Kalau kalian pernah menyantap es pisang ijo, kuliner Makassar yang terkenal itu, kalian berarti sudah ketemu sirup DHT~
Sirup memang identik dengan bulan puasa, namun bukan berarti di luar bulan puasa sirup tidak lagi istimewa. Di Makassar, tempat saya lahir dan bertumbuh, sirup bahkan menjadi buah tangan yang siap untuk dipinang oleh para wisatawan. Adapun jenis sirup yang khas dari Makassar adalah sirup markisa dan sirup pisang ambon. Berhubung sebelumnya saya sudah membahas tentang sirup markisa, kali ini saya akan membahas tentang sirup pisang ambon.
Di Makassar dan sekitarnya, sirup pisang ambon ini punya tempat istimewa dalam dunia perkulineran. Rasanya yang manis dan warnanya yang segar bukan cuma cocok jadi minuman pelepas dahaga atau sajian untuk tamu, tapi juga sudah menjadi soulmate-nya beberapa kudapan khas Makassar. Dalam artian, kudapan-kudapan tersebut akan terasa kurang nampol tanpa kehadiran sirup pisang ambon.
Kalau kalian pernah menyantap es pisang ijo, nah, dari sirup pisang ambon lah asalnya warna merah muda yang ada dalam kudapan tersebut. Selain es pisang ijo, sirup pisang ambon juga bestie banget sama es pallu butung dan es poteng. Fyi, es poteng adalah tape singkong yang dipadukan dengan es serut, lalu diguyur dengan sirup pisang ambon. Di Makassar, penjual es poteng biasa menjajakan dagangannya dengan mengendarai sepeda ataupun motor.
Sebagaimana barang komersial lainnya, sirup pisang ambon yang legendaris dan masih populer sampai saat ini pun masih ada dan mudah ditemukan. Sirup pisang ambon tersebut mereknya DHT. Kalian pernah lihat atau bahkan mencicipi? Warga Sulawesi sih sudah pasti akrab dengan merek yang satu ini.
Sirup DHT produksi Rusli Wijaya sudah ada sejak tahun 1949. Kabarnya, sirup ini terinspirasi dari sirup yang ada di Taiwan. Untuk namanya, DHT merupakan singkatan “dari hasil tenaga” sebagai gambaran bahwa sirup ini membutuhkan banyak tenaga dalam proses produksi.
Dalam perjalanannya, DHT kemudian menjadi PT Duta Harapan Tunggal, sebagaimana yang tertera pada label kemasannya. Alamatnya ada di Jalan Macanda Tamarunang/Poros Teratai Indah No. 388, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini, perusahaan sirup DHT dikelola oleh Frenky Wijaya—anak dari Rusli Wijaya—yang duduk sebagai komisaris perusahaan.
Sirup DHT tersedia dalam 3 kemasan; kemasan botol kaca 620 ml, jeriken 2 liter, dan jeriken 5 liter. Untuk ukuran 620 ml harganya sekitar 20-30 ribu rupiah, jeriken 2 liter sekitar 100-an ribu rupiah, dan jeriken 5 liter sekitar 200-an ribu rupiah. Di Makassar, sirup DHT bisa kalian dapatkan di toko oleh-oleh dan di berbagai tempat berbelanja seperti Indomaret dan Alfamart. Untuk yang di luar kota, bisa mengunjungi official store mereka di Tokopedia dan Shopee. Atau, kalau mau beli dalam jumlah banyak (grosir), bisa kunjungi laman Instagramnya @dhtmakassar.
Sementara untuk label kemasan, dulunya sirup DHT malah seperti krisis identitas. Katanya sirup pisang ambon, tetapi gambar pisang di label kemasannya malah muncul malu-malu alias mojok banget. Yang tampil di bagian depan justru gambar buah-buah lainnya.
Belakangan baru label desainnya berganti. Yang ada cuma segelas sirup DHT berdampingan dengan gambar pisang. Meskipun tidak sedikit yang menganggap sirup DHT ini tidak ada rasa pisangnya sama sekali, nyatanya sirup DHT tetap eksis dan menjadi salah satu produk lokal yang dicintai warga Makassar.
Setelah sekian lama mewarnai dunia kuliner khas Makassar, yang terbaru sirup DHT berkolaborasi dengan Kopi Ujung, salah satu tempat ngopi terbaik dan tempat berburu oleh-oleh di Kota Makassar.
Dalam kolaborasi dua brand legendaris dari Makassar ini, tersedia tiga varian rasa yang bisa seruput. Ada DHT White, DHT Black, serta DHT Matcha—untuk yang tidak suka kopi. Dari ketiganya, saya suka yang DHT White sih, perpaduan antara segarnya sirup DHT dengan kopi dan susu, rasanya mantap di lidah saya.
Sudah pernah kan mencoba sirup DHT?
Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Warung Mi Kering Makassar yang Legendaris.