Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sejarah Dago, Tempat Mangkal Petani di Zaman Belanda

Muhammad Afsal Fauzan S. oleh Muhammad Afsal Fauzan S.
19 November 2021
A A
Dago Bandung
Share on FacebookShare on Twitter

Sebelum jadi daerah dengan banyak tempat hits, daerah Dago Kota Bandung punya sejarah yang unik dalam penamaannya. Tentunya, semua itu nggak jauh dari zaman penjajahan Belanda di Indonesia.

Dari buku yang saya baca, sejarah Dago bermula pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron Van Imhof yaitu pada 1743 sampai 1750. Pada saat itu untuk pertama kalinya penduduk Priangan mengubah cara bercocok tanam padi dari sistem berladang ke sistem bersawah. Kalau nggak ada Mister Imhof, mungkin sampai sekarang petani di Jawa Barat memilih berladang padi.

Nah, karena itu VOC mendatangkan para petani dari Tegal dan Banyumas yang telah lebih dulu bercocok tanam padi dengan menggunakan sistem bersawah. Saat itu, penduduk tepian selatan Bandung atau Oedjoengbroeng Kidoel (Ujungberung Kidul) yang berdekatan dengan ibukota lama di Dayeuhkolot, sudah biasa berkebun sayur. Tanaman yang biasa mereka budidayakan adalah sawi, petai, katuk, terong, bayem, kacang panjang, dan lampenas.

Setelah itu, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Parra atau sekitar 1761 sampai 1775, pertama kalinya pemerintah kolonial mendatangkan bibit sayuran dari Belanda. Bibitnya itu seperti kol, kentang, dan bit.

Berdasarkan catatan DR, Ir. E., De Vries pada 1935, konon seorang perwira kompeni bernama Letnan Ram yang hidup pada 1765 sampai 1768 membawa bibit sayuran itu buat dibudidayakan di beberapa daerah. Termasuk di wilayah selatan Bandung yang memang sejuk.

Waktu itu, pusat penjualan beragam sayuran masih dipusatkan di Pasar Dayeuhkolot karena ibukota Kabupaten Bandung masih di sana. Maka dari itu, Pasar Dayeuhkolot memang sering disebut sebagai salah satu pasar paling tua yang ada di Bandung.

Nah, pada 1811, salah satu tokoh penjajah yang paling kita kenal sejak zaman sekolah, Gubernur Jenderal H.W. Daendels memerintahkan ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan mendekati Jalan Raya Pos. Kalau sekarang itu sekitar Alun-alun Bandung.

Nggak cuma itu, Abang Daendels juga memerintahkan membangung pasar yang baru dekat ibukota tersebut. Ada yang tahu nama pasarnya? Ya, namanya Pasar Ciguriang sebelum dibakar pada 1842 dan Asisten Residen Priangan dibunuh. Peristiwa ini diabadikan dalam empat naskah sebagai kejadian penting dalam sejarah Bandung.

Baca Juga:

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

Kuliah di UIN Bandung: Ekspektasi Mau kayak Dilan 1990 Realitanya Malah Kaya Mad Max Fury Road

Dengan dipindahkannya ekonomi mendekati ibukota yang baru, maka para petani sayuran pun memindahkan lokasi perkebunan mereka ke wilayah Oedjoengbroeng Kaler alias Ujungberung Utara. Daerah itu sekarang dikenal dengan wilayah bottle neck atau leher botol di Kota Bandung.

Dalam menjual hasil sayuran mereka ke Pasar Ciguriang, pagi-pagi buta atau saat azan awal berkumandang, mereka terlebih dahulu saling tunggu agar bisa berangkat bersama-sama. Bukan takut ada setan atau hantu, tapi takut akan adanya gangguan keamanan dari para begal di perjalanan.

Nah loh, zaman penjajahan ada begal? Ada! Apalagi pada waktu itu Bandung masih hutan dan tegalan bekas pengeringan sawah. Sekarang? begal masih ada juga, di tengah hutan yang berisi gedung menjulang. Jadi, secara nggak langsung, begal adalah titipan sejak zaman belanda.

Makanya, tempat yang biasa mereka tempati buat mangkal dan menunggu teman-temannya itu sampai sekarang kita kenal dengan sebutan Dago. Apa hubungannya dengan Dago? Dalam bahasa Sunda, ngadagoan artinya menunggu. Jadi namanya diambil dari situ.

Buat kamu yang sering nyuruh pacar nunggu di Dago, berarti kamu sudah menapaki sejarah para petani Jawa Barat. Asal jangan bilang “OTW” tapi nggak berangkat juga.

Sumber Gambar: Wikimedia Commons

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2021 oleh

Tags: Bandungbelandadago
Muhammad Afsal Fauzan S.

Muhammad Afsal Fauzan S.

Penulis, Digital Creator, Copywriter.

ArtikelTerkait

5 Oleh-oleh Khas Bandung yang Murah Meriah Terminal Mojok

5 Oleh-oleh Khas Bandung yang Murah Meriah

11 Januari 2022
Jalan Dipati Ukur Bandung Bener-bener Nggak Keurus. Udah mah Semrawut, Kumuh, Ada yang Jualan Amer Pula

Jalan Dipati Ukur Bandung Bener-bener Nggak Keurus. Udah mah Semrawut, Kumuh, Ada yang Jualan Amer Pula

29 Agustus 2024
3 Penyebab Kemacetan Paling Menyebalkan yang Bikin Mati Tua di Jalan bunderan cibiru bandung

Surat Terbuka untuk Pemerintah Kota Bandung: Tolong Atasi Kemacetan di Bunderan Cibiru!

2 Oktober 2023
4 Restoran di Bandung yang Terkenal Sejak Zaman Kolonial Terminal Mojok

4 Restoran di Bandung yang Terkenal Sejak Zaman Kolonial

21 Januari 2022
Bojongsoang Bandung, Kecamatan Bojongsoang

Bojongsoang, Kecamatan di Kabupaten Bandung yang Letaknya Amat Strategis dan Cocok Jadi Tempat Tinggal

2 Maret 2024
5 Rekomendasi Warung Bakso Paling Enak di Bandung Terminal Mojok

5 Rekomendasi Warung Bakso Paling Enak di Bandung

20 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.