahasiswa untuk kegiatan semacam PKL selama sebulan. Mereka juga dapat jatah makan siang bareng ikut antri bersama anak-anak. Tujuannya sih biar bisa lebih akrab gitu.

Ketika saya ajak antri di depan, mereka selalu menolak. Mungkin pekewuh (ngerasa nggak enak hati) merasa sebagai tamu. Karena menolak, saya nggak bisa maksa dong.

Kelakuan anak-anak memang cukup ajaib . Ketika sampai di bagian gorengan bakwan (di sana namanya Bala-Bala) selain menyelundupkan, juga melakukan hal aneh lainnya.

Bakwannya diambil, diliatin, terus dibalikin lagi, ganti bakwan yang lain, terus diliatin, terus ganti lagi sampai nemu yang pas, baru diletakan di piring. Saya heran, mereka milih berdasarkan ukuran, tekstur, atau jumlah udang yang ada di bakwan ya?

Setelah selesai makan, anak mahasiswa tidak juga mengerti alasan kenapa saya ngantri duluan. Akhirnya saya jelaskan pada pertemuan makan siang selanjutnya. Tapi tentu saja hal itu dilakukan setelah mereka makan, takutnya setelah dijelaskan, mereka malah nggak doyan makan.

Sebelum ngantri makan, anak-anak akan cuci tangan pake sabun sesuai dengan anjuran pemerintah. Tapi pada saat ngantri, entah karena kebiasaan atau iseng, mereka akan garuk-garuk dari kepala sampai kaki tidak ada yang terlewat.

Dan tangan yang mereka gunakan buat nggaruk itu, mereka pakai buat milih gorengan yang bolak-balik ditukar itu. Setelah mendengar uraian singkat saya, anak mahasiswa hanya terdiam dengan ekspresi yang sedikit aneh dan agak pucat.

Setelah hari berlalu, yang lebih seru pada acara makan siang selanjutnya, anak mahasiswa yang biasanya pekewuh, jadi rebutan ngantri. Akhirnya, mereka bisa menghancurakan “jarak” dengan anak asrama dengan rebutan ngantri makan. Atau mungkin ada motif lain?

Kalau prasmanan di asrama saya maunya ambil duluan, bukan karena takut dapat gorengan yang kecil atau cuma kebagian kuah. Bagi saya, dapat tambahan nutrisi “garukan” lebih memilukan ketimbang nggak kebagian gorengan.

Nggak penting banget, ya? hehehehe

Selamat makan~

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: gorengankenakalan remajasekolah asrama
Rusmanto

Rusmanto

Penulis lepas.

ArtikelTerkait

Krisis Eksistensial

Untuk Siapapun yang Sedang Mengalami Krisis Eksistensial: Please Seek Help!

1 Oktober 2019
emak-emak

Kalimat Keramat Emak-Emak yang Bakal Kita Rindukan Saat Kita Sudah Dewasa

18 Juli 2019
3 Cara Mengakali Harga Telur dan Minyak Goreng yang Nggak Ngotak

3 Cara Makan Telur dan Gorengan meski Harga Telur dan Minyak Nggak Ngotak

29 Desember 2021
eskapisme

Eskapisme Media Sosial Membumbui Penyimpangan Era Digital

28 Juli 2019
7 Hal yang Nggak Pernah Dirasakan oleh Siswa Sekolah Elit

7 Hal yang Nggak Pernah Dirasakan oleh Siswa Sekolah Elite

26 Mei 2022
keisengan

Pergaulan dan Keisengan yang Kebablasan: Dari Menjilat Es Krim, Durian, Hingga Meludahi Minuman Soda di Pusat Perbelanjaan

27 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.