Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Semarang Kota Hantu: Potensi Aura Mistis dan Sisi Misterius Kota Semarang

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
5 Agustus 2022
A A
Semarang Kota Hantu (Unsplash.com)

Semarang Kota Hantu (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang yang cukup lama tinggal di Semarang, terkadang iri rasanya mendengar sebutan kota tempat domisili saya ini jika dibandingkan dengan julukan yang diberikan untuk kota-kota lain. Sama-sama bertempat di Pulau Jawa dan menjadi saksi bisu atas pertempuran melawan penjajahan, ibu kota Jawa Tengah ini lebih kerap menyandang stigma “Semarang kaline banjir” daripada panggilan kehormatan sebagai Kota Pahlawan sebagaimana yang disematkan pada Surabaya.

Ya, gimana lagi. Kebanyakan orang lebih gampang melihat keburukan daripada kebaikan, sih. Makanya gosip miring lebih cepat menjalar dibandingkan berita prestasi. Tapi serius, potensi Semarang ini sebenarnya besar, loh. Bukan potensi banjir tentunya, melainkan potensi sebagai kota tujuan wisata. Selama ini, yang menjadi tonggak pariwisata di Semarang adalah sejumlah spot rekreasi yang terletak di Kabupaten Semarang baik di kawasan Ungaran, Bandungan, maupun Ambarawa.

Sebaliknya, bagian Kota Semarang atau yang lebih dikenal sebagai Semarang bawah, lebih banyak diingat orang sebagai kawasan rawan banjir, baik yang disebabkan oleh rob maupun curah hujan. Padahal, daerah bawah Kota Semarang sebenarnya adalah gerbang bisnis sejak era kolonial lantaran dekat dengan pelabuhan di mana seluruh kapal dagang menurunkan maupun mengangkut muatan di sana. Sialnya, predikat daerah banjir justru membayangi prestasi Kota Atlas tersebut.

Mengintip daerah bawah Kota Semarang

Kalaupun ada gelar kehormatan yang disandang oleh Semarang, jujukannya tak jauh dari urusan kuliner, entah itu Kota Lumpia atau Kota Bandeng Presto. Iya, memang, penganan khas Semarang itu banyak diburu orang karena ragamnya yang beraneka rupa serta cita rasanya yang bikin kangen. Tak jarang, beberapa makanan khas yang dijajakan di Semarang, baik di trotoar sampai restoran, dinobatkan sebagai sajian legendaris. Akan tetapi, keunggulan itu tak cukup menutupi kelamnya bencana banjir yang kerap melanda Semarang.

Padahal, sejatinya, harta karun yang teronggok di sekitar Kota Semarang, khususnya daerah bawah atau kota, tidak sedikit. Apalagi kalau bukan gedung-gedung peninggalan jaman penjajahan yang memiliki nilai sejarah serta estetika. Mayoritas gedung tua berlangit-langit tinggi yang menjadi saksi pendudukan Belanda di Semarang tersebut berdiri di kawasan kota lama. Misalnya, Stasiun Tawang yang merupakan stasiun induk di Kota Semarang serta melayani perjalanan kereta api kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif.

Kemudian, ada pula Gereja Blenduk yang dibangun sekitar 1753. Gereja yang beratap mirip kubah atau igloo tersebut diyakini sebagai gereja tertua di Jawa Tengah. Julukan Gereja Blenduk memang mengambil dari bentuk fisik bangunan tersebut di mana kata “blenduk” diperoleh dari serapan Bahasa Jawa yang artinya ‘melembung’, melambangkan bentuk atap kubah bulat gedung tersebut. Sampai saat ini, gereja tersebut masih difungsikan sebagai tempat peribadatan umat Kristen dan memiliki nama lain GPIB Immanuel.

Bangunan tua dan wisata mistis

Sebenarnya, masih banyak bangunan tua lain yang bertebaran di Semarang. Ada yang sudah direkonstruksi dan masih dipergunakan, tapi tidak jarang pula yang terbengkalai dan termakan usia. Sejumlah gedung tua tersebut dijadikan objek wisata sejarah guna menarik turis berkunjung ke Semarang. Namun demikian, tebersit sedikit rasa pesimis bila menggunakan embel-embel sejarah guna menarik minat wisatawan.

Strategi yang lebih merakyat dan kemungkinan lebih mudah diterima oleh masyarakat adalah dengan menjadikan mitos dan mistis sebagai garis awal untuk memikat turis. Rasanya, trik berbisnis seperti ini bukanlah hal yang tabu untuk di jalankan, khususnya di bidang pariwisata. 

Baca Juga:

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Cara marketing dengan mengandalkan entitas astral sebagai komoditas utamanya ini sudah pernah dijalankan sebelumnya di belahan negara lain dan terbukti cukup sukses. Misalnya saja di Skotlandia, khususnya di Kota Edinburg, terdapat sebuah kastil tua di tepi tebing yang kerap menjadi kunjungan wisatawan.

Sebagai bangunan bersejarah yang juga difungsikan sebagai benteng, sudah pasti Kastil Edinburgh menyimpan banyak cerita, termasuk kisah misteri. Tersebar cerita horor terkait dengan kastil tersebut yang tentu saja tidak jauh-jauh dari korban nyawa dan pembakaran penyihir yang menjadi isu fenomenal di daratan Eropa beberapa abad silam. Entah pengaruh sugesti atau halusinasi, turis yang berkunjung di bangunan tersebut mengaku mengalami sejumlah sensasi aneh yang dipercaya ada hubungannya dengan makhluk halus.

Di samping Kastil Edinburgh, masih banyak gedung tua lain yang diyakini dihuni oleh makhluk astral. Uniknya ketimbang dibiarkan terbengkalai, bangunan-bangunan tua tersebut malah secara cerdas dimanfaatkan sebagai destinasi wisata yang menarik pengunjung hingga mancanegara. Logikanya, hal ini tidak salah. Peduli amat dengan semua rumor mengerikan yang belum terbukti kebenarannya selama cadangan devisa terus bertambah dari sektor pariwisata. Nyatanya, krisis ekonomi jauh lebih mengerikan dari penampakan hantu-hantuan karena bisa menimbulkan kelaparan yang berujung pula ke kematian.

Semarang punya potensi

Berkaca dari strategi marketing pariwisata negara-negara di benua Eropa sana, harusnya Indonesia, khususnya Semarang, bisa menduplikasi langkah tersebut. Semarang sudah mempunyai modal gedung-gedung tua yang bertebaran di berbagai penjuru. Yang perlu dieksekusi selain melakukan pemugaran, tentunya adalah melakukan komunikasi marketing dengan tujuan memasarkan sekelompok bangunan tua tersebut sebagai spot wisata. Umpannya, apalagi kalau bukan kisah horor yang menyelimuti sejarah gedung tua peninggalan penjajahan tersebut.

Walau terkesan aneh dan memaksakan di awal, peluang ini layak dicoba. Terlebih, masyarakat kita sangat menyukai hal-hal berbau mistis. Kecenderungan ini terbukti masih tingginya minat orang pada film horor, membanjirnya subscriber kanal YouTube bertema misteri, maupun banyaknya korban praktek dukun palsu yang malah menjurus ke tindakan kriminal. Bagaimanapun, kisah horor yang digunakan untuk membungkus lokasi wisata hanyalah sekedar hiburan. Pun, julukan Kota Hantu yang mendatangkan uang rasanya akan jauh lebih mendingan daripada sebutan Kota Banjir yang malah membuat orang enggan bertandang ke Semarang.

Penulis: Paula Gianita Primasari

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Wisata Angker di Semarang selain Lawang Sewu, Berani Gas?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Agustus 2022 oleh

Tags: banjir robjawa tengahSemarangsemarang kaline banjirsemarang kota hantuwisata mistis
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

Jalur Gaza, Jalan Tembusan yang Bisa Memperlancar LDR-an Anak UNNES dan Undip

Jalur Gaza, Jalan Tembusan yang Bisa Memperlancar LDR-an Anak UNNES dan Undip

16 Agustus 2023
Daerah Langganan Banjir di Semarang dan Tips Hidup di Sana Terminal Mojok

Daerah Langganan Banjir di Semarang dan Tips Hidup di Sana

10 Januari 2023
=Jangan Ngaku Mahasiswa Semarang kalau Belum ke Bandungan Semarang, Tempat Andalan Kegiatan Organisasi Kampus Mojok.co

Sisi Gelap Hidup di Bandungan Semarang, Tempat Wisata Indah yang Membawa Bencana

12 Juli 2024
Tanggul di Pesisir Pekalongan Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco Terminal Mojok

Tanggul di Pesisir Pekalongan: Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco

6 November 2022
Orang Ungaran Pilih Mengaku Asli Semarang karena Malu Nggak Ada yang Bisa Dibanggakan

Orang Ungaran Pilih Mengaku Asli Semarang karena Malu Nggak Ada yang Bisa Dibanggakan

8 Maret 2024
Kendal, Kabupaten di Jawa Tengah dengan Kekayaan Harta Sejarah Zaman Belanda (Unsplash.com)

Kendal, Kabupaten di Jawa Tengah dengan Kekayaan Harta Sejarah Zaman Belanda

23 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.