Sensus Penduduk 2020 (SP2020) yang dilaksanakan dalam dua tahap pada tahun lalu, telah melewati tahap akhir, yakni rilis hasil SP2020. Rilis tersebut telah dilaksanakan pada pertengahan bulan Januari lalu dalam “Rilis Bersama Data Sensus Penduduk 2020 dan Data Administrasi Kependudukan 2020” yang disiarkan daring melalui kanal YouTube BPS Statistics.
Dalam rilisnya, Suhariyanto selaku Kepala Badan Pusat Statistik mengatakan bahwa dari hasil Sensus Penduduk 2020 per September 2020, terdapat 270.203.917 jiwa penduduk. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dari tahun 2010 berdasarkan hasil SP2010, Indonesia mencatatkan penambahan penduduk sebesar 32,56 juta jiwa atau sebesar 3,26 juta pada setiap tahunnya.
Walaupun penduduk bertambah karena fertilitas yang lebih tinggi daripada mortalitas, laju pertumbuhan penduduk Indonesia melambat 0,24 persen jika dibandingkan pertumbuhan penduduk periode 2000-2010. Fakta menarik lainnya adalah tentu saja tentang rasio jenis kelamin (sex ratio) Indonesia pada tahun 2020 yang menyatakan jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan.
Secara agregat, rasio jenis kelamin (sex ratio) Indonesia pada tahun 2020 adalah 102, artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki. Dari hasil SP2020, disebutkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak 136,66 juta jiwa atau 50,58 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan, jumlah penduduk perempuan di Indonesia sebanyak 133,54 juta jiwa atau 49,42 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini berarti jumlah penduduk laki-laki 3,12 juta lebih banyak dari penduduk perempuan.
Informasi tersebut tentunya menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan bagi kaum adam, khususnya kaum adam ambyar atau yang lebih dikenal dengan kaum sadboys. Jika pada sesama penduduk Indonesia setiap perempuan dipasangkan dengan penduduk laki-laki, maka akan ada 3,12 juta penduduk laki-laki yang tidak memiliki pasangan. Lah wes jan, mbahayani tenan!
Sebagai langkah antisipasi dalam menghindari kondisi jomblo sampai mati, saya melakukan riset kecil-kecilan demi kesejahteraan bersama khususnya kaum sadboys. Hasil riset yang saya lakukan memberikan beberapa rekomendasi yang saya yakin tepat bagi kaum sadboys.
#1 Mencari perempuan Sulsel dan Jogja
Dalam rilisnya, Badan Pusat Statistik juga menyebutkan hampir seluruh provinsi memiliki rasio jenis kelamin yang lebih dari 100, artinya hampir seluruh provinsi memiliki jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Namun, masih terdapat dua provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin di bawah 100, yakni provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki rasio jenis kelamin 99 dan provinsi D.I. Yogyakarta yang memiliki rasio jenis kelamin 98.
Sulawesi selatan memiliki jumlah penduduk 9,07 juta jiwa dengan penduduk perempuan berjumlah 4,57 juta jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 4,50 juta jiwa. Sedangkan, provinsi D.I. Yogyakarta memiliki jumlah penduduk 3,67 juta jiwa dengan penduduk perempuan berjumlah 1,85 juta jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 1,82 juta jiwa.
Mencari perempuan Sulawesi Selatan dan Yogyakarta berarti mencari perempuan yang bertempat tinggal secara de facto di kedua provinsi tersebut. Sensus Penduduk mencatat penduduk berdasarkan tempat tinggalnya sekarang bukan dari yang tercatat di kartu keluarga ataupun KTP. Jadi, walau berasal dari ujung Sabang sekalipun, jika sedang berkuliah di UGM dan menetap di Jogja, bolehlah para sadboys sekalian incar sebagai pasangan hidup.
#2 Hindari mencari perempuan dari tiga daerah ini
Dari hasil SP2020, terdapat tiga provinsi dengan rasio jenis kelamin yang di atas 110, artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat lebih dari 110 penduduk laki-laki. Ketiga provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 110 adalah Papua, Kalimantan Utara, dan Papua Barat. Rasio jenis kelamin tertinggi didominasi oleh provinsi terluar Indonesia.
Provinsi Papua memiliki rasio jenis kelamin 114, dengan rincian 2,01 juta jiwa perempuan dan 1,29 juta jiwa laki-laki. Kalimantan Utara memiliki rasio jenis kelamin 112, dengan rincian 331 ribu penduduk perempuan dan 371 ribu penduduk laki-laki. Sedangkan Papua Barat memiliki rasio jenis kelamin 111, dengan rincian 537 ribu jiwa perempuan dan 597 ribu jiwa laki-laki.
Bagi pada sadboys, tentunya tidak dianjurkan untuk mencari calon pasangan di daerah ini karena memiliki posisi yang lebih sedikit dari laki-laki di daerahnya. Bukan berarti perempuan yang berada di tiga daerah ini tidak memiliki kualitas yang cukup, akan tetapi kuantitas perempuan di tiga daerah ini lebih sedikit daripada laki-laki, sehingga keketatan dalam persaingannya akan semakin tinggi. Kuantitas perempuan yang sedikit adalah dampak dari pekerja perempuan yang sering kali tidak mau ditempatkan di daerah-daerah terluar Indonesia.
Hal ini berlaku kebalikan dengan sadgirls. Ketimpangan rasio jenis kelamin pada tiga daerah tersebut sekali lagi bukan melulu mengukur penduduk yang berada di daerah tersebut namun juga migran dari provinsi lain. Jumlah laki-laki yang lebih banyak dari perempuan mungkin disebabkan penempatan pekerja misalnya PNS atau penambang pada daerah-daerah terluar Indonesia didominasi oleh laki-laki. Karena kuantitasnya yang melimpah, maka hal ini menjadi kesempatan bagi para sadgirls untuk memperbaiki nasibnya.
#3 Mencari perempuan yang lebih berumur
Beberapa alasan yang saya temukan dari berbagai sumber internet menyatakan perempuan hidup lebih panjang dibandingkan laki-laki karena faktor gen, seperti yang telah kita ketahui, perempuan memiliki kromosom XX dan laki-laki memiliki kromosom XY, faktor hormon seperti estrogen yang dipercaya sebagai antioksidan, dan faktor pekerjaan dan tingkah laku. Laki-laki cenderung memiliki pekerjaan berat dan kebiasaan kurang sehat jika dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pekerjaan cenderung ringan sebagai ibu rumah tangga.
Hasil SP2020 tidak berbeda jauh dari fakta yang selama ini ada, yakni perempuan lebih dapat mencapai usia tua jika dibandingkan dengan laki-laki. Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada kelompok usia 70-74 tahun adalah 88 sedangkan pada kelompok usia 75+ adalah 79. Pada kelompok usia 70-74 tahun, jumlah perempuan Indonesia adalah 2,21 juta jiwa (53,16 persen) sedangkan jumlah laki-laki 1,94 juta jiwa (46,84 persen). Pada kelompok usia 75+ tahun, jumlah perempuan adalah 2,81 juta jiwa (55,81 persen) sedangkan jumlah laki-laki adalah 2,22 juta jiwa (44,19 persen).
Fakta ini tentu cukup menggembirakan bagi sadboys. Jika Anda tak kunjung menemukan pasangan hidup, maka tak ada salahnya untuk mencari perempuan yang lebih berumur dalam hal ini kelompok usia 70 tahun ke atas. Biasanya, perempuan yang berusia 70 tahun ke atas sudah tidak memiliki suami didukung fakta bahwa usia hidup perempuan lebih lama dan juga rasio jenis kelamin untuk kelompok usia ini lebih rendah dari 100. Oleh karenanya, sangatlah aman bagi para sadboys untuk mendekati dan mengencaninya.
#4 Mencari perempuan negara lain
Tentu bukan sembarang negara yang dapat dijadikan acuan dalam mencari pasangan hidup bagi para sadboys. Hal ini memiliki prinsip yang sama dengan rekomendasi poin 1 yang merekomendasikan mencari perempuan dari Sulsel atau Jogja. Hal yang perlu diperhatikan dalam poin rekomendasi ini adalah rasio jenis kelamin. Negara yang memiliki rasio jenis kelamin lebih rendah dari 100 adalah negara yang memiliki surplus perempuan. Agar mudah, saya akan membantu cantumkan daftarnya saja. Ya saya tahu, kalian para sadboys pasti tidak akan mencari sendiri walaupun sudah saya kasih sedikit tips.
Pada peta tersebut, merah berarti rasio jenis kelamin kurang dari 100 yang artinya lebih banyak penduduk perempuan daripada penduduk laki-laki sedangkan biru sebaliknya. Semakin pekat warnanya maka akan semakin angkanya menjauhi 100. Nah, teman-teman sadboys sudah tahu kan negara-negara yang dapat menjadi incaran? Berikut saya lampirkan tabel selengkapnya dari Wikipedia.
Demikian ulasan mengenai rasio jenis kelamin yang menjadi salah satu hasil dari Sensus Penduduk 2020 bonus tips dan trik mencari pasangan bagi para Indonesian sadboys. Semoga keempat rekomendasi yang telah jabarkan tersebut dapat bermanfaat bagi para sadboys sekalian, ya!
BACA JUGA Hasil Sensus Penduduk 2020 Bisa Jadi Pelajaran Bagi Pendukung Poligami, Politikus, hingga Rhoma Irama dan tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.