Semoga Stasiun Manggarai bisa jadi stasiun sentral yang sesuai ekspektasi, dan kita bisa bernafas di sana
Dua tiga pintu gerbong terbuka, saatnya kita lari menuju kereta lainnya. Empat lima kaki melangkah, akan kami himpit badan kita bersama di dalam kereta menuju rumah.
Lari! Lari! Lari! Kalau tidak sekarang kapan lagi? Kalau menunda kereta lain, matahari akan berganti dan membenamkan diri. Sial sekali jika harus kembali telat pulang hari ini. Eits tapi apa ini? Kenapa badan kita stuck di stasiun begini. Stasiun yang katanya besar dan jadi pusat transit, wahai Manggarai, bisa tidak sih kondusif sesekali?
Ya, ini adalah gambaran keseharian para pelaju yang setia menggunakan moda transportasi KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line. Kan memang sudah lama gembar-gembor naik transportasi umum itu harus kita taati. Toh harga atau ongkosnya masih lebih ramah di kantong dibanding harus nyetir kendaraan pribadi yang sudah pasti perlu diberi suguhan bahan bakar dan servis tiap bulan.
Sejak masifnya pengguna KRL, khususnya mereka yang bertempat tinggal di Jabodetabek, pemerintah terus menerus melakukan peningkatan sarana dan prasarana penunjang. Bahkan di Bekasi, tempat saya dibesarkan saat kecil, masih teringat dengan jelas sekali bahwa awalnya kota ini hanya memiliki dua stasiun–Stasiun Bekasi dan Stasiun Tambun. Tanpa disangka-sangka dan cenderung tidak disadari, tiba-tiba sekarang sudah menjamur menjadi (hampir) enam.
Manggarai dan penumpang yang membludak
Beberapa hari ke belakang jagat dunia maya sedang hangat-hangatnya membahas masalah penumpukan manusia yang semakin penuh di stasiun sentral dan pusatnya transit warga Ibu Kota, Stasiun Manggarai. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya kerusakan pada eskalator sehingga pengunjung tidak bisa menggunakan sebagaimana mestinya. Belum lagi kalau rush hour sudah tiba dan para pekerja serentak kembali ke rumah menggunakan jasa kereta api. Alih-alih bersantai sejenak sambil menunggu kereta yang akan membawamu ke stasiun akhir, kamu harus siap-siap terhimpit dan terombang-ambing saat di peron bahkan di dalam gerbong nantinya.
Sudah berdempetan sampai tidak bisa bergerak sama sekali, masih banyak orang-orang yang berusaha mendorong tubuh mereka masuk sebelum pintu benar-benar tertutup. Ketika keretamu sudah berjalan pun kamu hanya bisa pasrah mengikuti kemana kereta akan bergoyang, entah itu miring ke kiri kah? Ke kanan kah? Atau yang agak menjengkelkan saat tiba-tiba mengerem.
Adita Irawati, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, menjelaskan bahwa keadaan matinya eskalator di Stasiun Manggarai akan segera diperbaiki oleh Balai Teknik Perkeretaapian Jakarta. Perbaikan dan perawatan akan dilaksanakan pada malam hari, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu perjalanan para penumpang di saat hari masih cerah. Tidak hanya itu, dirinya pun turut meminta maaf atas ketidaknyaman yang timbul atas peristiwa tersebut.
Sementara itu menurut Leza Arlan, Manajer External Relations and Corporate Image Care KAI Commuter, menjelaskan kalau Stasiun Manggarai sebetulnya masih dalam tahap pembangunan menuju stasiun sentral di Jakarta. Konsekuensinya, pera penumpang yang pastinya membludak belum mampu ditampung secara efektif di sini.
Rencana menjadi stasiun sentral
Pada Desember tahun lalu, Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa Stasiun Manggarai merupakan salah satu stasiun yang memiliki lalu lintas tersibuk, sebab setiap harinya harus melayani KRL Commuter Line yang menuju Jakarta Kota, Bekasi, Hingga Tanah Abang dengan jadwal serta penumpang yang tidak main-main jumlahnya. Pengembangan Stasiun Manggarai sudah bermula sejak 2016, sejalan dengan peningkatan pembangunan dan penambahan KRL, MRT, LRT, Kereta Cepat, juga Kereta Bandara.
Tahun 2025 adalah target kita. Ya, tahun 2025 adalah target selesainya pembuatan Stasiun Manggarai menjadi sentral ultimate pertama di Indonesia. Memang, manfaat dalam pengembangan stasiun ini cukup besar, apalagi berkaitan dengan pembangunan serta pengintegrasian angkutan publik yang cepat, murah, dan aman. Di sisi lain, kebutuhan akan transportasi publik yang mampu menjangkau kota-kota penyangga Jakarta akan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.
Menargetkan sebesar 2 juta orang penumpang KRL di setiap harinya dengan selisih waktu tiba antarkereta selama 3 menit. Stasiun Manggarai sendiri akan menjadi bagian dari pembangunan proyek rel dwi ganda atau double-double track (ddt) dan penambahan jumlah jalur yang semula hanya ada 7 kemudian akan berkembang menjadi 14. Jumlah tersebut terbagi menjadi 10 jalur kereta bawah dan 4 jalur kereta atas. Tujuannya adalah untuk menambah total kapasitas penumpang hingga 30 persen. Untuk saat ini, pembangunan sudah mencapai tahap satu pada desember 2022. Target yang ingin dicapai dan segera selesai ialah tahap dua yang direncanakan rampung pada 2024-2025.
Ya semoga saja rencana yang digagas oleh pemerintah dapat diselesaikan dengan baik dan matang agar para pengguna jasa KAI bisa dengan tenang bernapas. Setidaknya, mereka bisa istirahat sejenak sembari menunggu kereta mereka mengangkut penumpang ke stasiun tujuan akhir dengan aman dan nyaman.
Penulis: Anisa Cahyani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kenangan Naik KRL di Stasiun Manggarai dan Stasiun Tebet yang Kini Terasa Jauh