Seturan Jogja: Bekas Kerajaan Jin yang Kini Jadi Surganya Coffee Shop dan Kos LV

Seturan Jogja: Bekas Kerajaan Jin yang Kini Jadi Surganya Coffee Shop dan Kos LV

Seturan Jogja: Bekas Kerajaan Jin yang Kini Jadi Surganya Coffee Shop dan Kos LV (Pixabay.com)

“Ngakunya anak baik-baik, tapi ngekos di Seturan.”

Pernah dengar ungkapan itu? Kira-kira inilah stigma yang disematkan pada Padukuhan Seturan Jogja. Sebuah daerah terkenal sebagai Las Vegas-nya Jogja. Bukan karena ada kasino, tapi menjamurnya kos LV di sana. Tempat di mana gejolak muda bergelora dalam satu area super padat.

Tapi Seturan tidak hanya tentang Kos LV. Tidak juga sekadar jajaran coffee shop mahal dan kuliner yang serba FOMO. Seturan adalah sejarah panjang dan penuh hal mistik. Daerah yang menjadi saksi penjajahan kerajaan jin, tawuran, sampai mahasiswa yang meregang nyawa. Sekaligus menyimpan ingar bingar yang memanjakan penghuni Seturan.

Bermula dari Mbah Setur

Sejarah awal Seturan cukup sulit dicari. Ketika mencari “Seturan” di Google, yang keluar hanya seputar kos dan kafe. Paling banter adalah perkara pemekaran Kapanewon Caturtunggal. Saya pun selalu buntu dalam mencari sejarah Seturan. Sampai saya menemukan sebuah makam keramat. Saya pernah membuat liputan tentang makam tersebut. Jadi saya akan jelaskan sedikit saja tentang pendiri Seturan.

Seperti lumrahnya daerah lain di Jogja, nama Seturan berasal dari sang pendiri desa. Blio dikenal sebagai Mbah Setur atau Ki Setur. Tidak jelas asal usul sosok ini. Dari wawancara yang saya lakukan, Mbah Setur adalah lingkar dalam di Kasultanan Yogyakarta.

Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII, Mbah Setur mendapat jatah tanah perdikan di utara Kraton. Namun ada harga yang harus dibayar. Mbah Setur harus melawan jin penguasa area tersebut. Konon, ada kerajaan jin yang menguasai hutan belantara itu.

Dengan kemampuan spiritual tinggi, Mbah Setur berhasil menaklukkan para jin. Lalu Mbah Setur membuka lahan dan hidup di tanah perdikan tersebut. Semenjak itu, daerah tadi dikenal sebagai Desa Seturan. Sejatinya, Desa Seturan punya cakupan yang luas. Hampir separuh Kapanewon Caturtunggal hari ini. Namun kini yang resmi disebut Seturan hanya satu pedukuhan kecil.

Pedukuhan sekecil itu berkelahi dengan Kos LV. Tapi itu nanti dulu, karena Las Vegas-nya Jogja tidak lahir dalam sekejap. Dia pernah jadi area hitam yang gelap dan singup.

Seturan Jogja dulu adalah kebun tebu yang dihindari mahasiswa

Setelah Mbah Setur wafat, anak keturunannya mulai hidup tersebar di area Seturan. Daerah yang dulunya hutan belantara mulai hidup dan berwarna. Terutama setelah Selokan Mataram membelah daerah tersebut. Di sepanjang tepi selokan bermunculan sawah dan perkebunan tebu. Hamparan perkebunan tebu ini masih bertahan sampai tahun 2000an.

Wajah Seturan Jogja sangat berbeda di masa itu. Daerah ini terkenal dengan suasana yang gelap dan singup di waktu malam. Jarang ada warga yang berani melintas area sekitar Seturan di waktu malam. Bukan hanya perkara gelap tadi, namun ancaman kriminal dari balik rumpun tebu yang tinggi.

Ibu saya salah satunya. Ketika masih kuliah di tahun 90-an, area Seturan selalu dihindari. Bahkan siang saja harus mikir dua kali. Jika tidak ada teman yang mengantar, ibu saya memilih jalur mengitari Seturan. Pada masanya, Seturan dikenal sebagai sarang begal dan preman.

Namun pertumbuhan daerah Seturan terus meningkat. Terutama didorong oleh kelahiran banyak kampus baru. Belum lagi kampus senior yang menambah kapasitas. Akhirnya muncul banyak kos-kosan dan pertokoan. Sekaligus mempersempit area kebun tebu tempat kejahatan sembunyi. Stigma area hitam yang jadi sarang begal mulai runtuh. Digantikan stigma baru yang lebih gemerlap. Sekarang saatnya Kos LV dan ingar bingarnya tampil!

Baca halaman selanjutnya

Wayahe kos LV tampil!

Kos LV, coffee shop, dan kabar duka

Mungkin sekitar tahun 2010-an Seturan Jogja mulai lebih hidup. Pokoknya awal saya kuliah, area Seturan sudah penuh kos-kosan LV. Akhirnya stigma perkara kenakalan dan sex bebas mulai tersemat. Tapi saya memaklumi stigma ini, karena jumlah kos-kosan di Seturan memang kelewat banyak.

Dari pencarian di kanal Mamikos, ada 373 kos yang terdaftar. Bahkan ada 2192 kos di Seturan dan area sekitar di radius 3 km. Bayangkan saja, dalam satu petak kecil ada kos sebanyak itu. Entah berapa banyak kos LV atau bebas di Seturan. Namun stigma tadi sudah jadi acuan bahwa kos yang erat dengan kenakalan itu tumbuh subur di Seturan.

Entah berapa banyak manusia yang tinggal di area sempit itu. Yang jelas, mereka membuat Seturan tak pernah tidur. Tak ada kata sepi di padukuhan ini. Warmindo sampai coffee shop buka 24 jam demi memuaskan manusia penghuni Seturan Jogja. Tawa canda dan diskusi ndakik-ndakik tak pernah senyap. Menutupi gairah bergejolak dan kabar duka.

Banyak kabar duka datang dari Seturan. Hampir setiap tahun selalu ada kasus bunuh diri di Seturan. Belum lagi tawuran dan pembunuhan yang beberapa kali terjadi di sana. Dari perkelahian skala kecil, tawuran atas dasar rasial, sampai bentrok driver ojol melawan debt collector. Jadi maklum saja jika Seturan Jogja sering jadi berita di berbagai media.

Jika suatu saat Anda lewat atau tinggal di Seturan, jangan lupakan kisah ini. Kenanglah Seturan yang lahir dari duel melawan jin dan dibesarkan oleh mahasiswa. Dan jangan lupa, nikmati keseruan di dalamnya. Seturan buka 24 jam, tanpa tidur dan istirahat!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Menelusuri Sejarah Seturan Yogya: Kuda Sembrani di Makam Mbah Setur

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version