Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sejarah Sengkarut Bisnis Miras Jogja, Saling Sikut demi Berjualan Air Perdamaian

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
18 Juli 2024
A A
Sejarah Sengkarut Bisnis Miras Jogja, Saling Sikut demi Berjualan Air Perdamaian

Sejarah Sengkarut Bisnis Miras Jogja, Saling Sikut demi Berjualan Air Perdamaian

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu sempat viral masalah penggerebekan outlet penjual miras di Jogja. Si pemilik outlet tersebut tidak hanya marah karena aksi arogan ormas yang menggerebek. Namun juga menuduh adanya dugaan persaingan tidak sehat. Nada keras dan nylekit seperti merangkum bisnis miras di Jogja yang penuh sengkarut ini.

Bisnis miras di Jogja memang tidak bisa diam. Entah mau dibungkam dengan hukum negara maupun agama. Kadang muncul nada-nada amarah saling tuduh menjatuhkan usaha. Persetan dengan jargon “air perdamaian.” Jika bicara bisnis, perang adalah kedamaian bagi pelakunya.

Tapi miras tidak hanya bicara sengkarut bisnis. Ia punya sejarah panjang bagi bumi istimewa. Dari masa orba dengan warung sederhana, sampai hari ini dengan outlet premium. Dari menghangatkan lantai dansa diskotek, sampai memanaskan alunan EDM.

Sejarah yang tak sepahit Topi Miring

Sejarah miras sudah setua peradaban. Bahkan budaya bertani ikut didorong oleh kebutuhan produksi miras. Maka akan jadi satu tulisan panjang jika harus membahas sejarah mula-mula miras di Jogja. Bahkan saya harus menarik sejarah jauh sampai belakang, aebelum Alas Mentaok menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram.

Saya akan memulai sejarah ini dari beberapa dekade lampau, saat miras masih jadi komoditas yang dijual secara terbuka. Pada tahun 70-an, miras tidak pernah dijajakan secara diam-diam. Kedai miras muncul di setiap kampung. Kadang hanya menjajakan miras, kadang berbaur dengan berbagai jamu tradisional.

Miras memang dekat dengan jamu. Bahkan kelahiran “Santoso” sebagai pionir lapen juga dari kultur jamu. Jargonnya sudah pasti, “menambah vitalitas pria.” Tidak kaget sih, semua makanan dan minuman aneh-aneh pasti disebut menambah vitalitas.

Selain kultur jamu, miras juga jadi bagian dari pesta pora. Dari sajian wajib diskotek, sampai menemani muda-mudi gitaran. Yang kedua ini memang sangat “Jogja”, menjadi bagian penting dalam kehidupan nom-noman Jogja. Bahkan diabadikan pada video musik “Sayidan” karya Shaggydog.

Kultur menikmati miras dalam lingkup kecil di sudut kampung ini didukung oleh lahirnya banyak kedai. Mereka tidak hanya menjajakan miras botolan, namun juga ala-ala koktail. Miras dipadukan dengan sirup perisa seperti moka, strawberry, dan leci. Mixology ala kampung ini menemani muda-mudi Jogja yang penuh ide dan gairah kreasi.

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Kultur melingkar bersama minuman keras di Jogja terpelihara sampai sekarang. Seringkali melahirkan karya yang mewarnai kota budaya. Namun di antara musik nakal dan sajak mabuk, ada juga yang sedang meregang nyawa

Air perdamaian perenggut nyawa

Peredaran miras menemukan dinding tebal pada masa akhir Orde Baru, terutama untuk miras golongan B dan C. Bisnis miras makin sempit di antara kelab malam ataupun kafe yang terlokalisasi. Misal Prawirotaman dan Sosrowijayan. Akhirnya miras tanpa cukai mulai tampil sebagai alternatif.

Ciu, arak, dan lapen mulai menggantikan posisi Drum, Topi Miring, dan Mansion. Namun miras tradisional tadi masih belum cukup memuaskan. Keinginan untuk mabuk lebih cepat dengan biaya lebih murah melahirkan miras oplosan.

Berbagai bahan tidak masuk akal dicampurkan dalam miras. Dari obat sakit kepala, Rivanol, micin, sampai Autan digunakan sebagai campuran. Obat terlarang juga ikut digerus sebagai campuran demi meningkatkan “kerasnya” miras. Lebih gila lagi, miras oplosan tidak lagi berbahan dasar ciu dan sejenisnya. Tapi methanol 90% dengan sedikit campuran sirup. Tanpa belajar ilmu medis, Anda bisa membayangkan apa dampak dari minum miras oplosan ini.

Kasus paling parah terjadi pada 2016. Ada 26 orang yang meninggal karena menenggak miras oplosan. Ini bukan kumpulan kasus, tapi terjadi dalam satu waktu pada satu lokasi. Bayangkan saja, organ dalam mereka harus bertempur melawan methanol 90% dalam jumlah banyak.

Outlet miras kembali, persaingan bisnis miras di Jogja makin sengit

Miras bercukai tidak benar-benar hilang, namun dijajakan dengan malu-malu. Salah satu contoh terkenal adalah Warung Ijo di sekitaran Gejayan. Memang sih, teorinya saja yang malu-malu. Realitasnya, orang sampai antre demi membeli anggur, vodka, atau sekadar bir.

Perkembangan media sosial juga ikut menyumbang kemajuan distribusi miras di Jogja. Jasa pesan antar juga tumbuh subur di Jogja. Meskipun tetap malu-malu, namun jasa pesan antar miras mampu menggurita lebih luas seantero Jogja.

Namun kultur malu-malu ini sudah usai. Berganti dengan outlet miras yang terang-terangan berjualan di area padat. Bahkan tidak malu lagi memasang baliho kerlap-kerlip. Outlet miras ini kini menjadi jujugan utama para penikmat air perdamaian.

Seperti bisnis pada umumnya, persaingan antar outlet miras juga memanas. Saling banting harga dan adu promo menjadi rutinitas. Beberapa outlet juga bekerjasama dengan produsen miras sebagai distributor utama. Adu sponsor menambah ingar bingar bisnis miras Jogja yang kini berani tampil di muka umum.

Penggerebekan bisnis miras di Jogja

Namun ada juga bisik-bisik persaingan tidak sehat. Terutama ketika penggrebekan dan sweeping mulai menyerang outlet miras. Baik yang dilakukan oleh aparat, ataupun ormas keagamaan. Banyak yang menduga bahwa serangan ini memang digerakkan oleh outlet miras tertentu. Perizinan untuk membuka outlet miras juga diisukan dipengaruhi pihak tertentu. Sehingga mempersulit beberapa pelaku usaha baru.

Saya tidak mau menyebut outlet mana yang dimaksud. Toh belum ada bukti konkret. Tapi dari apa yang terdengar, bisa dibayangkan bisnis miras di Jogja hari ini. Uang yang berputar besar. Pasar masih terbuka meskipun sudah diperebutkan banyak orang. Inilah sengkarut bisnis miras di Jogja. Ada yang mati, ada yang bersaing. Bersatu padu di antara sirkulasi miras yang tak kunjung surut.

Saya akhiri kisah sengkarut ini dengan mengangkat gelas. Mengajak Anda semua meneguk satu sloki air perdamaian. Agar jadi bahan bakar karya dan pemikiran di antara temaram lampu kota dan saling sikut penjaja miras. Jangan lupa, minum dengan bertanggung jawab!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kultur Lodse, Warung Ijo Kukut Meninggalkan Kegilaan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2024 oleh

Tags: bisnis mirasbisnis miras di JogjaJogjalapensantoso
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Warung Kopi Merapi Jogja Warung Kopi Terbaik di Tanah Vulkanik (Unsplash)

Warung Kopi Merapi Jogja: Warung Kopi Terbaik di Tanah Vulkanik

6 April 2025
Jadi Karyawan Startup di Jogja Itu Mimpi Buruk, Apalagi saat Bulan Ramadan. Gaji Nggak Seberapa, Hampir Nggak Ada Waktu untuk Sahur dan Buka Mojok.co

Karyawan Startup di Jogja Tersiksa, Apalagi Saat Bulan Ramadan. Udah Gaji Nggak Seberapa, Kesempatan untuk Sahur dan Buka Hampir Nggak Ada

4 April 2024
Jogja Bikin Saya Menyesal dan Ingin Kembali untuk Mencoba Lagi (Pexels)

Jogja Membuat Saya “Menyesal” dan Kelak Ingin Kembali untuk Mencoba Lagi

23 Februari 2025
radha krishna Sulitnya Hidup Bertangga dengan Orang yang Tidak Paham Adab terminal mojok.co

Ketika Film Vivarium Ber-setting Tempat di Perumahan Banguntapan Jogja

22 Mei 2020
Purwokerto, Purwakarta, Purworejo- Dilema karena Sebuah Nama (Unsplash.com)

Purwokerto, Purwakarta, Purworejo: Dilema karena Sebuah Nama

8 Agustus 2022
Bangunjiwo Bantul Pusat Klitih Jogja dan Isinya Gondes Berbahaya (Unsplash)

Bangunjiwo Bantul Daerah Memprihatinkan: Pusatnya Klitih Jogja, Isinya Gondes, dan Rawan Kecelakaan tapi Saya Masih Setia untuk Menetap

11 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.