Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Selamat Hari Sumpah Pemuda, Awkarin! Jangan Takut Berpolitik

Syifa Ratnani Faradhiba Jane oleh Syifa Ratnani Faradhiba Jane
28 Oktober 2019
A A
Awkarin
Share on FacebookShare on Twitter

Membicarakan Awkarin rasanya tak ada habisnya. Apalagi bila menilik sederet kontroversi sejak kemunculannya sebagai selebgram. Mulai dari kontroversi hubungan asmara hingga kontroversi pendewasaannya melalui kegiatan-kegiatan sosialnya. Karin yang sekarang bukanlah Karin yang dulu, rasanya cukup tepat untuk menggambarkan sosoknya sekarang.

Pasalnya, bukan sekali dua kali dirinya membuat geger seisi jagat Twitter karena tindakan-tindakan sosialnya. Sebut saja, memberikan giveaway, membelikan motor untuk ojek online yang kehilangan motor, terlibat dalam kegiatan kebersihan lingkungan, berperan dalam demo mahasiswa, dan banyak lainnya. Awkarin yang semula dikenal debagai selebgram dengan kehidupan serba glamor dan berani, kini mungkin dikenal sebagai sosok yang gemar berbagi. Atau mudahnya dirinya sekarang adalah: mbak-mbak aktivis.

Perubahan citra Karin rupanya mendapat dukungan positif dari para milenial. Meski tak sedikit yang mencibir atau sekadar mengkritisi tindakan-tindakannya. Tentu sah-sah saja yang demikian itu. Dari banyak yang memberikan tanggapan, ada juga yang akhirnya mendorongnya untuk lebih fokus pada kegiatan sosial. Misalnya dengan ikut serta dalam kelompok-kelompok aktivis atau membangun kelompok aktivis sosialnya sendiri. Dorongan tersebut rupanya mendapat respons dari Karin yang ternyata juga tertarik mengikuti kelompok-kelompok tersebut.

Namun, dalam satu utas cuitan Twitter yang sama, Awkarin juga menyebutkan keengganannya terlibat bila “berbau politik”. Dari pernyataan ini, dirinya kembali mendulang kontroversi. Banyak yang menyayangkan pernyataan tersebut. Selain dinilai tak paham konteks, karena meski keduanya berbeda tapi secara kontekstual sama. Karin juga dinilai gagal paham atas pengertian politik itu sendiri.

Melihat keriuhan tersebut saya jadi punya pandangan baru. Barangkali yang dimaksud Awkarin adalah keengganannya terhadap partai dan pemerintahan, yang secara salah ia definisikan sebagai makna politik secara menyeluruh. Beruntung ternyata banyak warga Twitter yang meluruskan pemahaman tersebut. Namun, di luar ketidakpahaman tersebut ada yang cukup menyentil: Karin sejatinya sedang berada di fase pesimis atau bahkan skeptis terhadap partai dan pemerintahan. Hal ini hingga membuatnya merasa terlibat di politik adalah ketidakmungkinan dan kesia-siaan belaka.

Saya merasa ini setingkat lebih gawat ketimbang ketidakpahaman Awkarin atas bagaimana perjuangan aktivis juga mencerminkan kegiatan berpolitik. Saya lantas jadi yakin hal ini tidak hanya dirasakan oleh Awkarin tapi juga banyak generasi muda sekarang.

Sikap apatis generasi muda pada politik sebetulnya adalah kabar buruk bagi dunia politik itu sendiri. Memang tak salah melihat politik sebagai dunia kelam yang kotor dan korup saat ini. Namun, politik adalah bagian dari pengetahuan bernegara yang memiliki tujuan baik. Sangat disayangkan rasanya terburu-buru bersikap apatis hanya karena oknum partai yang korup serta pemerintahan yang mudah dikoyak.

Pemuda adalah penentu arah bangsa. Hal ini bukan lagi sebuah pepatah belaka. Perjalanan panjang bangsa ini meraih kemerdekaan tak pernah bisa luput dari peran pemuda-pemuda yang terjun di medan perang dan juga meja-meja politik. Keterlibatan pemuda atau generasi milenial dalam perpolitikan Indonesia sejatinya bisa jadi obat bagi bangsa ini. Suara milenial yang lantang, kritis, dan jauh dari arus korup bisa jadi nyawa baru bagi dunia politik Indonesia.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Sebaliknya, bersikap apatis terhadap urusan-urusan yang dianggap lekat dengan politik hanya akan membuat praktik-praktik kotor dalam politik kian menjamur dan susah dibasmi. Selain apatis terhadap urusan-urusan politik, sikap skeptis terhadap mereka yang memilih partai politik sebagai kendaraan politik juga tak tepat. Justru seharusnya kita berdekat-dekatan dengan mereka apalagi yang berhasil masuk sebagai wakil rakyat. Sebab jika kita tutup mulut lantas suara siapa yang akan mereka dengar? Bukankah tugas mereka mendengar suara-suara kita? Sudah bersuara saja kadang tak didengar apalagi tak bersuara.

Jadi sekali lagi, jangan takut berpolitik, Awkarin. Tak banyak generasi muda yang memiliki kekuatan dan kesempatan membangun kebaikan sepertimu. Alangkah kian sempurnanya hal-hal tersebut bila juga digunakan untuk mengguncang dunia politik yang selama ini hanya ditempati sebagian orang yang “itu-itu” saja.

Dari pernyataan Awkarin itu pula saya merasa jadi punya tanggung jawab untuk lebih mampu menjelaskan perihal esensi politik sebagai medium membangun bangsa dan negara ini. Sedih mengetahui banyak pihak di luar sana yang menggambarkan esensi politik sebagai sarang kesewenang-wenangan semata.

Selamat hari sumpah pemuda, Awkarin. Jangan takut berpolitik, sebab hidup ini sudah berpolitik sejak awal mulanya~

BACA JUGA Awkarin Berbuat Baik, Kok Banyak yang Terusik? atau tulisan Syifa Ratnani Faradhiba Jane lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2019 oleh

Tags: awkarinPolitiksumpah pemuda
Syifa Ratnani Faradhiba Jane

Syifa Ratnani Faradhiba Jane

ArtikelTerkait

Setelah Banyak Kekecewaan, Melihat Politisi Baik Rasanya Aneh terminal mojok.co

Epidemi Virus Corona dan Ketimpangan di Sekitarnya

17 Maret 2020
Arteria Dahlan Tak Layak Dapat Gelar Terhormat Bukan Karena Cucu PKI terminal mojok.co

Arteria Dahlan Tak Layak Dapat Gelar Terhormat Bukan Karena Dia Cucu PKI

10 September 2020
Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya terminal mojok.co

Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya

22 Januari 2022
7 Drama Korea Politik yang Penuh Intrik Terminal Mojok

7 Drama Korea Politik yang Penuh Intrik

25 Januari 2022
pedoman menilai produk hukum baik atau buruk politik negara hukum indonesia

Kupas Politik Indonesia Hari ini: People Power 22 Mei

23 Mei 2019
Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

15 Februari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.