Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Selain Saya, Siapa Lagi yang Menyebut Film Warkop DKI dengan Sebutan “Film Dono”?

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
31 Juli 2019
A A
Mengulik Sosok Robert Davis Chaniago, Chef Misterius di Film Warkop DKI terminal mojok.co

Mengulik Sosok Robert Davis Chaniago, Chef Misterius di Film Warkop DKI terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Entah kenapa saya mudah sekali tertawa terbahak-bahak jika melihat sesuatu yang lucu—paling tidak menurut saya pribadi. Bisa melalui candaan slapstick ala-ala OVJ (Opera Van Java) yang berpura-pura jatuh, memukul seseorang dengan benda yang dianggap aman, candaan khas Srimulat yang berpura-pura mencolokkan jari ke mata sambil teriak “hadyah, hadyah,” hingga stand up comedy yang saat ini masih bertahan dan banyak peminatnya.

Sebelum stand up comedy memulai debutnya ditambah saya yang belum familiar dengan lawakan secara tunggal, ada juga komedi yang dibawakan oleh beberapa orang dalam suatu grup, sebut saja Bagito, Patrio, Cagur, Bajaj, SOS—grup lawak di mana Sule mulai dikenal oleh banyak orang—dan masih banyak lagi yang lain. Paling tidak saya lebih familiar dengan lawakan yang demikian.

Lawakan yang memerlukan tek-tok satu sama lain, ada yang bertugas memberi umpan atau memancing, ada yang mengeksekusi suatu dialog—mengemas hingga mengonversi jadi tawa—dan biasanya ada pula yang menjadi korban—bahan candaan, hinaan bagi teman dalam satu grup agar mendapatkan ledakan tawa penonton.

Dan salah satu grup lawak legendaris di Indonesia yang dikenal oleh banyak kalangan masyarakat adalah Warkop DKI. Mengutip dari Wikipedia, Warkop DKI dibentuk oleh Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino), dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro). Kemudian dalam proses perjalanannya, yang kita kenal hanya Dono, Kasino, Indro, disingkat menjadi DKI yang merupakan plesetan dari Daerah Khusus Ibukota.

Saya pun awal mula mengenal Warkop DKI melalui beberapa judul filmnya yang seringkali tayang di tv lokal. Salah satu tontonan yang selalu dinanti pada saat tanggal merah—hari libur nasional—atau masa liburan sekolah. Dan entah kenapa, dari dulu hingga sekarang walaupun sudah berkali-kali menonton film warkop DKI, masih saja dirasa lucu dan mengundang tawa. Tidak ada rasa bosan saat menonton.

Yang tidak berubah sejak dulu hingga sekarang adalah, penyebutan film Warkop DKI dengan sebutan “Film Dono”. Belum tahu pasti apa yang melatarbelakangi, namun beberapa teman saya sampai dengan orang tua sudah terbiasa menyebut film Warkop DKI sebagai “Film Dono”.

“Eh, nonton bareng-bareng di rumahku, yuk. Ada film Dono, loh!”. Begitu kira-kira yang saya ucapkan semenjak kecil hingga beranjak dewasa, mungkin juga karena kebiasaan.

Setelah saya telusuri dan analisa sendiri, hal tersebut mungkin lebih disebabkan karena dua hal. Pertama, Dono sosok yang ikonik dan mudah dikenal. Selain dalam filmnya memang seringkali ditimpa kesialan sekaligus bahan bercandaan Kasino dan Indro. Hal itu membuat karakter Dono semakin lucu dan tidak sulit untuk digemari banyak kalangan. Kedua, bisa juga karena Dono merupakan kata awal dari singkatan (Warkop) DKI—Dono, Kasino, Indro—sehingga orang lain lebih mudah menyebut film Warkop sebagai film Dono.

Baca Juga:

8 Film Indonesia yang Berhasil Tembus 4 Juta Penonton dan Cocok untuk Tontonan Libur Natal

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Film Warkop DKI selalu menghibur dengan candaan khas satire yang menyinggung kondisi sosial bahkan pemerintah, dan selalu dibawakan oleh personelnya secara lengkap. Sampai akhirnya kabar duka menyelimuti keluarga besar Warkop DKI. Adalah Kasino yang meninggal karena menderita tumor di bagian otak. Mengutip Wikipedia dan memastikan info tersebut dari berbagai media, Kasino wafat pada 18 Desember 1997.

Sekitar empat tahun kemudian, tepatnya 30 Desember 2001 Dono wafat. Akhirnya, Indro harus berjuang sendiri agar nama Warkop tetap dikenal dan dikenang oleh banyak kalangan—termasuk saya. Bagi saya dan mungkin juga banyak orang, Warkop DKI akan terus dikenang sebagai grup lawak yang fenomenal dan tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Walau ada grup lawak baru bermuculan, rasa-rasanya akan sulit menggantikan Warkop DKI di hati para penggemarnya. Kenangan masa kecil saya akan film Dono pastinya tidak akan tergantikan sampai kapan pun. Diantara banyak scene yang ada, tentu yang paling saya ingat dan menjadi favorit adalah adegan di mana seorang tukang becak tercebur bersamaan dengan Dono, Kasino, juga Indro.

Pastinya dengan jargon yang diketahui oleh banyak orang dan sangat familiar: tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Tidak lupa juga adegan yang menampilkan banyak wanita—eh, maksud saya tarian—di pesisir pantai dengan backsound: dasampora emparae, dasampora emparara, dasampora emparae, dasamporampara~

Terakhir diperbarui pada 18 Januari 2022 oleh

Tags: dono kasino indrohumorkomeditertawalah sebelum tertawa itu dilarangWarkop DKI
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

1 Februari 2020
Macam-macam Teks Tertawa Beserta Artinya terminal mojok.co

Melucu Itu Tidak Mudah, Hargailah dengan Tertawa

22 Mei 2019
Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

17 Juni 2023
gus baha' mazhab humor mencintai gus dur, humor

Humor Diseriusin, Hukum Dibercandain

18 Juni 2020
dark comedy panduan memahami mojok.co

Dark Comedy, Genre Kontroversial yang Digeluti Gus Dur, Haji Bolot, hingga Para Komika

27 Agustus 2020
srimulat komedi tradisional mojok

Srimulat, Grup Terbesar Sekaligus Kiblat Komedi Indonesia

29 Juli 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.